Jumat, 31 Juli 2009

Makna Pendidikan

Makna Pendidikan

 

Bismillahirrahmanirrahim

 

Sedikit pendahuluan

 

Mahasiswa sebagai objek pendidikan yang sudah sedari kecil merasakan pendidikan baik formal maupun informal seharusnya mengetahui untuk apa itu pendidikan, untuk apa mereka dididik, dan bagaimana langkah yang dapat dilakukan demi mencapai tujuan pendidikan.

 

Pendidikan bukan menjadikan manusia secara umum menjadi robot, di mana manusia tersebut tidak mengetahui ia akan dibentuk seperti apa, melainkan pendidikan seharusnya menimbulkan kesadaran bahwa memang kita sebagai manusia butuh terdidik dan butuh dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan bersama. Sehingga, pada akhirnya manusia menyadari bahwa pendidikan dan pembelajaran seharusnya ia cari terus menerus hingga akhir hayat mereka.

 

Ada mekanisme continuous improvement di sini, yaitu kita sebagai manusia dituntut untuk selalu memperbaiki diri di manapun dan kapanpun kita berada. Itulah makna pendidikan yang hakiki.

 

Apa sih pendidikan itu?

 

Ada banyak referensi mengenai definisi pendidikan yang dapat kita temui. Namun, secara umum pendidikan dapat dibagi dua. Pertama, pendidikan anak, dan yang kedua, pendidikan orang dewasa (POD). Yuk mari kita bahas satu per satu

 

Pertama, pendidikan anak. Ini nih yang sering dijadikan referensi utama hampir semua definisi pendidikan. Banyak bangsa yang mendefinisikan definisi pendidikan yang hakikatnya ini adalah pendidikan anak. Bangsa Yunani mendefinisikan pendidikan sebagai pedagogic, yang artinya ilmu menuntun anak. Bangsa Romawi mendefinisikannya dengan educare yang artinya mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman juga dengan Erziehung, yang berarti membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Belum lagi dari Bahasa Jawa, panggulawentah (mengolah).

 

Islam mendefinisikan pendidikan sebagai tarbiyah, asal katanya rabaa-yarbuu-riban wa rabwah, yang artinya berkembang, tumbuh, dan subur. Tarbiyah berarti mengembangkan, menumbuhkan, atau menyuburkan. So, kesimpulannya, pendidikan anak (dasar) ini bersifat menumbuhkan, mengembangkan, atau menyuburkan, bukan mengubah atau mengganti.

 

Pertanyaan sekarang adalah, apa yang dikembangkan atau ditumbuhkan itu? Hmm, kita punya banyak referensi juga untuk ini. Bangsa Romawi bilang yang dikembangkan adalah potensi dasar, begitu juga Bangsa Jerman, begitu juga Ki Hajar Dewantara.

 

Kalau kita menilik pada hakikat penciptaan manusia. Kita tahu bahwa kita diciptakan sebagai khalifah, atau mungkin bahasa lebih universal adalah pemikul amanah. Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah (pemikul amanah; pemimpin) lengkap dengan potensi dasar yang akan menunjangnya dalam melaksanakan amanah ini. Ibarat seorang pembantu yang disuruh majikannya memakmurkan rumah, maka pastilah majikan tersebut memberinya potensi, contoh: sapu, kain pel, kemoceng, dsb. Jadi, sepakat ya kalo kita punya potensi?

 

Potensi dasar manusia

 

Lagi, banyak referensi yang mengemukakan potensi dasar manusia, dan kita coba membahasnya satu per satu. Jalaluddin mengatakan bahwa potensi manusia itu terdiri dari ruh, jasmani (fisik), dan rohani. Ruh, dia berkata, sebagai potensi tauhid, maksudnya, tiap manusia mempunyai apa yang disebut god spot, yaitu perasaan ber-Tuhan, dan itu pasti. Jasmani, tentang fisik, dan rohani adalah tentang konstitusi non-materi yang terintegrasi dalam jiwa. Contoh: pikiran, perasaan, bakat, minat, dsb.

 

Ki Hajar Dewantara berkata bahwa potensi dasar manusia itu ada tiga: Rohani, Jasmani, dan Akal. Rohani menyangkut apa yang disebut ke-Tuhanan, perasaan, dsb. Jasmani adalah fisik, dan Akal adalah tentang pikiran. Kemudian Imam Al-Ghazali lebih memecah sedikit potensi Rohani ini ke dalam tiga hal, yaitu Qalbu, Ruh, dan Nafs (rasa ingin, menggebu-gebu, dsb.). Qalbu, katanya, berasal dari alam ketuhanan, bersifat halus, dsb. Ruh, katanya, potensi kita mengetahui dan merasa sesuatu. Nafs berupa rasa ingin dan potensi nafs ini biasanya menggebu-gebu. Sisanya, Jasad dan Aql, kurang lebih sama seperti yang lain.

 

Kesimpulannya, Pendidikan anak kurang lebih adalah membangkitkan, menyuburkan, mengembangkan apa yang dinamakan potensi dasar manusia berupa Rohani, Akal, dan Jasmani (Ruhiyah, Fikriyah, Jasadiyah). Perhatian penting, kita jangan menyempitkan pendidikan anak sebagai pendidikan untuk anak-anak, namun pendidikan anak ini maksudnya adalah dasar, dasar dari semua pendidikan. Sepakat?

 

Pendidikan orang dewasa (POD)

 

Kalau pendidikan anak merupakan dasar, maka POD ini bersifat tahap lanjut, artinya pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa, tentunya secara dewasa. Dewasa punya banyak makna, Alan Rogers mendefinisikan dewasa dari banyak sisi:

 

-          Tingkatan, dewasa adalah tahapan kehidupan setelah anak-anak dan remaja.

-          Status, berupa penerimaan oleh masyarakat, bahwa dia telah diakui dewasa oleh masyarakat.

-          Tanggung Jawab Sosial, seperti berhak memilih dalam Pemilu, boleh menikah, dipilih, dsb.

-          Biologis, apabila sudah mampu membuahi atau dibuahi.

-          Wajib Belajar, apabila sudah mencapai usia wajib belajar yang berbeda tiap Negara.

-          Perkembangan, yaitu orang yang sudah matang secara psikologis.

-          Psikologis, yaitu yang sudah mulai bertanggung jawab atas dirinya.

 

Tidak ada batas umur pasti orang dikatakan dewasa secara psikologis, jadi, anak-anak SMP-pun boleh saja sudah dikatakan dewasa secara psikologis.

 

So, ambil cepet aja deh, POD ini juga dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti Abdurrahman An-Nahlawi dengan konsep tarbiyah dzatiyah-nya, Malcolm Knowles dengan from pedagogy to andragogy-nya, ataupun Edward C. Lindeman dan Cyrill O. Houl dengan adult education-nya. POD menurut para pendefinisi-nya lebih mendekatkan kepada kesadaran, atau kemandirian untuk mendidik diri sendiri. Konsep tarbiyah dzatiyah mendefinisikan tentang self-education dan long life education (tariyah madal hayah), sementara andragogy mendefinisikan pendidikan beorientasi manusia (mungkin seperti konsep orientasi siswa dan gurunya Pak Zuhal), dan adult education lebih menekankan pada kesadaran diri untuk terus menerus mendidik diri.

 

Kesimpulannya, POD merupakan tahap lebih lanjut dari pendidikan anak, di mana pada tahap ini, kita benar-benar menjalankan fungsi manusia sebagai subjek dan objek pendidikan. Artinya, POD menekankan pada kesadaran dan tanggung jawab kita sebagai pribadi untuk selalu mengembangkan potensi dasar manusia yang telah dibahas di atas.

 

Kesimpulan

 

Penjelasan yang panjang di atas harusnya menyadarkan kita akan apa makna pendidikan yang sebenarnya. Walaupun belum di bahas tentang untuk apa pendidikan, dan langkah apa yang dapat kita lakukan untuk menuju tujuan pendidikan tersebut.

 

Sebagai lontaran pikiran, sebelum saya mengetik panjang-panjang lagi mengenai lanjutannya, mari kita pikirkan untuk apa sih pendidikan? Clue: mari telaah lebih lanjut mengenai hakikat penciptaan manusia. Trus, kalo udah tau untuk apa pendidikan, insya Allah dengan mudah kita akan menyusun peran apa yang bisa kita lakukan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.

 

Seperti quote yang saya buat:

 

"Hebat itu bukan pandai berdialektika dan berkutat pada definisi kata2. Hebat itu bukan pandai memutarbalikkan fakta dengan mencomot teori2 yg mendukung saja. Hebat itu bukannya menelurkan teori-teori hasil kebuasan nafsu pikiran dan menuhankan pikiran. Tetapi, hebat itu terbuka, terbuka pikirannya, terbuka matanya, terbuka pendengarannya, dan terbuka hatinya untuk menerima kebenaran, bukan menutup-nutupinya."

 

Maka, hendaknya kita terbuka pada kebenaran, yang semata-mata datangnya dari Allah SWT Sang Pencipta.