Rabu, 18 November 2009

Sisa-sisa Tugas Berpikir Visioner [3]

Kondisi Indonesia dan Dunia Saat Ini

 

Menggambarkan kondisi Indonesia secara lengkap sangatlah luas dan akan memakan banyak waktu dan tenaga. Untuk itu, pembahasan tentang Indonesia ini lebih dikhususkan pada bidang-bidang yang berhubungan langsung dengan ITB secara filosofisnya, yaitu pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, teknologi, industri, dan lingkungan alam.

 

Pendidikan seharusnya dipandang secara utuh untuk mengembangkan potensi manusia yang terdiri dari jasmani, rohani, emosi, dan akal. Pendidikan bertujuan untuk menunjang manusia agar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Undang-undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas RI) tahun 2003, sebenarnya sudah cukup ideal dari segi konsep, hal ini terlihat dari definisi pendidikan dan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam undang-undang tersebut. Namun, pada penerapan di lapangan, lagi-lagi kondisi ideal undang-undang ini masih saja hanya wacana belaka. Sebagai contoh, masih ada saja dikotomi dalam paradigma masyarakat bahwa matematika jauh lebih tinggi pentingnya daripada olahraga, pendidikan moral, bahkan pendidikan agama. Padahal kesemuanya merupakan ilmu yang sangat perlu dikembangkan agar manusia yang diproduksi dari sistem pendidikan ini adalah manusia yang utuh, tidak dipandang secara parsial.

 

Pendidikan sebagai salah satu sarana menyejahterakan umat manusia di Indonesia saat ini masih carut marut di lapangan. Sarana dan prasarana penunjang yang buruk, tenaga pengajar yang kurang professional, dan rendahnya pandangan masyarakat Indonesia terhadap pendidikan merupakan hal yang harus diberantas hingga saat ini. Untuk itu, ITB kedepannya harus hadir sebagai lembaga pendidikan yang memang mencetak manusia secara utuh, namun mempunyai spesialisasi di bidang tertentu, yaitu teknologi.

 

Pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia sebenarnya sangat berkaitan dengan sistem pendidikan nasional, dimana metodenya adalah dengan pendidikan dan pengajaran, dan yang disampaikan adalah ilmu dan pengetahuan. Walaupun yang namanya ilmu pengetahuan ada dimana saja, selama hal itu dapat diambil sebagai pelajaran, namun paradigma masyarakat Indonesia lagi-lagi masih kaku dalam memandang ilmu pengetahuan. Ketika ditanya tentang ilmu pengetahuan, maka hal yang langsung terkait adalah tentang bangku-bangku sekolah dan kuliah. Juga kegemaran masyarakat akan ilmu dan pengetahuan dirasa sudah semakin menurun saat ini. Kasarnya, masyarakat Indonesia saat ini lebih peduli dengan uang daripada ilmu dan pengetahuan. Padahal, ilmu dan pengetahuan tidaklah sepragmatis anggapan selama ini. Di sini, peran ITB sangatlah besar, bagaimana agar kegemaran masyarakat terhadap ilmu dan pengetahuan ini semakin meningkat.

 

Ketika berbicara mengenai kebudayaan, maka lagi-lagi yang timbul adalah tentang tari-tarian daerah, pakaian adat, dan sebagainya. Walaupun hal itu tidak salah, namun sebenarnya kebudayaan tidaklah sesempit itu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah”. Maka, ketika berbicara kebudayaan, maka hal ini berkaitan juga dengan sosio-antropologi masyarakat Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, globalisasi dan modernisasi zaman saat ini membawa lunturnya banyak kebudayaan masyarakat Indonesia. Mulai dari kebudayaan yang bersifat seni, seperti seni daerah, maupun kebudayaan yang bersifat umum, seperti budaya gotong royong, kerja bakti, toleransi, dan sebagainya. Dalam hal ini, ITB yang juga mempunyai departemen Sosioteknologi, semestinya mulai peduli dengan hal ini, dan bisa bermanfaat banyak dalam bidang teknologi, sehingga kebudayaan Indonesia ini bisa lebih terpandang kedepannya.

 

Belum mandirinya Indonesia dibidang teknologi seharusnya merupakan tanggung jawab besar yang diamanahkan juga kepada ITB sebagai institut teknologi terkemuka di Indonesia. Ketika belum mandiri di bidang teknologi, maka yang ada adalah import dan ketergantungan, dan ketika ketergantungan terjadi, maka negara akan dengan mudahnya membebek kepada pihak asing. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, sekarang PT DI), seharusnya dikembangkan secara lebih maksimal. Bahkan, yang lebih ironis adalah letaknya di Bandung, yang notabene sangat dekat dengan ITB, yang juga mempunyai jurusan Teknik Penerbangan. ITB mempunyai potensi putra-putri terbaik bangsa, juga seharusnya dalam bidang penerbangan, tidak hanya Prof. Dr. Ing. Habibie saja, walaupun  beliau adalah lulusan ITB. Begitu juga dengan industri perkapalan, perkeretaapian, persenjataan, maufaktur, dan banyak industri lainnya, yang berhubungan erat dengan teknologi. Juga kehidupan masyarakat yang masih jauh dari teknologi yang menyeluruh. Masih banyak kegiatan masyarakat yang dilakukan dengan metode konvensional tanpa teknologi.

 

Ironisnya, seperti yang telah dibahas sebelumnya, teknologi sekarang telah dikomersialisasi secara sangat berlebihan. Sehingga berdampak pada semakin sempitnya daya serap teknologi, sehingga mewujudkan masyarakat teknologi sangatlah sulit. Khawatirnya, ITB akan juga semakin terbawa oleh arus kapitalisme yang memandang kenikmatan materi adalah tujuan semata, bukan lagi orientasi kesejahteraan bersama, namun kesejahteraan pribadi. Untuk itu, seharusnya ITB bisa lebih menciptakan teknologi yang dapat semakin memasyarakat, bukan hanya milik pihak privat dan industri, seperti yang terjadi saat ini.

 

Isu lingkungan dan pemanasan global juga menjadi isu hangat belakangan ini, dan diperkirakan akan menjadi isu besar kedepannya. Tidak hanya di wilayah Indonesia, tetapi juga di wilayah dunia. Degradasi lingkungan semakin lama semakin parah, dan yang lebih parah lagi, disebut-sebut salah satu penyebabnya adalah industrialisasi, yang hal ini juga berhubungan dengan teknologi. Hal ini bukanlah tidak beralasan, nyatanya, banyak teknologi yang dihasilkan belakangan ini malah berpotensi membuat kerusakan lingkungan semakin parah. Itu berarti, mengancam kesejahteraan umat manusia dan keselarasan dengan alam.

 

Masih banyak lagi kondisi bangsa yang tidak terjelaskan di sini, dan seharusnya, teknologi juga bisa menjadi salah satu dari sekian banyak jawaban atas segala permasalahan bangsa kedepannya.

 

Tantangan Indonesia Masa Depan

 

Sudah cukup keterpurukan yang dialami bangsa ini. Belum sampai ke tahap bangsa yang maju dan sejahtera, bangsa ini sudah didera keterpurukan. Ironisnya, keterpurukan yang terjadi hampir di segala bidang. Padahal, bisa dibilang, apalagi hal yang kurang dari negara ini. Sumber daya alam sebagai unsur utama penyedia kesejahteraan sangatlah kaya dan melimpah. Sumber daya manusia sebagai pengelola sumber daya alam-lah yang mungkin bermasalah dalam hal ini. Banyak disebut-sebut dalam media bahwa hal inilah penyebabnya.

 

Padahal, rakyat Indonesia adalah rakyat yang cerdas dan kritis. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemenang-pemenang olimpiade-olimpiade keilmuan tingkat dunia, ataupun prestasi-prestasi Indonesia lainnya di mata dunia, seperti dalam bulu tangkis, balap mobil, dan sebagainya. Itu tandanya potensi kecerdasan akal dan jasmani manusia Indonesia sudah bisa dibilang cerdas. Tinggal masalah moral (rohani dan emosional) yang sekarang menjadi isu dalam perbaikan masyarakat, yang semestinya tidak ada lagi dikotomi dalam hal kecerdasan intelektual, moral, dan spiritual.

 

Ketika berbicara moral dan spiritual, tidak hanya berkaitan dengan agama, ibadah agama, dan akhlak antar sesama manusia, tetapi juga berbicara tentang semangat untuk menyejahterakan umat manusia, semangat untuk menyejahterakan bangsa, dan semangat untuk membuat kehidupan bermasyarakat lebih baik. Inilah yang perlu dibina, wawasan dan semangat membangun haruslah ditanamkan sejak dini, sehingga setiap warga mempunyai keinginan untuk bersama-sama menuju kesejahteraan, bukan sendiri-sendiri dalam kesejahteraan. Inilah semangat yang harus dikembangkan, semangat-semangat penguasaan teknologi, semangat-semangat memperbaiki pendidikan dan keilmuan, semangat menjaga lingkungan, dan lain sebagainya.

 

Karena dunia ini yang mengelola adalah manusia, maka ketika dunia ini semakin terpuruk, yang diperbaiki pertama kali seharusnya adalah pengelolanya, bukan dunianya, karena dunia pada dasarnya selalu berusaha menuju keseimbangan di awalnya.

 

Tantangan Indonesia kedepannya dalam menghadapi era globalisasi dunia adalah yang pertama, menyediakan sumber daya manusia unggul dan professional yang bisa menjawab tantangan kedepannya, bukan saja dalam hal kecerdasan intelektual, namun professional secara utuh, dalam hal kecerdasan intelektual, moral, spiritual, dan fisik. Kedua, tantangan Indonesia adalah bagaimana Indonesia dapat mandiri dalam era globalisasi ini, karena globalisasi bersifat persaingan, maka segala hal yang bersifat ketergantungan akan membuat keterpurukan. Mandiri dalam hal ini maksudnya adalah dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki dengan mengelolanya sendiri. Tentunya, hal ini butuh teknologi, dan di sinilah peran ITB dapat berperan banyak.

 

Jumat, 13 November 2009

Sisa-sisa Tugas Berpikir Visioner [2]

Posisi ITB di Indonesia dan Dunia

 

Ketika ditanyakan tentang ITB kepada masyarakat sekitar, yang akan tergambar dari respon mereka adalah istimewanya posisi ITB dalam hal keilmuan dan ketinggian pengetahuan. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah awal ITB yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Tingginya keilmuan dan pengetahuan ini membawa ITB menduduki peringkat bagian atas perguruan tinggi di Indonesia. Pernah pada peringkat pertama, pernah juga kedua, ataupun ketiga.

 

ITB adalah sebagai pencetak manusia, ilmu, teknologi, dan seni, itulah posisi ITB di mata Indonesia. Sudah banyak manusia-manusia yang diluluskan dari ITB, yang mengisi pembangunan umat manusia khususnya di Indonesia. Juga sudah banyak teknologi dan aplikasi ilmu yang diciptakan yang juga mengisi pembangunan bangsa dan umat manusia khususnya di Indonesia. Manusia-manusia yang dicetak ITB-pun beragam, tapi pada dasarnya mempunyai karakterisitik mayoritas sebagai seorang engineer yang mempunyai pola pikir rapi dan terstruktur, serta bertindak didasari ilmu pengetahuan (ilmiah). Manusia-manusia teknologi yang porsi penempaan potensinya lebih besar pada akal dan pikiran. Manusia-manusia pemikir yang cenderung idealis dan kurang realistis.

 

Dasar pendidikan di ITB yang sebagian besar berupa pengetahuan alam yang deterministik dan ideal, merupakan tantangan tersendiri bagi ITB untuk tetap menghasilkan manusia-manusia yang akan mengisi pembangunan bangsa dan umat manusia nantinya, yang sangatlah jauh dari kata ideal, malahan cenderung probabilistik.

 

ITB sebagai penghasil teknologi juga sudah banyak dirasakan manfaatnya bagi Indonesia pada khususnya. Namun, teknologi yang seharusnya memudahkan umat manusia dalam mencapai kesejahteraan dan kemakmuran hidup, kini semakin dikomersialisasi secara berlebihan, sehingga semakin mempersempit penggunaan teknologi itu sendiri, dan akhirnya teknologi sudah melenceng dari prinsip penciptaannya. Ketika keadaan ini sudah terjadi, maka kebermanfaatan ITB cenderung berkurang bagi masyarakat luas, sehingga Tri Dharma Perguruan Tinggi hanya sekedar teori.

 

Karena posisi ITB adalah pada bagian atas dalam peringkat perguruan tinggi, maka boleh ditarik kesimpulan bahwa produk yang dihasilkannya-pun bermutu tinggi. Manusia-manusia yang dicetak ITB tergolong manusia handal, professional, dan cerdas dalam mengisi pembangunan bangsa. Begitu pula dengan teknologi yang dihasilkannya, yang sangat berguna bagi pembangunan bangsa.

 

Pada tatanan yang lebih luas, yaitu dunia, ITB menduduki peringkat 727 (versi Webometrics) yang artinya juga cukup terpandang di mata dunia, artinya, kebermanfaatan ITB mulai diperhitungkan di mata dunia.

               

Potensi ITB di Indonesia dan Dunia

 

Dari posisi ITB yang telah dibahas di atas, kita dapat menarik beberapa potensi yang dimiliki ITB, yang apabila potensi ini dimanfaatkan dengan baik, akan tercipta ITB di masa depan yang lebih baik, sesuai dengan Visi ITB nantinya.

 

Potensi ITB dapat dilihat mulai dari inputnya, yaitu putra-putri yang bisa dikatakan terbaik bangsa, tentunya dari segi kecerdasan intelektual. Juga semenjak diberlakukannya sistem Ujian Saringan Masuk di ITB, putra-putri terbaik bangsa ini juga bertambah potensinya, berupa potensi keuangan dan kondisi ekonomi yang bisa dibilang baik. Hal ini mempunyai beberapa kelemahan dan kelebihan. Namun, ketika membahas potensi, maka hal-hal yang cenderung kelemahan harus kita singkirkan terlebih dahulu.

 

Baiknya input ini jikalau dikelola dengan baik, akan semakin berpotensi untuk mencetak manusia-manusia dengan kecerdasan intelektual yang tinggi. Manusia-manusia yang juga akan menjadi putra-putri terbaik bangsa, yang akan menjadi penggerak-penggerak terdepan dalam mensejahterakan bangsa dan umat manusia. Kecerdasan ini biasanya berguna untuk menghasilkan sesuatu produk yang bermanfaat nantinya, seperti ilmu, teknologi, dan seni terapan.

 

Posisi ITB yang merupakan peringkat atas dalam perguruan tinggi di Indonesia berpotensi untuk memajukan pendidikan masyarakat Indonesia lebih baik lagi, bahkan dalam skala yang lebih luas, dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat teknologi, yang merupakan salah satu ciri masyarakat madani, sebuah tatanan masyarakat ideal yang berperadaban tinggi. ITB berpotensi untuk menjadi garda-garda terdepan kemajuan teknologi bangsa Indonesia, yang meskipun belum mencapai tahap negara maju, sudah mulai muncul gejala-gejala keterpurukan saat ini. ITB yang mempunyai jaringan yang baik dengan sesama lembaga pendidikan, pemerintah, swasta, dan LSM seharusnya lebih bisa menggerakkan jaringan yang ada untuk menuju Indonesia yang lebih baik.

 

Seharusnya kehidupan umat manusia Indonesia pada khususnya semakin menuju kesejahteraan dengan teknologi, namun permasalahan sekarang lebih kompleks dari itu. Untuk membangun peradaban manusia yang sejahtera tidak hanya dapat ditopang dari satu sisi saja, yaitu teknologi, namun harus dilihat dari segala elemen. Untuk itulah perlunya sinergi setiap elemen untuk Indonesia yang sejahtera.

 

Posisi ITB di mata dunia juga turut membawa potensi dengan adanya kerja sama dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Sehingga segala ilmu yang baik untuk menunjang kesejahteraan umat manusia dapat juga dikembangkan di Indonesia. Pada intinya, dengan posisi yang ada sekarang, keberadaan ITB seharusnya dapat membawa manfaat banyak bagi kesejahteraan umat manusia.

 

Sisa-sisa Tugas Berpikir Visioner [1]

Sejarah ITB (http://www.itb.ac.id)

 

Institut Teknologi Bandung (ITB), didirikan pada tanggal 2 Maret 1959. Kampus utama ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia. Walaupun masing-masing institusi pendidikan tinggi yang mengawali ITB memiliki karakteristik dan misi masing-masing, semuanya memberikan pengaruh dalam perkembangan yang menuju pada pendirian ITB.

                                        

Sejarah ITB bermula seja awal abad kedua puluh, atas prakarsa masyarakat penguasa waktu itu. Gagasan mula pendiriannya terutama dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang menjadi sulit karena terganggunya hubungan antara negeri Belanda dan wilayah jajahannya di kawasan Nusantara, sebagai akibat pecahnya Perang Dunia Pertama. De Techniche Hoogeschool te Bandung berdiri tanggal 3 Juli 1920 dengan satu fakultas de Faculteit van Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu jurusan de afdeeling der Weg en Waterbouw.

 

Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan Proklamasi Kemerdekaan  serta wawasan ke masa depan, Pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2 Maret 1959. Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama, Institut Teknologi Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.

 

Kurun dasawarsa pertama tahun 1960-an ITB mulai membina dan melengkapi dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini dilakukan persiapan pengisian-pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran, serta melengkapkan jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan belajar ke luar negeri.

 

Kurun dasawarsa kedua tahun 1970-an ITB diwarnai oleh masa sulit yang timbul menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah dibentuk berubah menjadi satuan kerja yang juga berfungsi sebagai satuan sosial-ekonomi yang secara terbatas menjadi institusi semi-otonomi. Tingkat keakademian makin meningkat, tetapi penugasan belajar ke luar negeri makin berkurang. Sarana internal dan kepranataan semakin dimanfaatkan.

 

Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980-an   ditandai dengan kepranataan dan proses belajar mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik kampus yang makin dilengkapi. Jumlah lulusan sarjana makin meningkat dan program pasca sarjana mulai dibuka. Keadaan ini didukung oleh makin membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi negara.

 

Kurun dasawarsa keempat tahun 1990-an perguruan tinggi teknik yang semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini memiliki dua puluh enam Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, tiga puluh empat Program Studi S2/Magister dan tiga Bidang Studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan.

 

Dasawarsa ini akan menghantarkan ITB ke fajar abad baru yang ditandai dengan munculnya berbagai gagasan serta pemikiran terbaik untuk pengembangannya. Beberapa diantaranya antara lain: Bahwa cepatnya pelipatgandaan informasi di abad baru akan menuntut pelaksanaan pendidikan yang berpercepatan, tepat waktu, terpadu, berkelanjutan, dan merupakan upaya investasi terbaik. Dalam upaya ini ITB ingin menegakkan Program Sarjana di atas pondasi penguasaan ilmu-ilmu dasar yang kokoh sehingga lulusannya senantiasa mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang datang dengan cepat. Program Pasca Sarjana menjadi ujung tombak peningkatan kualitas dan kuantitas, efisiensi dan efektivitas, serta relevansinya terhadap kebutuhan, sehingga kontribusi ITB bagi pembangunan nasional akan menjadi lebih besar dan tinggi nilainya.

 

Bahwa penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dilakukan secara utuh dan terpadu, dalam suatu kiprah sebagai Research and Development University. Pengembangan keilmuan dan teknologi di ITB didasarkan pada kebutuhan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan bangsa. Dengan demikian ITB akan mengembangkan dirinya dalam riset dan manufaktur, teknologi komunikasi dan informasi, transportasi darat-laut dan dirgantara, lingkungan, serta bio-teknologi dan biosains.

 

Bahwa misi pengabdian kepada masyarakat diharapkan dapat membangun wawasan bisnis untuk kemandirian yang merupakan modal awal untuk menegakkan otonomi perguruan tinggi. Wawasan bisnis untuk kemandirian tersebut diarahkan guna meraih prestasi pelaksanaan kewajiban dan tugas pendidikan dan penelitian setinggi-tingginya.

 

Bahwa pengembangan ITB diharapkan berpijak pada kekuatan institusi berupa penggunaan informasi sebaik-baiknya, terpeliharanya Staf Pengajar yang kompeten yang tinggi mutu kemampuan dan pengabdiannya, sistem pendidikan yang terintegrasi, dan kerjasama yang terjalin erat dengan pemerintah, industri dan lembaga penelitian dan pendidikan di dalam dan luar negeri. Sehingga pengembangan yang direncanakan dapat dipantau secara berkelanjutan dan terukur menurut pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, pengembangan sumber daya manusia, sarana fisik, kepranataan norma dan tata kerja, serta ekonomi, sosial budaya dan keamanan.

 

Bahwa keinginan untuk mengembangkan ITB terungkap dengan semangat dan sikap ITB yang mengakui adanya kebenaran keilmuan, kebenaran keilmuan yang dapat didekati melalui observasi disertai analisis yang rasional. Bahwasanya mengejar dan mencari kebenaran ilmiah tersebut adalah hak setiap insan di bumi, dan ilmu pengetahuan serta teknologi agar dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mensejahterakan umat manusia, dan masyarakat bangsa Indonesia pada khususnya.

 

Kurun dasawarsa kelima tahun 2000-an Institut Teknologi Bandung yang status hukumnya sebagai instansi pemerintah dalam bentuk jawatan negeri pada tanggal 26 Desember 2000, Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 155 tahun 2000 telah menetapkan Institut Teknologi Bandung sebagai suatu Badan Hukum Milik Negara.

 

Perguruan Tinggi Negeri dengan status Badan Hukum adalah sesuatu tanpa preseden dalam sejarah Pendidikan Tinggi di Indonesia. Hal ini diawali dengan terbitnya PP No. 61 tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Bahan Hukum yang kemudian disusul dterbitnya PP No. 155 tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung menjadi Bahan Hukum Milik Negara. Maka dengan terbitnya PP 155 tersebut, sejak tanggal 26 Desember 2000 yang lalu ITB resmi menjadi Badan Hukum sebagaimana layaknya badan hukum lainnya yang dibenarkan melaksanakan segala perbuatan hukum yang tidak melanggar hukum serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan pertama yang ditinjau dalam PP No. 61 secara singkat adalah adanya globalisasi yang menimbulkan persaingan yang tajam. Maka untuk meningkatkan daya saing nasional dibutuhkan PT yang dapat membangun masyarakat madani yang demokratis dan mampu bersaing secara global. Untuk itu PT, termasuk ITB, harus memperoleh kemandirian, otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar. Penekannya ada pada adanya proses globalisasi.

 

Kampus ITB ku...

Beberapa foto yang saya ambil saat keadaan langit bandung lagi bener-bener biru. Saat-saat musim kemarau (bulan agustus). Sangat mendambakan langit Bandung yang bersih seperti ini...

DSCF4699 DSCF4696 ITB biru PAU Blue