Sabtu, 09 Januari 2010

Sisa-sisa Tugas Berpikir Visioner [4, habis]

Visi ITB 2025

 

Berdasarkan sejarah pembentukan ITB, kondisi ITB sekarang, kondisi Indonesia dan dunia, serta tantangan Indonesia di masa depan, maka dapat ditarik sebuah Visi ITB 2025, yaitu:

 

“ITB world class university sebagai pusat pengembangan teknologi berwawasan lingkungan dan manusia teknologi yang utuh, sebagai salah satu kontributor peradaban dunia demi kesejahteraan umat manusia dan kemajuan bangsa Indonesia”

 

Visi di atas bermakna bahwa posisi ITB sebagai world class university menjadi trendsetter pengembangan teknologi berwawasan lingkungan di dunia. Ketika berbicara tentang teknologi berwawasan lingkungan, maka yang menjadi kiblatnya adalah ITB. Selanjutnya, manusia teknologi yang utuh maksudnya adalah manusia yang mengaplikasikan prinsip teknologi dalam kehidupannya, dan memiliki keseimbangan kecerdasan intelektual, moral, spiritual, dan jasmani, sehingga menggunakan teknologi tersebut dengan arif sesuai tujuannya.

 

ITB sebagai salah satu kontributor maksudnya ikut berperan dalam peradaban dunia dengan teknologi-teknologi dan manusia-manusianya, untuk tujuan besar berupa sejahteranya umat manusia dan majunya bangsa Indonesia dalam hal teknologi dan sumber daya manusia teknologi.

 

Value ITB

 

“ITB world class university sebagai pusat pengembangan teknologi berwawasan lingkungan dan manusia teknologi yang utuh, sebagai salah satu kontributor peradaban dunia demi kesejahteraan umat manusia dan kemajuan bangsa Indonesia”

 

Nilai-nilai yang diperlukan dalam rangka mewujudkan visi ITB 2025 tersebut adalah:

·         Spiritual dan Moral. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa spiritual dan moral ini tidak hanya berbicara keagamaan dan akhlak, tetapi juga berbicara semangat dan keinginan yang kuat untuk mewujudkan visi tersebut, juga agar semangat yang ada diimbangi dengan totalitas dan keikhlasan.

·         Ilmiah dan Berkeadilan. ITB sebagai lembaga ilmu dan pengetahuan haruslah bertindak ilmiah, artinya bertindak berdasarkan kaidah-kaidah ilmu dan tata cara yang teratur dan benar. Adil di sini lebih bermaksud kepada bertindak sesuai kaidah secara proporsional dan tetap menjunjung keadilan.

·         Pengabdian. Untuk menimbulkan kembali rasa kepedulian untuk menyejahterakan umat manusia dan Indonesia, maka nilai-nilai pengabdian harus ditimbulkan.

·         Professionalitas. Tantangan globalisasi mengharuskan ITB bekerja professional dalam menghasilkan karya-karya teknologi. Bukan teknologi yang asal dan berkualitas rendah.

·         Spesialis dan Berwawasan Global. Tantangan globalisasi kembali mensyaratkan manusia-manusia yang mempunyai keahlian khusus dan spesifik, namun mempunyai wawasan global agar berpikir dan bertindak secara sistemik dan terintegrasi, tidak parsial dalam menyelesaikan masalah.

·         Continuous and Neverending Improvement. Berupa idealisme untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dan tanpa akhir. Hal ini lebih kepada usaha, berbeda dengan spiritual dan moral, yang lebih kepada motivasi internal. Walaupun keduanya berkaitan.

 

Strategi ITB 2025

 

Strategi dalam mewujudkan Visi ITB 2025 akan kami bagi menjadi strategi jangka panjang lima tahunan dengan targetan-targetan yang akan dilakukan, dibagi berdasarkan time sequence.

 

ITB 2025 tidak bisa dicapai tanpa strategi dan perencanaan yang matang. Setiap strategi yang dilakukan harus lebih spesifik dan berbatas waktu, dan pastinya estafet hingga menuju visi besar tahun 2025. Strategi ini menggunakan pola perencanaan strategi jangka panjang. Dimulai dari saat ini menuju ITB 2010 dimana pekerjaan besar ITB adalah menjadi model perguruan tinggi di Indonesia berbasis pendidikan menyeluruh. Maksudnya adalah harus adanya perombakan besar dalam sistem pendidikan di ITB agar manusia yang dihasilkan ITB lebih mendekati kepada manusia yang dapat menghadapi tantangan global seperti yang telah dibahas pada subbab 3.2. Juga dilakukan pembangunan mitra kerja skala nasional berupa perguruan tinggi lainnya, lembaga penelitian, dan stakeholder lainnya, termasuk pemerintah. Juga peningkatan kemandirian dana penunjang riset dan pengembangan. Pasalnya sangat sulit apabila kita hanya bergantung pada pemerintah untuk menyediakan dana riset yang memadai.

 

ITB 2015 mempunyai goal berupa perguruan tinggi ternama di Indonesia yang berbasis teknologi. Teknologi benar-benar menjadi jati diri ITB di mata Indonesia. Ketika ditanya tentang ITB, maka masyarakat langsung berpikir tentang teknologi. Ini artinya, ITB lebih produktif dalam menghasilkan teknologi yang lebih bermanfaat bagi umat manusia khususnya Indonesia dan menjadi trendsetter pengembangan teknologi Indonesia, dan penerapan kampus teknologi, dimana kampus ITB menjadi kampus termodern dan komputerisasi automatisasi se-Indonesia.

 

Pada tahun 2020, ITB sudah melebar sayapnya menjadi perguruan tinggi kelas dunia. Juga ada perubahan wawasan riset menjadi riset yang berwawasan lingkungan. Artinya, setiap teknologi yang dihasilkan harus seminimal mungkin menimbulkan dampak kerusakan lingkungan. Termasuk peningkatan dana riset dan pengembangan.

 

Pada akhirnya, pada tahun 2025 ITB semakin menjadi kontributor peradaban manusia dan kebermanfaatannya lebih terasa bagi umat manusia, khususnya Indonesia, dengan menjadi pusat pengembangan teknologi berwawasan lingkungan.

 

 

ANALISIS KEINGINAN ITB (PIHAK REKTORAT) TERHADAP PERGERAKAN KM ITB

ANALISIS KEINGINAN ITB (PIHAK REKTORAT) TERHADAP PERGERAKAN KM ITB

Oleh: Ramadhani Pratama Guna – 13407126

 

Dalam memulai analisis ini, mari kita simak beberapa kutipan berikut:

 

Misi ITB: “Memandu perkembangan dan perubahan yang dilakukan masyarakat melalui kegiatan tridharma perguruan tinggi yang inovatif, bermutu, dan tanggap terhadap perkembangan global dan tantangan lokal.

 

Targetan ITB 2010 – 2015:

1.       Perwujudan suatu simpul kerjasama nasional dan internasional sebagai kekuatan ITB dalam menjalankan misi, mewujudkan visi,

2.       Perguruan tinggi dengan riset dan pengembangan sebagai identitas diri,

3.       Pusat unggulan dan rujukan untuk kemandirian teknologi bagi bangsa Indonesia.

 

Dengan membahas dua hal ini, kita dapat melakukan generalisasi sehingga menghasilkan beberapa kesimpulan. Kenapa kita dapat melakukan generalisasi hanya dari dua kutipan? Jawabannya adalah karena kedua kutipan di atas merupakan kutipan yang sifatnya fundamental (konsep), bukan teknis yang mengharuskan terdapat banyak data untuk menarik kesimpulan.

 

Inti dari kutipan di atas adalah keinginan ITB meliputi seluruh elemennya, tidak terkecuali mahasiswa dan kemahasiswaannya, bahwa ITB harus menjadi perguruan tinggi berbasis riset dan pengembangan dan berusaha agar karyanya dapat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia. Sampai sini, saya berkesimpulan bahwa inti dasarnya adalah seperti itu.

 

Keinginan ITB terhadap pergerakan internal KM ITB

 

Kesimpulan yang telah dibahas sebelumnya membantu kita untuk memperkirakan apa yang diinginkan ITB terhadap pergerakan intra kampus ITB oleh KM ITB. Pihak ITB menginginkan KM ITB turut menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan budaya riset dan pengembangan untuk setiap elemen kampus, terutama mahasiswanya. Bahasa populer bagi mahasiswa adalah keprofesian. ITB sangat mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa seperti ITB Fair, IECOM, dan sebagainya. Kegiatan yang bersifat perlombaan, karya ilmiah, seminar ilmiah, kuliah umum, dan sebagainya sangatlah didukung oleh ITB.

 

Lebih lebar sedikit, ITB juga mendukung kegiatan kemahasiswaan yang bersifat pengembangan karakter positif dan aktualisasi diri positif, seperti Olimpiade KM ITB, Festival Paduan Angklung, IEC, dan sebagainya. Namun, ITB mengekang pengembangan karakter dan aktualisasi diri berlebihan dan tidak esensial, seperti arak-arakan wisuda, kaderisasi himpunan yang berbau lapangan, perpeloncoan, tekanan, dan lainnya.

 

Saya dan teman-teman satu angkatan TI 2007 pernah dipanggil ketua program studi TI karena “tercium” mengikuti proses kaderisasi MTI yang menggunakan nametag “aneh”, berbaris di lapangan, menggunakan komandan lapangan, penuh agitasi, dan sebagainya. Satu hal yang saya tangkap dari pembicaraan panjang waktu itu adalah, pihak ITB tidak menyukai kegiatan yang sifatnya kolot, tidak elegan, dan mungkin terlihat tidak intelek, meskipun konten sebaik apapun, namun jika metodenya dianggap buruk, maka tetap dilarang. Begitu pula dengan kegiatan wisudaan.

 

 

Kita dapat menarik kesimpulan bahwa ITB menginginkan pergerakan internal KM ITB adalah pergerakan yang kondusif untuk keprofesian, elegan, dan intelek.

 

Keinginan ITB terhadap pergerakan eksternal KM ITB

 

Tidak berbeda jauh dengan internal, saya rasa ITB menginginkan agar KM ITB lebih bergerak dalam hal keprofesian yang termanfaatkan. ITB sangat senang apabila mahasiswa terjun ke masyarakat. Mayoritas himpunan selama ini sudah melaksanakan program pengabdian masyarakat rutin, dan selama ini saya tidak pernah mendengar cerita pelarangan kegiatan eksternal berupa pengabdian masyarakat. Entah itu pengembangan desa, rumah belajar, bantuan gempa, dan lainnya.

 

Lebih lebar lagi, ITB juga sebenarnya mendukung KM ITB dalam gerakan sosial politik, terlihat dari dukungan ITB terhadap KM ITB yang mengangkat issu Bank Century, juga dengan kampanye integritas akademik, seminar-seminar kepemudaan, lomba orasi, tulisan, dan sebagainya. Namun lagi-lagi, ITB menginginkan gerakan yang smooth, elegan, kondusif, dan intelek. Tidak serabutan, massif, dan berantakan. Mungkin seperti aksi demonstrasi tidak terlalu disukai ITB.

Dari pembahasan di atas, saya menemukan sebuah masalah selama ini, antara kemahasiswaan dengan pihak ITB, yaitu perbedaan jiwa. Jika mahasiswa masih berjiwa muda dan penuh gejolak, menginginkan hal-hal yang sifatnya “gerak” fisik juga, sementara ITB lebih banyak berjiwa dewasa dan kalem, yang ingin kita, mahasiswa bertindak dewasa, dengan jalan pemikiran dan intelektual. Jadi, masalahnya sebenarnya ada pada komunikasi, bagaimana mencari win win solution dari dua pertentangan yang sebenarnya tidak berbeda dalam tujuan, namun beda dengan cara.