Sejarah Kota Bandung
Menurut wikipedia, Bandung awalnya berupa bagian dari kerajaan Pajajaran yang berpusat di Bogor. Tidak banyak dokumentasi keadaan Bandung dikala itu, sampai Islampun menyebar se-Indonesia. Setelah itu, datanglah Belanda sekitar tahun 1799 dengan membawa dan sekaligus mengenalkan Freemasonry, sebuah organisasi perkumpulan Yahudi yang berbasis kalo tidak salah di Belanda tersebut. Freemasonry gencar diajarkan oleh mereka-mereka dengan kamuflase VOC. Untungnya setelah itu VOC bangkrut dan Bandungpun kembali dipegang oleh pemerintah Belanda.
Di tangan Belanda, Bandung dan sekitarnyadikembangkan menjadi daerah pertanian dan perkebunan terkenal, yaitu sekitar Subang, dan Pengalengan. Teh, Tebu, dan Kopi menjadi penarik belanda untuk betah di Bandung seraya menggencarkan Freemason dan Zionisnya. Kota Bandungpun yang awalnya berpusat di tepi sungai Cikapundung (daerah Gedung Merdeka, ABC, Banceuy sampai Viaduct) atas perintah Daendels tahun 1810 di expanded ke arah utara yang memang sebelumnya adalah komplek perumahan menir-menirah elit Belanda (daerah Dago, Cipaganti, Sukajadi, sampai Setiabudi).
Bandung beberapa tahun kemudian gegap gempita dan namanya “meledak” seantero Eropa Barat (Belanda). Hasilnya, lihatlah Braga yang dikenal sebagai pusat perbelanjaan baru Asia Tenggara saat itu, Homann dengan kemewahannya, dan seputaran selatan Stasiun Hall sampai ke arah timur, yaitu simpang lima. Berbondong-bondong Belanda masuk Bandung, terlebih-lebih Freemasonry yang diboncengnya.
Bagaikan penderitaan tiada akhir, setelah Belanda menguasai Bandung, sekitar 1941 Jepang datang ke Bandung. Tapi trackhistory Bandung di tangan Jepang tidak terlalu menarik untuk dibahas. Akhirnya, pada tahun 1945, Indonesia merdeka. Setelah merdeka, Bandung belum sepenuhnya “merdeka” karena masih ada pertempuran antara pejuang dengan Jepang (lihat gua jepang di THR Juanda), tahun 1946 meletuslah apa yang disebut Bandung Lautan Api.
Tapi konflik ini tidak berlangsung lama. Akhirnya, tidak lama setelah itu, Indonesia mendapatkan sebuah pengakuan kedaulatan pertama dari Mesir atas desakan Ikhwanul Muslimin Mesir, sebuah gerakan yang didirikan oleh Hasan al-Banna. Kemudian, pengakuan kedaulatan itu disusul oleh Belanda. Nampaknya “silaturrahmi” sisa anggota Freemasonry di Bandung dengan di Belanda masih erat dengan keluarnya pengakuan kedaulatan ini.
Benar saja, pada tahun 1950, Raymond Westerling, seorang mantan komandan pasukan khusus Belanda mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai pengikut sekitar 500.000 orang dan masuk ke Bandung, yang dikenal dengan Kudeta Ratu Adil atau disebut Pemberontakan Ratu Adil, dengan pasukan-pasukan pendukungnya yaitu Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Ratu Adil sendiri merupakan sebuah nama lain dari sebuah dewa kepercayaan Yahudi, sering disebut Messiah atau Mashiakh. Dalam Nasrani, Messiah dipercaya sebagai Masih (Isa al-Masih). Jadi, jelaslah bahwa Kudeta Ratu Adil ini adalah propaganda Freemason Yahudi untuk kembali bertaring di Indonesia, terutama Bandung. Maka dengan inilah, mungkin jejak-jejak bahkan pergerakan Yahudi di Bandung sangat terasa.
Meneliti Yahudi
Bandung
KKR Jabar
Perlu ditegaskan di awal, bahwa semua Yahudi di Indonesia dalam KTP-nya beragama Nasrani, bahkan ada yang beragama Islam, Waspada! Kegelisahanku bermula saat sedang ke Nurul Fikri Buah Batu, di sekitar Jalan Pelajar 45, saya melihat sebuah spanduk ucapan, dari KKR Jabar, lambang KKR Jabar itu adalah lambang Bintang David, tanpa ada sedikit editanpun, benar-benar seperti Bintang David yang ada di bendera Israel. Adapun KKR Jabar, menurut Sabili, adalah Koalisi Kebangkitan Rakyat Jawa Barat. Lebih jauh tentang KKR, tidak ada yang mengetahui secara detil siapa pendiri dan apa tujuannya, atau minimal AD/ART-nya. Berikut adalah foto spanduknya.
Menurut Sabili, spanduk itu merupakan dukungan terhadap BAKAL CALON gubernur Jawa Barat dalam Pilkada Jabar beberapa bulan lalu, yang dimenangi pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf. Usut punya usut, BaLon ini bernama Indra Hutabarat. Ia mengaku dicalonkan oleh partai Golkar, tapi ternyata setelah di crosscheck, pihak Golkarpun tidak mengakui/mengetahui nama seorang Indra Hutabarat. Indra Hutabarat sendiri merupakan seorang anggota dari Yayasan Simon Perez. Bagi yang tidak tahu Simon Perez, silakan search sendiri di Google, akan ditemukan bahwa ia adalah seorang aktivis perdamaian Yahudi.
Terbuktilah sudah SALAH SATU gerakan Yahudi-isme di Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar