ANALISIS KEINGINAN
ITB (PIHAK REKTORAT) TERHADAP PERGERAKAN KM ITB
Oleh: Ramadhani Pratama Guna – 13407126
Dalam memulai analisis ini, mari kita simak beberapa kutipan berikut:
Misi ITB: “Memandu perkembangan dan perubahan yang dilakukan masyarakat melalui kegiatan tridharma perguruan tinggi yang inovatif, bermutu, dan tanggap terhadap perkembangan global dan tantangan lokal”.
Targetan ITB 2010 – 2015:
1.
Perwujudan suatu simpul kerjasama
nasional dan internasional sebagai kekuatan ITB dalam menjalankan misi,
mewujudkan visi,
2.
Perguruan tinggi dengan riset dan
pengembangan sebagai identitas diri,
3.
Pusat unggulan dan rujukan untuk
kemandirian teknologi bagi bangsa Indonesia.
Dengan membahas dua hal ini, kita dapat melakukan generalisasi sehingga menghasilkan beberapa kesimpulan. Kenapa kita dapat melakukan generalisasi hanya dari dua kutipan? Jawabannya adalah karena kedua kutipan di atas merupakan kutipan yang sifatnya fundamental (konsep), bukan teknis yang mengharuskan terdapat banyak data untuk menarik kesimpulan.
Inti dari kutipan di atas adalah keinginan ITB meliputi seluruh elemennya, tidak terkecuali mahasiswa dan kemahasiswaannya, bahwa ITB harus menjadi perguruan tinggi berbasis riset dan pengembangan dan berusaha agar karyanya dapat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia. Sampai sini, saya berkesimpulan bahwa inti dasarnya adalah seperti itu.
Keinginan ITB
terhadap pergerakan internal KM ITB
Kesimpulan yang telah dibahas sebelumnya membantu kita untuk memperkirakan apa yang diinginkan ITB terhadap pergerakan intra kampus ITB oleh KM ITB. Pihak ITB menginginkan KM ITB turut menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan budaya riset dan pengembangan untuk setiap elemen kampus, terutama mahasiswanya. Bahasa populer bagi mahasiswa adalah keprofesian. ITB sangat mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa seperti ITB Fair, IECOM, dan sebagainya. Kegiatan yang bersifat perlombaan, karya ilmiah, seminar ilmiah, kuliah umum, dan sebagainya sangatlah didukung oleh ITB.
Lebih lebar sedikit, ITB juga mendukung kegiatan kemahasiswaan yang bersifat pengembangan karakter positif dan aktualisasi diri positif, seperti Olimpiade KM ITB, Festival Paduan Angklung, IEC, dan sebagainya. Namun, ITB mengekang pengembangan karakter dan aktualisasi diri berlebihan dan tidak esensial, seperti arak-arakan wisuda, kaderisasi himpunan yang berbau lapangan, perpeloncoan, tekanan, dan lainnya.
Saya dan teman-teman satu angkatan TI 2007 pernah dipanggil ketua program studi TI karena “tercium” mengikuti proses kaderisasi MTI yang menggunakan nametag “aneh”, berbaris di lapangan, menggunakan komandan lapangan, penuh agitasi, dan sebagainya. Satu hal yang saya tangkap dari pembicaraan panjang waktu itu adalah, pihak ITB tidak menyukai kegiatan yang sifatnya kolot, tidak elegan, dan mungkin terlihat tidak intelek, meskipun konten sebaik apapun, namun jika metodenya dianggap buruk, maka tetap dilarang. Begitu pula dengan kegiatan wisudaan.
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa ITB menginginkan pergerakan internal KM ITB adalah pergerakan yang kondusif untuk keprofesian, elegan, dan intelek.
Keinginan ITB
terhadap pergerakan eksternal KM ITB
Tidak berbeda jauh dengan internal, saya rasa ITB menginginkan agar KM ITB lebih bergerak dalam hal keprofesian yang termanfaatkan. ITB sangat senang apabila mahasiswa terjun ke masyarakat. Mayoritas himpunan selama ini sudah melaksanakan program pengabdian masyarakat rutin, dan selama ini saya tidak pernah mendengar cerita pelarangan kegiatan eksternal berupa pengabdian masyarakat. Entah itu pengembangan desa, rumah belajar, bantuan gempa, dan lainnya.
Lebih lebar lagi, ITB juga sebenarnya mendukung KM ITB dalam gerakan sosial politik, terlihat dari dukungan ITB terhadap KM ITB yang mengangkat issu Bank Century, juga dengan kampanye integritas akademik, seminar-seminar kepemudaan, lomba orasi, tulisan, dan sebagainya. Namun lagi-lagi, ITB menginginkan gerakan yang smooth, elegan, kondusif, dan intelek. Tidak serabutan, massif, dan berantakan. Mungkin seperti aksi demonstrasi tidak terlalu disukai ITB.
Dari pembahasan di atas, saya menemukan sebuah masalah selama ini, antara kemahasiswaan dengan pihak ITB, yaitu perbedaan jiwa. Jika mahasiswa masih berjiwa muda dan penuh gejolak, menginginkan hal-hal yang sifatnya “gerak” fisik juga, sementara ITB lebih banyak berjiwa dewasa dan kalem, yang ingin kita, mahasiswa bertindak dewasa, dengan jalan pemikiran dan intelektual. Jadi, masalahnya sebenarnya ada pada komunikasi, bagaimana mencari win win solution dari dua pertentangan yang sebenarnya tidak berbeda dalam tujuan, namun beda dengan cara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar