Rabu, 18 November 2009

Sisa-sisa Tugas Berpikir Visioner [3]

Kondisi Indonesia dan Dunia Saat Ini

 

Menggambarkan kondisi Indonesia secara lengkap sangatlah luas dan akan memakan banyak waktu dan tenaga. Untuk itu, pembahasan tentang Indonesia ini lebih dikhususkan pada bidang-bidang yang berhubungan langsung dengan ITB secara filosofisnya, yaitu pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, teknologi, industri, dan lingkungan alam.

 

Pendidikan seharusnya dipandang secara utuh untuk mengembangkan potensi manusia yang terdiri dari jasmani, rohani, emosi, dan akal. Pendidikan bertujuan untuk menunjang manusia agar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Undang-undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas RI) tahun 2003, sebenarnya sudah cukup ideal dari segi konsep, hal ini terlihat dari definisi pendidikan dan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam undang-undang tersebut. Namun, pada penerapan di lapangan, lagi-lagi kondisi ideal undang-undang ini masih saja hanya wacana belaka. Sebagai contoh, masih ada saja dikotomi dalam paradigma masyarakat bahwa matematika jauh lebih tinggi pentingnya daripada olahraga, pendidikan moral, bahkan pendidikan agama. Padahal kesemuanya merupakan ilmu yang sangat perlu dikembangkan agar manusia yang diproduksi dari sistem pendidikan ini adalah manusia yang utuh, tidak dipandang secara parsial.

 

Pendidikan sebagai salah satu sarana menyejahterakan umat manusia di Indonesia saat ini masih carut marut di lapangan. Sarana dan prasarana penunjang yang buruk, tenaga pengajar yang kurang professional, dan rendahnya pandangan masyarakat Indonesia terhadap pendidikan merupakan hal yang harus diberantas hingga saat ini. Untuk itu, ITB kedepannya harus hadir sebagai lembaga pendidikan yang memang mencetak manusia secara utuh, namun mempunyai spesialisasi di bidang tertentu, yaitu teknologi.

 

Pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia sebenarnya sangat berkaitan dengan sistem pendidikan nasional, dimana metodenya adalah dengan pendidikan dan pengajaran, dan yang disampaikan adalah ilmu dan pengetahuan. Walaupun yang namanya ilmu pengetahuan ada dimana saja, selama hal itu dapat diambil sebagai pelajaran, namun paradigma masyarakat Indonesia lagi-lagi masih kaku dalam memandang ilmu pengetahuan. Ketika ditanya tentang ilmu pengetahuan, maka hal yang langsung terkait adalah tentang bangku-bangku sekolah dan kuliah. Juga kegemaran masyarakat akan ilmu dan pengetahuan dirasa sudah semakin menurun saat ini. Kasarnya, masyarakat Indonesia saat ini lebih peduli dengan uang daripada ilmu dan pengetahuan. Padahal, ilmu dan pengetahuan tidaklah sepragmatis anggapan selama ini. Di sini, peran ITB sangatlah besar, bagaimana agar kegemaran masyarakat terhadap ilmu dan pengetahuan ini semakin meningkat.

 

Ketika berbicara mengenai kebudayaan, maka lagi-lagi yang timbul adalah tentang tari-tarian daerah, pakaian adat, dan sebagainya. Walaupun hal itu tidak salah, namun sebenarnya kebudayaan tidaklah sesempit itu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah”. Maka, ketika berbicara kebudayaan, maka hal ini berkaitan juga dengan sosio-antropologi masyarakat Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, globalisasi dan modernisasi zaman saat ini membawa lunturnya banyak kebudayaan masyarakat Indonesia. Mulai dari kebudayaan yang bersifat seni, seperti seni daerah, maupun kebudayaan yang bersifat umum, seperti budaya gotong royong, kerja bakti, toleransi, dan sebagainya. Dalam hal ini, ITB yang juga mempunyai departemen Sosioteknologi, semestinya mulai peduli dengan hal ini, dan bisa bermanfaat banyak dalam bidang teknologi, sehingga kebudayaan Indonesia ini bisa lebih terpandang kedepannya.

 

Belum mandirinya Indonesia dibidang teknologi seharusnya merupakan tanggung jawab besar yang diamanahkan juga kepada ITB sebagai institut teknologi terkemuka di Indonesia. Ketika belum mandiri di bidang teknologi, maka yang ada adalah import dan ketergantungan, dan ketika ketergantungan terjadi, maka negara akan dengan mudahnya membebek kepada pihak asing. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, sekarang PT DI), seharusnya dikembangkan secara lebih maksimal. Bahkan, yang lebih ironis adalah letaknya di Bandung, yang notabene sangat dekat dengan ITB, yang juga mempunyai jurusan Teknik Penerbangan. ITB mempunyai potensi putra-putri terbaik bangsa, juga seharusnya dalam bidang penerbangan, tidak hanya Prof. Dr. Ing. Habibie saja, walaupun  beliau adalah lulusan ITB. Begitu juga dengan industri perkapalan, perkeretaapian, persenjataan, maufaktur, dan banyak industri lainnya, yang berhubungan erat dengan teknologi. Juga kehidupan masyarakat yang masih jauh dari teknologi yang menyeluruh. Masih banyak kegiatan masyarakat yang dilakukan dengan metode konvensional tanpa teknologi.

 

Ironisnya, seperti yang telah dibahas sebelumnya, teknologi sekarang telah dikomersialisasi secara sangat berlebihan. Sehingga berdampak pada semakin sempitnya daya serap teknologi, sehingga mewujudkan masyarakat teknologi sangatlah sulit. Khawatirnya, ITB akan juga semakin terbawa oleh arus kapitalisme yang memandang kenikmatan materi adalah tujuan semata, bukan lagi orientasi kesejahteraan bersama, namun kesejahteraan pribadi. Untuk itu, seharusnya ITB bisa lebih menciptakan teknologi yang dapat semakin memasyarakat, bukan hanya milik pihak privat dan industri, seperti yang terjadi saat ini.

 

Isu lingkungan dan pemanasan global juga menjadi isu hangat belakangan ini, dan diperkirakan akan menjadi isu besar kedepannya. Tidak hanya di wilayah Indonesia, tetapi juga di wilayah dunia. Degradasi lingkungan semakin lama semakin parah, dan yang lebih parah lagi, disebut-sebut salah satu penyebabnya adalah industrialisasi, yang hal ini juga berhubungan dengan teknologi. Hal ini bukanlah tidak beralasan, nyatanya, banyak teknologi yang dihasilkan belakangan ini malah berpotensi membuat kerusakan lingkungan semakin parah. Itu berarti, mengancam kesejahteraan umat manusia dan keselarasan dengan alam.

 

Masih banyak lagi kondisi bangsa yang tidak terjelaskan di sini, dan seharusnya, teknologi juga bisa menjadi salah satu dari sekian banyak jawaban atas segala permasalahan bangsa kedepannya.

 

Tantangan Indonesia Masa Depan

 

Sudah cukup keterpurukan yang dialami bangsa ini. Belum sampai ke tahap bangsa yang maju dan sejahtera, bangsa ini sudah didera keterpurukan. Ironisnya, keterpurukan yang terjadi hampir di segala bidang. Padahal, bisa dibilang, apalagi hal yang kurang dari negara ini. Sumber daya alam sebagai unsur utama penyedia kesejahteraan sangatlah kaya dan melimpah. Sumber daya manusia sebagai pengelola sumber daya alam-lah yang mungkin bermasalah dalam hal ini. Banyak disebut-sebut dalam media bahwa hal inilah penyebabnya.

 

Padahal, rakyat Indonesia adalah rakyat yang cerdas dan kritis. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemenang-pemenang olimpiade-olimpiade keilmuan tingkat dunia, ataupun prestasi-prestasi Indonesia lainnya di mata dunia, seperti dalam bulu tangkis, balap mobil, dan sebagainya. Itu tandanya potensi kecerdasan akal dan jasmani manusia Indonesia sudah bisa dibilang cerdas. Tinggal masalah moral (rohani dan emosional) yang sekarang menjadi isu dalam perbaikan masyarakat, yang semestinya tidak ada lagi dikotomi dalam hal kecerdasan intelektual, moral, dan spiritual.

 

Ketika berbicara moral dan spiritual, tidak hanya berkaitan dengan agama, ibadah agama, dan akhlak antar sesama manusia, tetapi juga berbicara tentang semangat untuk menyejahterakan umat manusia, semangat untuk menyejahterakan bangsa, dan semangat untuk membuat kehidupan bermasyarakat lebih baik. Inilah yang perlu dibina, wawasan dan semangat membangun haruslah ditanamkan sejak dini, sehingga setiap warga mempunyai keinginan untuk bersama-sama menuju kesejahteraan, bukan sendiri-sendiri dalam kesejahteraan. Inilah semangat yang harus dikembangkan, semangat-semangat penguasaan teknologi, semangat-semangat memperbaiki pendidikan dan keilmuan, semangat menjaga lingkungan, dan lain sebagainya.

 

Karena dunia ini yang mengelola adalah manusia, maka ketika dunia ini semakin terpuruk, yang diperbaiki pertama kali seharusnya adalah pengelolanya, bukan dunianya, karena dunia pada dasarnya selalu berusaha menuju keseimbangan di awalnya.

 

Tantangan Indonesia kedepannya dalam menghadapi era globalisasi dunia adalah yang pertama, menyediakan sumber daya manusia unggul dan professional yang bisa menjawab tantangan kedepannya, bukan saja dalam hal kecerdasan intelektual, namun professional secara utuh, dalam hal kecerdasan intelektual, moral, spiritual, dan fisik. Kedua, tantangan Indonesia adalah bagaimana Indonesia dapat mandiri dalam era globalisasi ini, karena globalisasi bersifat persaingan, maka segala hal yang bersifat ketergantungan akan membuat keterpurukan. Mandiri dalam hal ini maksudnya adalah dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki dengan mengelolanya sendiri. Tentunya, hal ini butuh teknologi, dan di sinilah peran ITB dapat berperan banyak.

 

Jumat, 13 November 2009

Sisa-sisa Tugas Berpikir Visioner [2]

Posisi ITB di Indonesia dan Dunia

 

Ketika ditanyakan tentang ITB kepada masyarakat sekitar, yang akan tergambar dari respon mereka adalah istimewanya posisi ITB dalam hal keilmuan dan ketinggian pengetahuan. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah awal ITB yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Tingginya keilmuan dan pengetahuan ini membawa ITB menduduki peringkat bagian atas perguruan tinggi di Indonesia. Pernah pada peringkat pertama, pernah juga kedua, ataupun ketiga.

 

ITB adalah sebagai pencetak manusia, ilmu, teknologi, dan seni, itulah posisi ITB di mata Indonesia. Sudah banyak manusia-manusia yang diluluskan dari ITB, yang mengisi pembangunan umat manusia khususnya di Indonesia. Juga sudah banyak teknologi dan aplikasi ilmu yang diciptakan yang juga mengisi pembangunan bangsa dan umat manusia khususnya di Indonesia. Manusia-manusia yang dicetak ITB-pun beragam, tapi pada dasarnya mempunyai karakterisitik mayoritas sebagai seorang engineer yang mempunyai pola pikir rapi dan terstruktur, serta bertindak didasari ilmu pengetahuan (ilmiah). Manusia-manusia teknologi yang porsi penempaan potensinya lebih besar pada akal dan pikiran. Manusia-manusia pemikir yang cenderung idealis dan kurang realistis.

 

Dasar pendidikan di ITB yang sebagian besar berupa pengetahuan alam yang deterministik dan ideal, merupakan tantangan tersendiri bagi ITB untuk tetap menghasilkan manusia-manusia yang akan mengisi pembangunan bangsa dan umat manusia nantinya, yang sangatlah jauh dari kata ideal, malahan cenderung probabilistik.

 

ITB sebagai penghasil teknologi juga sudah banyak dirasakan manfaatnya bagi Indonesia pada khususnya. Namun, teknologi yang seharusnya memudahkan umat manusia dalam mencapai kesejahteraan dan kemakmuran hidup, kini semakin dikomersialisasi secara berlebihan, sehingga semakin mempersempit penggunaan teknologi itu sendiri, dan akhirnya teknologi sudah melenceng dari prinsip penciptaannya. Ketika keadaan ini sudah terjadi, maka kebermanfaatan ITB cenderung berkurang bagi masyarakat luas, sehingga Tri Dharma Perguruan Tinggi hanya sekedar teori.

 

Karena posisi ITB adalah pada bagian atas dalam peringkat perguruan tinggi, maka boleh ditarik kesimpulan bahwa produk yang dihasilkannya-pun bermutu tinggi. Manusia-manusia yang dicetak ITB tergolong manusia handal, professional, dan cerdas dalam mengisi pembangunan bangsa. Begitu pula dengan teknologi yang dihasilkannya, yang sangat berguna bagi pembangunan bangsa.

 

Pada tatanan yang lebih luas, yaitu dunia, ITB menduduki peringkat 727 (versi Webometrics) yang artinya juga cukup terpandang di mata dunia, artinya, kebermanfaatan ITB mulai diperhitungkan di mata dunia.

               

Potensi ITB di Indonesia dan Dunia

 

Dari posisi ITB yang telah dibahas di atas, kita dapat menarik beberapa potensi yang dimiliki ITB, yang apabila potensi ini dimanfaatkan dengan baik, akan tercipta ITB di masa depan yang lebih baik, sesuai dengan Visi ITB nantinya.

 

Potensi ITB dapat dilihat mulai dari inputnya, yaitu putra-putri yang bisa dikatakan terbaik bangsa, tentunya dari segi kecerdasan intelektual. Juga semenjak diberlakukannya sistem Ujian Saringan Masuk di ITB, putra-putri terbaik bangsa ini juga bertambah potensinya, berupa potensi keuangan dan kondisi ekonomi yang bisa dibilang baik. Hal ini mempunyai beberapa kelemahan dan kelebihan. Namun, ketika membahas potensi, maka hal-hal yang cenderung kelemahan harus kita singkirkan terlebih dahulu.

 

Baiknya input ini jikalau dikelola dengan baik, akan semakin berpotensi untuk mencetak manusia-manusia dengan kecerdasan intelektual yang tinggi. Manusia-manusia yang juga akan menjadi putra-putri terbaik bangsa, yang akan menjadi penggerak-penggerak terdepan dalam mensejahterakan bangsa dan umat manusia. Kecerdasan ini biasanya berguna untuk menghasilkan sesuatu produk yang bermanfaat nantinya, seperti ilmu, teknologi, dan seni terapan.

 

Posisi ITB yang merupakan peringkat atas dalam perguruan tinggi di Indonesia berpotensi untuk memajukan pendidikan masyarakat Indonesia lebih baik lagi, bahkan dalam skala yang lebih luas, dapat mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat teknologi, yang merupakan salah satu ciri masyarakat madani, sebuah tatanan masyarakat ideal yang berperadaban tinggi. ITB berpotensi untuk menjadi garda-garda terdepan kemajuan teknologi bangsa Indonesia, yang meskipun belum mencapai tahap negara maju, sudah mulai muncul gejala-gejala keterpurukan saat ini. ITB yang mempunyai jaringan yang baik dengan sesama lembaga pendidikan, pemerintah, swasta, dan LSM seharusnya lebih bisa menggerakkan jaringan yang ada untuk menuju Indonesia yang lebih baik.

 

Seharusnya kehidupan umat manusia Indonesia pada khususnya semakin menuju kesejahteraan dengan teknologi, namun permasalahan sekarang lebih kompleks dari itu. Untuk membangun peradaban manusia yang sejahtera tidak hanya dapat ditopang dari satu sisi saja, yaitu teknologi, namun harus dilihat dari segala elemen. Untuk itulah perlunya sinergi setiap elemen untuk Indonesia yang sejahtera.

 

Posisi ITB di mata dunia juga turut membawa potensi dengan adanya kerja sama dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Sehingga segala ilmu yang baik untuk menunjang kesejahteraan umat manusia dapat juga dikembangkan di Indonesia. Pada intinya, dengan posisi yang ada sekarang, keberadaan ITB seharusnya dapat membawa manfaat banyak bagi kesejahteraan umat manusia.

 

Sisa-sisa Tugas Berpikir Visioner [1]

Sejarah ITB (http://www.itb.ac.id)

 

Institut Teknologi Bandung (ITB), didirikan pada tanggal 2 Maret 1959. Kampus utama ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia. Walaupun masing-masing institusi pendidikan tinggi yang mengawali ITB memiliki karakteristik dan misi masing-masing, semuanya memberikan pengaruh dalam perkembangan yang menuju pada pendirian ITB.

                                        

Sejarah ITB bermula seja awal abad kedua puluh, atas prakarsa masyarakat penguasa waktu itu. Gagasan mula pendiriannya terutama dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang menjadi sulit karena terganggunya hubungan antara negeri Belanda dan wilayah jajahannya di kawasan Nusantara, sebagai akibat pecahnya Perang Dunia Pertama. De Techniche Hoogeschool te Bandung berdiri tanggal 3 Juli 1920 dengan satu fakultas de Faculteit van Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu jurusan de afdeeling der Weg en Waterbouw.

 

Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan Proklamasi Kemerdekaan  serta wawasan ke masa depan, Pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2 Maret 1959. Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama, Institut Teknologi Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.

 

Kurun dasawarsa pertama tahun 1960-an ITB mulai membina dan melengkapi dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini dilakukan persiapan pengisian-pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran, serta melengkapkan jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan belajar ke luar negeri.

 

Kurun dasawarsa kedua tahun 1970-an ITB diwarnai oleh masa sulit yang timbul menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah dibentuk berubah menjadi satuan kerja yang juga berfungsi sebagai satuan sosial-ekonomi yang secara terbatas menjadi institusi semi-otonomi. Tingkat keakademian makin meningkat, tetapi penugasan belajar ke luar negeri makin berkurang. Sarana internal dan kepranataan semakin dimanfaatkan.

 

Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980-an   ditandai dengan kepranataan dan proses belajar mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik kampus yang makin dilengkapi. Jumlah lulusan sarjana makin meningkat dan program pasca sarjana mulai dibuka. Keadaan ini didukung oleh makin membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi negara.

 

Kurun dasawarsa keempat tahun 1990-an perguruan tinggi teknik yang semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini memiliki dua puluh enam Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, tiga puluh empat Program Studi S2/Magister dan tiga Bidang Studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan.

 

Dasawarsa ini akan menghantarkan ITB ke fajar abad baru yang ditandai dengan munculnya berbagai gagasan serta pemikiran terbaik untuk pengembangannya. Beberapa diantaranya antara lain: Bahwa cepatnya pelipatgandaan informasi di abad baru akan menuntut pelaksanaan pendidikan yang berpercepatan, tepat waktu, terpadu, berkelanjutan, dan merupakan upaya investasi terbaik. Dalam upaya ini ITB ingin menegakkan Program Sarjana di atas pondasi penguasaan ilmu-ilmu dasar yang kokoh sehingga lulusannya senantiasa mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang datang dengan cepat. Program Pasca Sarjana menjadi ujung tombak peningkatan kualitas dan kuantitas, efisiensi dan efektivitas, serta relevansinya terhadap kebutuhan, sehingga kontribusi ITB bagi pembangunan nasional akan menjadi lebih besar dan tinggi nilainya.

 

Bahwa penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dilakukan secara utuh dan terpadu, dalam suatu kiprah sebagai Research and Development University. Pengembangan keilmuan dan teknologi di ITB didasarkan pada kebutuhan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan bangsa. Dengan demikian ITB akan mengembangkan dirinya dalam riset dan manufaktur, teknologi komunikasi dan informasi, transportasi darat-laut dan dirgantara, lingkungan, serta bio-teknologi dan biosains.

 

Bahwa misi pengabdian kepada masyarakat diharapkan dapat membangun wawasan bisnis untuk kemandirian yang merupakan modal awal untuk menegakkan otonomi perguruan tinggi. Wawasan bisnis untuk kemandirian tersebut diarahkan guna meraih prestasi pelaksanaan kewajiban dan tugas pendidikan dan penelitian setinggi-tingginya.

 

Bahwa pengembangan ITB diharapkan berpijak pada kekuatan institusi berupa penggunaan informasi sebaik-baiknya, terpeliharanya Staf Pengajar yang kompeten yang tinggi mutu kemampuan dan pengabdiannya, sistem pendidikan yang terintegrasi, dan kerjasama yang terjalin erat dengan pemerintah, industri dan lembaga penelitian dan pendidikan di dalam dan luar negeri. Sehingga pengembangan yang direncanakan dapat dipantau secara berkelanjutan dan terukur menurut pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, pengembangan sumber daya manusia, sarana fisik, kepranataan norma dan tata kerja, serta ekonomi, sosial budaya dan keamanan.

 

Bahwa keinginan untuk mengembangkan ITB terungkap dengan semangat dan sikap ITB yang mengakui adanya kebenaran keilmuan, kebenaran keilmuan yang dapat didekati melalui observasi disertai analisis yang rasional. Bahwasanya mengejar dan mencari kebenaran ilmiah tersebut adalah hak setiap insan di bumi, dan ilmu pengetahuan serta teknologi agar dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mensejahterakan umat manusia, dan masyarakat bangsa Indonesia pada khususnya.

 

Kurun dasawarsa kelima tahun 2000-an Institut Teknologi Bandung yang status hukumnya sebagai instansi pemerintah dalam bentuk jawatan negeri pada tanggal 26 Desember 2000, Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 155 tahun 2000 telah menetapkan Institut Teknologi Bandung sebagai suatu Badan Hukum Milik Negara.

 

Perguruan Tinggi Negeri dengan status Badan Hukum adalah sesuatu tanpa preseden dalam sejarah Pendidikan Tinggi di Indonesia. Hal ini diawali dengan terbitnya PP No. 61 tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Bahan Hukum yang kemudian disusul dterbitnya PP No. 155 tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung menjadi Bahan Hukum Milik Negara. Maka dengan terbitnya PP 155 tersebut, sejak tanggal 26 Desember 2000 yang lalu ITB resmi menjadi Badan Hukum sebagaimana layaknya badan hukum lainnya yang dibenarkan melaksanakan segala perbuatan hukum yang tidak melanggar hukum serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan pertama yang ditinjau dalam PP No. 61 secara singkat adalah adanya globalisasi yang menimbulkan persaingan yang tajam. Maka untuk meningkatkan daya saing nasional dibutuhkan PT yang dapat membangun masyarakat madani yang demokratis dan mampu bersaing secara global. Untuk itu PT, termasuk ITB, harus memperoleh kemandirian, otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar. Penekannya ada pada adanya proses globalisasi.

 

Kampus ITB ku...

Beberapa foto yang saya ambil saat keadaan langit bandung lagi bener-bener biru. Saat-saat musim kemarau (bulan agustus). Sangat mendambakan langit Bandung yang bersih seperti ini...

DSCF4699 DSCF4696 ITB biru PAU Blue

Selasa, 20 Oktober 2009

Pidato Pelantikan SBY

Assalamualaikum Wr Wb.

Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia, Yang saya muliakan kepala negara dan pemerintahan, serta utusan khusus dari negara-negara sahabat, Yang saya hormati para Ketua, para Wakil Ketua dan anggota lembaga-lembaga negara, Yang mulia para duta besar serta para pimpinan organisasi internasional, Yang saya hormati para gubernur kepala daerah seluruh Indonesia, Saudara-saudara se-bangsa se-Tanah Air, hadirin sekalian yang saya muliakan.

Hari ini dengan penuh rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT, saya dan saudara Prof Dr Boediono baru saja mengucapkan sumpah di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia untuk mengemban amanah rakyat lima tahun mendatang.

Pada kesempatan yang bersejarah dan Insya Allah penuh berkah ini, saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pimpinan dan anggota MPR RI, Pimpinan dan anggota DPR RI, Pimpinan dan anggota DPD RI, beserta pimpinan dan anggota lembaga-lembaga negara lainnya masa bakti 2004-2009 yang telah bersama-sama bekerja keras membangun bangsa dan negara kita menuju masa depan yang lebih baik.

Kepada Saudara Muhammad Jusuf Kalla, Wakil Presiden periode 2004-2009 yang telah mendampingi saya selama lima tahun terakhir, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan atas jasa dan pengabdian saudara baik kepada pemerintah maupun kepada bangsa dan negara. Pengabdian saudara tercatat abadi dalam sejarah perjalanan bangsa dan akan dikenang sepanjang masa.

Kepada segenap jajaran Kabinet Indonesia Bersatu masa bakti 2004-2009, saya ucapkan pula terima kasih dan penghargaan saya atas upaya yang sungguh-sungguh dalam menjalankan dan menyukseskan program-program pembangunan nasional yang sarat dengan tantangan dan permasalahan yang rumit.

Saudara-saudara, kita baru saja melewati periode sejarah 2004-2009 yang penuh dengan tantangan. Hari ini Bangsa Indonesia patut bersyukur dan berbesar hati, di tengah gejolak dan krisis politik di berbagai wilayah dunia, kita tetap tegak dan tegar sebagai negara demokrasi yang makin kuat dan stabil.

Di tengah badai finansial dunia, ekonomi Indonesia tetap tumbuh positif dan diprediksi akan mengalami pertumbuhan nomor tiga tertinggi di dunia. Di tengah maraknya konflik dan disintegrasi di berbagai wilayah dunia lain, Bangsa Indonesia semakin rukun dan bersatu.

Karena itu tepatlah kalau dalam beberapa hari ini berbagai televisi internasional muncul tayangan yang menyebut bangsa kita sebagai "remarkable Indonesia", bangsa yang dinilai berhasil dalam mengatasi krisis dan tantangan yang berat dan kompleks sepuluh tahun terakhir ini.

Namun semua itu janganlah membuat kita lemah, lalai, apalagi besar kepala. Ingat, pekerjaan besar kita masih belum selesai. Ibarat perjalanan sebuah kapal, ke depan kita akan mengarungi samudera yang penuh dengan gelombang, dan badai.

Di luar Indonesia, krisis perekonomian global belum sepenuhnya usai. Perdagangan dan arus investasi dunia belum pulih. Sementara itu, harga minyak dan berbagai komoditas masih berfluktuasi yang dapat menghantam stabilitas dan kepastian ekonomi kita.

Oleh karena itu, walaupun secara gejala perbaikan perekonomian dunia mulai terlihat, namun kita tidak boleh berhenti untuk terus memperkuat sendi-sendi perekonomian kita seraya tetap melanjutkan upaya nasional untuk meminimalkan dampak dari krisis dunia dewasa ini.

Di dalam negeri, kita bersyukur reformasi telah berjalan makin jauh, namun masih belum tuntas. Upaya untuk membangun Good Governance dan memberantas korupsi mulai membuahkan hasil, namun masih perlu terus ditingkatkan. Kemiskinan sudah banyak berkurang, namun upaya peningkatan kesejahteraan rakyat perlu terus dilanjutkan.

Pengalaman menunjukkan setiap prestasi yang kita capai biasanya akan disusul oleh tantangan-tantangan baru. Tetapi saya percaya semua tantangan itu, baik yang sudah kita ketahui maupun yang belum dapat kita bayangkan akan dapat kita hadapi dan atasi bersama. Insya Allah Bangsa Indonesia akan terus maju meningkatkan kehidupannya yang lebih baik.

Saudara-saudara, tahun ini kita menyaksikan rakyat Indonesia telah menentukan pilihannya dalam Pemilihan Umum yang berlangsung secara damai dan demokratis. Ini adalah kali ketiga kita mampu menyelenggarakan Pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil. Kita semua mampu melaksanakan kompetisi politik dengan penuh etika dan kedewasaan.

Dalam Pemilihan Umum, kalah atau menang adalah hal yang biasa. Dalam demokrasi, kita semua menang, demokrasi menang, rakyat menang, Indonesia menang.

Berkaitan dengan itu pada kesempatan yang baik ini saya ingin menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bapak Prabowo Subianto, serta Bapak Muhammad Jusuf Kalla dan Bapak Wiranto atas partisipasi aktif dan kegigihan beliau-beliau sebagai calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pemilihan tahun 2009. Mereka adalah putra-putri bangsa yang ikut berjasa memekarkan kehidupan demokrasi di tanah air kita.

Hari ini saya mengajak semua komponen bangsa untuk kembali bersatu dan bersama-sama membangun bangsa, membangun masa depan kita semua. Dengan semangat baru dan kebersamaan, mari kita songsong pembangunan lima tahun ke depan dengan penuh optimisme dan rasa percaya diri.

Dalam menjalankan amanah rakyat lima tahun mendatang, saya bersama wakil presiden telah menetapkan program seratus hari, program satu tahun, dan program lima tahun ke depan. Esensi dari program lima tahun mendatang adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, penguatan demokrasi, dan penegakan keadialan. Prosperity, democracy, and justice.

Peningkatan kesejahteraan rakyat merupakan prioritas utama. Kita ingin meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan keunggulan daya saing, pengelolaan sumber daya alam, dan peningkatan sumber daya manusia.

Ekonomi kita harus tumbuh semakin tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang kita ciptakan adalah pertumbuhan yang inklusif, pertumbuhan yang berkeadilan, dan pertumbuhan disertai pemerataan. Kita juga ingin membangun tatanan demokrasi yang bermartabat, yaitu demokrasi yang memberikan ruang kebebasan dan hak politik rakyat tanpa meninggalkan stabilitas dan ketertiban politik.

Kita juga ingin menciptakan keadilan yang lebih baik, ditandai dengan penghormatan terhadap praktik kehidupan yang non diskriminatif, persamaan kesempatan, dan tetap memelihara kesetiakawanan sosial dan perlindungan bagi yang lemah.

Saudara-saudara, untuk mewujudkan cita-cita kita semua, utamanya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperkuat demokrasi dan meningkatkan keadilan, ada sejumlah kunci sukses yang perlu kita pedomani dan jalankan bersama.

Pertama, jangan pernah kita menyerah dan patah semangat. Ingat, segala keberhasilan monumental bangsa kita dari revolusi, pembangunan nasional, reformasi, penyelesaian berbagai konflik, termasuk penanganan tsunami, semuanya ini hanya bisa dicapai dengan keuletan dan semangat tak kenal menyerah.

Sebagaimana sering saya sampaikan dalam berbagai kesempatan, kita harus selalu mengobarkan semangat harus bisa. ’Can do spirit’. Ke depan, dengan semangat Indonesia bisa kita akan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah krisis dunia. Dengan semangat inilah kita akan menegakkan "good governance" dan membasmi korupsi.

Dengan semangat ini pulalah kita akan terus mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kita. Kunci sukses yang kedua adalah perlu terus menjaga persatuan dan kebersamaan. Dalam demokrasi kita bisa berbeda pendapat, namun tidak berarti harus terpecah belah. Dalam demokrasi yang sehat, ada masanya kita berdebat, ada masanya kita merapatkan barisan.

Dalam menghadapi berbagai tantangan dunia yang kian berat, para pemimpin bangsa apa pun warna politiknya harus bisa terus menjaga kekompakan, mencari solusi bersama, dan sedia berkorban untuk kepentingan bangsa yang lebih besar.

Oleh karena itu, dalam melanjutkan pembangunan bangsa yang tidak pernah sepi dari tantangan dan dalam melaksanakan reformasi gelombang kedua sepuluh tahun mendatang, marilah terus kita pupuk dan perkokoh persatuan dan kebersamaan kita.

Kunci sukses yang ketiga adalah kita harus menjaga jati diri kita, ke-Indonesia-an kita. Yang membedakan Bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain adalah budaya kita, "way of life" kita, dan ke-Indonesia-an kita. Ada identitas dan kepribadian yang membuat Bangsa Indonesia khas, unggul, dan tidak mudah goyah.

Ke-Indonesia-an kita tercermin dalam sikap pluralisme atau kebhinnekaan, kekeluargaan, kesantunan, toleransi, sikap moderat, keterbukaan, dan rasa kemanusiaan. Hal-hal inilah yang harus kita jaga, kita pupuk dan kita suburkan di hati sanubari kita dan di hati anak-anak kita. Inilah modal sosial dan potensi nasional yang paling berharga.

Hadirin yang saya muliakan, rakyat Indonesia yang saya banggakan, mengakhiri pidato ini saya mengajak segenap rakyat Indonesia untuk terus melangkah maju sebagai sebuah bangsa yang besar, rukun dan bersatu, bangsa yang senantiasa tegak dan tegar menghadapi tantangan berlandaskan empat pilar kehidupan bernegara, yaitu Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika.

Kepada para tamu negara-negara sahabat di tengah-tengah kita, terimalah salam persahabatan Bangsa Indonesia. Atas nama rakyat dan pemerintah Indonesia, saya juga akan mengambil bagian sebagaimana disampaikan oleh Bapak Taufiq Kiemas tadi untuk ikut mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Sultan Brunei Darussalam, Paduka Yang Mulia Sultan Hassanal Bolkiah, Presiden Timor Leste Yang Mulia Jose Ramos Horta, Perdana Menteri Singapura Yang Mulia Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Australia Yang Mulia Kevin Rudd, dan Perdana Menteri Malaysia Yang Mulia Datuk Sri Muhammad Najib Tun Haji Abdul Razak.

Saya juga mengucapkan selamat datang kepada utusan khusus dari Thailand, Republik Korea, Amerika Serikat, Republik Ceko, Srilanka, Selandia Baru, Jepang dan Filipina. Kedatangan sahabat-sahabat internasional dalam inagurasi hari ini merupakan simbol "goodwill" dan kehormatan yang tiada taranya bagi Bangsa Indonesia.

Kepada dunia internasional saya ingin menegaskan bahwa Indonesia akan terus menjalankan politik bebas aktif dan akan terus berjuang untuk keadilan dan perdamaian dunia.

Indonesia akan mengobarkan nasionalisme yang sejuk, yang moderat dan yang penuh persahabatan, sekaligus mengusung internasionalisme yang dinamis. Indonesia kini menghadapi lingkungan strategis yang baru di mana tidak ada negara yang menganggap Indonesia musuh dan tidak ada negara yang dianggap Indonesia sebagai musuh. Dengan demikian, Indonesia kini dapat dengan leluasa menjalankan "all direction foreign policy", di mana kita dapat mempunyai "a million friends and zero enemy".

Indonesia akan bekerjasama dengan siapa pun yang memiliki niat dan tujuan sama, utamanya untuk membangun tatanan dunia yang damai, adil, demokratis, dan sejahtera.

Indonesia akan terus berada di garis depan dalam upaya untuk mewujudkan tatanan dunia yang lebih baik. Kami akan terus menjadi pelopor dalam upaya penyelamatan bumi dari perubahan iklim. Dalam reformasi ekonomi dunia, utamanya melalui G20 dalam memperjuangkan Millenium Development Goals, dalam memajukan multilateralisme melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan dalam mendorong tercapainya kerukunan antar peradaban, harmony among civilization.

Di tingkat kawasan, Indonesia akan terus berikhtiar bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk mewujudkan komunitas ASEAN dan menjadikan Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, sejahtera, dan dinamis.

Akhirnya kepada segenap rakyat Indonesia di mana pun saudara berada, sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kepercayaan yang saudara berikan kepada saya dan Prof Dr Boediono untuk melanjutkan kepemimpinan nasional lima tahun mendatang.

Mari kita lanjutkan kerja keras dan kerja cerdas kita guna mencapai prestasi pembangunan yang lebih baik lagi di masa depan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dalam membangun bangsa dan negara menuju bangsa yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.

Terima Kasih, Wassalaamu’alaikum Wr Wb.

grabbed from Kompas.com

Kamis, 10 September 2009

Why The Money Doesn't Work?

Why The Money Does Not Work?

By: Ramadhani Pratama Guna - 13407126

 

DHANI ENTERPRISE is one of many big companies in Indonesia which focus on tourism sector. Their hotel “Tama Hotel” and resort spreads out on several big cities such as Jakarta, Bandung, Medan, Palembang, Semarang, Surabaya, and Makassar. Luxury services hotel and resort become a mind mark for high class person on that big cities. In case, DHANI ENTERPRISE is one of role model of success companies in Indonesia because of their big income every month.

 

The problem was start since the last ten months. Decreases of income, increases of complaint from visitors about the services of attendant, and many of attendance cases are three big symptoms that appear. Then, the manager meeting took several decisions such as applies shift mechanism of work, punishment, and increase the employee’s salary every three months.

 

The result is quite significant. Big Three Symptoms show decrease trend and manager of human resource development says that the performance of employee shows increase trend. But, that stable conditions not hold out in a long period. The big three symptoms comeback every last half of three month salary increases. Let us attend to below graphic for more information.

 

             

You are a consultant which trusted by manager meeting of the company to solve that problem. Please give your best solution. Notes: you can use your assumption if necessary, and please write it.

 

Rabu, 26 Agustus 2009

Konsep Organisasi

Oleh: Ramadhani Pratama Guna – 13407126

 

 

Organisasi. Sebuah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga, dan boleh jadi semua orang pernah merasakan apa itu organisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), organisasi adalah kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu. Tujuan sebuah organisasi adalah tujuan yang dianggap tujuan bersama sehingga orang-orang di dalamnya merasa terikat oleh tujuan tersebut, meskipun setiap individu mempunyai tujuan pribadi dalam mendirikan atau bergabung dalam suatu organisasi.

 

Organisasi dibentuk untuk memaksimalkan potensi, dalam artian, dalam mencapai tujuan yang besar, dibutuhkan tata kelola yang jelas, pembagian kerja yang jelas, terstruktur, dan yang pasti saling bahu membahu dan konstruktif dalam mencapai tujuan bersama tersebut. Boleh jadi tujuan besar tersebut sangat sulit apabila hanya dikerjakan oleh seseorang. Mari kita ambil contoh, misalkan pada suatu tim Rally, dalam satu tim beranggotakan dua orang, yang pertama adalah driver, dan yang kedua adalah navigator. Masing-masing mempunyai kerja yang jelas dan terstruktur, serta saling bahu membahu dalam mencapai tujuan bersama, yaitu menang. Bisa kita bayangkan apabila Rally adalah olahraga perseorangan, di mana orang tersebut berperan sebagai driver sekaligus navigator yang pandangannya selalu bolak-balik antara peta dan rute sesungguhnya, berapa banyak kasus kecelakaan pada saat olahraga Rally.

 

Singkat kata, menurut West, Borrill, dan Unsworth (1998), organisasi harus mempunyai tiga hal. Pertama, kerja dari tiap-tiap elemen, atau bahkan dalam scope terkecil, yaitu individu, harus tidak sendiri, tidak mandiri, dan mesti saling terkoordinasi. Kedua, setiap anggota harus memilki peran yang khusus dan spesifik. Ketiga, harus mempunyai tujuan bersama yang ingin dicapai.

 

Tujuan besar organisasi lebih dikenal dengan istilah visi, yaitu impian, dambaan, dan suatu kondisi ideal yang hampir tidak akan tercapai oleh organisasi tersebut, karena jika visi tersebut tercapai, maka bubarlah organisasi tersebut. Dari visi, organisasi juga mempunyai misi, yaitu pondasi-pondasi apa saja yang akan dilakukan dalam usaha mewujudkan visi tersebut. Sama sifatnya dengan visi, misi ini juga hampir tidak akan tercapai. Karena sifat visi dan misi yang hampir tidak akan tercapai, maka organisasi butuh pengejawantahan visi dan misi ke dalam hal-hal yang lebih spesifik, terukur, dapat dicapai, wajar, dan berbatas waktu. Inilah yang biasa disebut targetan, atau capaian, atau goal. Jika visi ibarat puncak gunung yang sangat tinggi, targetan ibarat anak tangga-anak tangga yang memudahkan kita untuk mendaki puncak.   

 

Jika kita melihat suatu perusahaan, misalkan, dengan visimenjadi lima besar perusahaan manufaktur dunia 2020”, sebenarnya itu adalah target atau goal. Sementara misi yang ditetapkan untuk mencapai goal tersebut adalah sama dengan misi dalam mencapai visi perusahaan. Lalu pertanyaannya sekarang, apakah visi sebenarnya dari perusahaan tersebut? Maka semua sepakat bahwa visi sebenarnya atau tujuan besarnya adalahmeraih keuntungan sebesar-besarnya”.

 

Kita juga mengenal apa yang disebut strategi dalam suatu organisasi, atau sebagian orang lebih familiar dengan kata langkah strategis, atau lebih populer dengan istilah program kerja. Program kerja adalah langkah-langkah kecil dalam mendaki anak tangga-anak tangga goal yang telah kita bahas di atas.

 

Dalam berbagai sumber mengenai organisasi, kita mengenal tahapan gerak dari suatu organisasi, berupa akronim POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling, dan apa yang telah kita bahas di atas adalah tahapan paling fundamental, yaitu planning. Perencanaan target, misi, dan strategi menjadi langkah dasar dalam suatu organisasi. Atau bahkan jika baru mendirikan organisasi, visi juga merupakan perencanaan dalam suatu organisasi. Kita sering mendengar kata-kata bijakgagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan”.  Karena itulah, perencanaan ini sifatnya fundamental.

 

Setelah planning, langkah selanjutnya adalah organizing, berupa analisis kerja, bagian apa-apa saja yang dibutuhkan untuk menerapkan strategi-strategi yang telah direncanakan. Juga dilakukan pembagian kerja atau peran, pola hubungan, posisi suatu bagian, dan sebagainya. Tahap organizing biasanya menghasilkan struktur organisasi atau struktur kerja, termasuk pemimpin. Terkadang, pemimpin dipilih di awal, sebelum melakukan planning. Pemimpin inilah yang akan memimpin atau membimbing organisasi agar tetap pada jalannya untuk mencapai visi yang telah direncanakan.

 

Tahap actuating adalah tahap perwujudan, tahap transformasi perencanaan menjadi tindakan-tindakan nyata, berupa pelaksanaan strategi-strategi yang telah ditetapkan. Inilah tahap krusial dalam organisasi, di mana pada tahap ini, pengujian integritas, komitmen, dan konsistensi dari suatu organisasi dilakukan, apakah organisasi tersebut hanya pandai merencanakan tetapi gagal dalam geraknya atau tidak. Seringkali organisasi mengalami guncangan-guncangan di tahap ini.

 

Terakhir, yaitu tahap controlling. Ini yang seringkali diabaikan oleh organisasi, terutama di Indonesia. Dilupakan di sini bukan berarti tidak melakukan sama sekali, akan tetapi pelaksanaan kontrol atau kendali kerja ini seringkali tidak berjalan dengan baik dan konsisten, sehingga pengendalian kualitas kerja seringkali dianaktirikan. Padahal, pengendalian kualitas kerja inilah yang mengukur sejauh mana organisasi telah bergerak sejauh ini, apakah lambat, cepat, atau malah kehilangan arah, sehingga tidak menuju tujuan. Nantinya, kontrol ini memberikan feedback, yang akan mempengaruhi sikap kerja, atau bahkan mempengaruhi hal yang lebih fundamental, yaitu goal (Klein, 1989).

 

Itulah konsep dasar sebuah organisasi, punya tujuan dan rencana yang jelas, punya pembagian peran, punya pola hubungan tiap-tiap bagian peran, melakukan peran, dan adanya evaluasi terhadap apa yang dilakukan.