Rabu, 11 Juli 2012

Viva La Vida! (2/2)


I used to rule the world
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning I sleep alone
Sweep the streets I used to own

Pada paragraf pertama ini, hal yang dibahas adalah kondisi perubahan yang begitu drastis dari penguasa. Coldplay menggunakan kata ganti “aku” dalam menggambarkan penguasa tersebut. Baris pertama dan kedua menggambarkan bahwa “aku” dahulu berkuasa atas dunia. Kekuasaan yang hebat ini juga tergambar ketika “aku” bertitah, lautpun bisa meluap. Namun, kondisi berubah sedemikian drastisnya. Dahulu berbeda dengan sekarang. Sekarang, “aku” tidur sendiri di pagi hari, tanpa siapapun (karena biasanya penguasa dikawal dimanapun dia berada). Tidak hanya itu, “aku” sekarang juga menjadi tukang sapu jalanan, yang semula jalanan itu adalah milik-“ku”. Inilah penggambaran jelas dari pergantian kekuasaan. Penguasa yang tadinya berkuasa, kini lemah tak berdaya, bahkan hampir mendekati hina.




I used to roll the dice
Feel the fear in my enemy's eyes
Listen as the crowd would sing
"Now the old king is dead! Long live the king!"

Paragraf kedua ini menggambarkan penguasa yang sedang menunggu gilirannya untuk berkuasa. “Aku” di sini sedang menimbang-nimbang kapan waktu yang tepat untuk merebut kekuasaan. Media yang digunakan adalah dadu. Sembari melempar-lempar dadu, sembari merasakan kegetiran musuh-musuh yang dijatuhkan. Sembari mendengarkan seruan-seruan keramaian, atau mungkin basis massa dan prajurit, bahwa penguasa lama telah mati, dan sekarang penguasa yang baru. Maknanya adalah bahwa pergiliran kekuasaan itu seperti pelemparan dadu, yang kita tidak tahu apa angka yang muncul dan kapan angka itu muncul. Namun, pergiliran kekuasaan selalu didukung oleh seruan-seruan keramaian atau opini yang berkembang di masyarakat. Dalam istilah politik, biasanya disebut basis dukungan.


One minute I held the key
Next the walls were closed on me
And I discovered that my castles stand
Upon pillars of salt and pillars of sand

Paragraf ketiga ini juga menggambarkan hal yang sama, yaitu pergiliran kekuasaan. Bait pertama menggambarkan bahwa “aku” si penguasa ini memegang kunci dalam satu menit. Maknanya adalah penguasa ketika sedang berkuasa, maka hal tersebut terasa lebih singkat. Semua berubah drastis dan sangat cepat ketika selanjutnya dinding-dinding (istana) justru tertutup untuk “aku”. Itu pertanda bahwa “aku” sudah tidak lagi mempunyai kuasa atas kunci tersebut. Bait ketiga dan keempat juga menjelaskan bahwa betapa kekuasaan itu pada hakikatnya sesuatu yang rapuh. Bisa sewaktu-waktu runtuh. Coldplay menggambarkannya dengan istana “aku” yang berdiri di atas pilar-pilar yang terbuat dari garam dan pasir. Dua material ini adalah material yang sangat rapuh jika terhempas gelombang air laut. Mengingat latar lagu ini yang menceritakan Perang Salib di Palestina (Yerussalem) yang letaknya di tepi laut mati, yang kadar garamnya sangat tinggi.

I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field

Bagian reff ini menurut saya adalah bagian yang paling mengharukan dan menggetarkan. Entah mengapa ketika mendengar “I hear Jerusalem bells a ringing” saya jadi teringat orasi Rasulullah ketika membangkitkan semangat kaum muslim menjelang perang Khandaq. Ketika itu sedang musim paceklik, dan menggali parit (khandaq) adalah perkara yang tidak mudah pada saat itu. Allah menguji dengan sebuah batu yang sangat besar lagi keras untuk dipecahkan. Namun, Rasulullah mengambil kapak untuk memecahkan batu tersebut, diayunkannya dengan segenap kekuatan, dan pecahlah batu tersebut, kemudian Rasulullah kurang lebih berkata, “Aku melihat kota-kota Kisra Persia dan sekitarnya serta sejumlah kota besarnya”, kemudian, “Aku melihat kota-kota Kaisar Romawi dan sekitarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.”, dan kemudian, “Aku melihat negeri Habasyah dan desa-desa sekitarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.”

Bait ini seperti menggambarkan kerinduan yang mendalam akan penaklukan wilayah yang –bahkan hingga sekarang– adalah wilayah yang spesial bagi tiga agama di dunia: Yerussalem. “Aku” mendengar lonceng Jerusalem berdering. Analogi yang mirip dengan apa yang dikatakan Rasulullah dalam perang Khandaq. Kemudian dilanjutkan dengan “aku” juga mendengar paduan suara Kavaleri (pasukan berkuda) Romawi bernyanyi. Kemudian cermin-“ku”, pedang-“ku”, dan perisai-“ku” adalah penunjang misi-misi ke wilayah yang lebih luas lagi (luar negeri). Inilah puncak dari sebuah hegemoni. Coldplay menggambarkannya dengan model Nasrani, dimana puncak hegemoni Nasrani adalah bertebarannya simbol-simbol berupa lonceng gereja dan nyanyian paduan suaranya.

For some reason I can't explain
Once you go there was never
Never an honest word
And that was when I ruled the world

Paragraf ini menjelaskan mengenai kondisi ketika “aku” sedang berada di puncak kekuasaan. Mungkin ini salah satu tabiat manusia, Coldplay menggambarkan ketika “aku” sedang berkuasa, dan “old king” telah pergi, tidak ada sekalipun kata-kata jujur. Artinya, penguasa sekarang, “aku” suka berbuat kebohongan, dan saat itu juga “aku” sedang menguasai dunia. “Aku” di sini berkuasa tanpa bahasa kejujuran, yang ada dalam penguasaannya adalah bahasa-bahasa kepalsuan dan kebohongan.

It was the wicked and wild wind
Blew down the doors to let me in
Shattered windows and the sound of drums
People couldn't believe what I'd become

Paragraf selanjutnya menjelaskan mengenai kondisi kekuasaan yang sudah mulai memasuki fase-fase sulit. Coldplay menggambarkannya dengan datangnya angin yang jahat dan liar, kemudian berhembus menutup pintu, dan memaksa “aku” untuk tetap di dalam, dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mempertahankan kekuasaan. Sementara di luar sana kondisi sudah mulai gaduh. Hal ini digambarkan dengan suara pecahan-pecahan jendela dan suara genderang. Sementara rakyat jelata tidak mempercayai apa yang terjadi dengan “aku” selanjutnya. Ini titik awal kejatuhan “aku” sebagai penguasa.

Revolutionaries wait
For my head on a silver plate
Just a puppet on a lonely string
Oh who would ever want to be king?

Paragraf ini menjelaskan bahwa kekuasaan akan segera direbut dari “aku”. Disebutkan bahwa kaum-kaum revolusioner sudah menunggu “giliran” dan momentum yang pas. Momentum untuk merebut “tahta perak” dari kepala “aku”. Kemudian, kondisi ini diibaratkan dengan sebuah boneka pada seutas tali, yang tergantung tidak jelas dan menunggu kejatuhan. Kemudian timbul pertanyaan, siapa yang akan menggantikan “aku” untuk menjadi penguasa selanjutnya?

I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field

For some reason I can't explain
I know Saint Peter won't call my name
Never an honest word
But that was when I ruled the world

I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field

For some reason I can't explain
I know Saint Peter won't call my name
Never an honest word
But that was when I ruled the world

Paragraf-paragraf selanjutnya adalah pengulangan-pengulangan dari paragraph sebelumnya. Namun, ada yang berbeda di paragraph terakhir. Coldplay menyebut Saint Peter. Dalam sejarah Nasrani Saint Peter ini adalah pemimpin pada masa-masa awal, sehingga menjadi panutan. Makna dari Saint Peter tidak memanggil nama “aku” artinya adalah bahwa kepemimpinan “aku” selama berkuasa adalah kepemimpinan yang buruk, sehingga tidak dipanggil, dan kepemimpinan yang penuh kepalsuan.

***

Kurang lebih seperti itulah makna yang dikandung dalam lagu Viva La Vida ini. Sebagai penutup, saya membayangkan generasi-generasi muda Indonesia saat ini seharusnya harus didekatkan lagi kepada “teks-teks” yang mengandung semangat, membangkitkan gelora juang, dan semangat “menguasai dunia” (rule the world) yang diucap berulang kali dalam lagu ini. Wajar saja jika orang-orang barat sekarang menjadi “penguasa” hegemoni dunia sekarang, itu karena mereka selalu “dicekoki” teks-teks baik itu berupa tulisan, cerita, ataupun lagu yang membangkitkan gelora juang seperti Viva La Vida ini. Ironi, ketika melihat lagu-lagu yang digandrungi pemuda Indonesia sekarang adalah lagu-lagu yang “cengeng”, melemahkan jiwa, membuat kelewat melankolis, dan sedih-sedih. Mungkin itulah yang membuat bangsa kita sekarang masih tergolong bangsa “terjajah” di dunia ini, karena cita-cita generasi kita bukan cita-cita yang besar, namun cita-cita yang kerdil, dan hal ini dipengaruhi oleh teks-teks yang menjadi referensi mereka. Wallahu a’lam.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

bukannya silver plate itu piring untuk kepala yang dipenggal di guilotin?

Unknown mengatakan...

nice. aku suka lagu2 cold play dan terutama yang ini, karena liriknya sangat dalam ^_^. tks akhie

budi wakwaw mengatakan...

Wah sangat bermanfaat sekali buat saya gan, apalagi saya muslim. Saya tadinya berburuk sangka apakah ini lagu untuk kristenisasi. Ternyata lagu ini untuk semangat dan motivasi. Terima kasih banyak gan. Nice info.

Unknown mengatakan...

tambahan gan, ini juga bisa dikaitkan dengan kisah nabi musa, untuk teks yang membelah lautan, trus juga bisa dikaitkan dengan pnaklukan andalusia oleh thoriq bin ziyad untuk teks yang raja lama berkuasa

Unknown mengatakan...

Jafi boleh apa engga dinyanyiin sama mulsim?

Unknown mengatakan...

Jadi boleh apa engga dinyanyiin sama muslim?