Kondisi Indonesia dan
Dunia Saat Ini
Menggambarkan kondisi Indonesia secara lengkap sangatlah luas dan akan memakan banyak waktu dan tenaga. Untuk itu, pembahasan tentang Indonesia ini lebih dikhususkan pada bidang-bidang yang berhubungan langsung dengan ITB secara filosofisnya, yaitu pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, teknologi, industri, dan lingkungan alam.
Pendidikan seharusnya dipandang secara utuh untuk mengembangkan potensi manusia yang terdiri dari jasmani, rohani, emosi, dan akal. Pendidikan bertujuan untuk menunjang manusia agar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Undang-undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas RI) tahun 2003, sebenarnya sudah cukup ideal dari segi konsep, hal ini terlihat dari definisi pendidikan dan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam undang-undang tersebut. Namun, pada penerapan di lapangan, lagi-lagi kondisi ideal undang-undang ini masih saja hanya wacana belaka. Sebagai contoh, masih ada saja dikotomi dalam paradigma masyarakat bahwa matematika jauh lebih tinggi pentingnya daripada olahraga, pendidikan moral, bahkan pendidikan agama. Padahal kesemuanya merupakan ilmu yang sangat perlu dikembangkan agar manusia yang diproduksi dari sistem pendidikan ini adalah manusia yang utuh, tidak dipandang secara parsial.
Pendidikan sebagai salah satu sarana menyejahterakan umat manusia di Indonesia saat ini masih carut marut di lapangan. Sarana dan prasarana penunjang yang buruk, tenaga pengajar yang kurang professional, dan rendahnya pandangan masyarakat Indonesia terhadap pendidikan merupakan hal yang harus diberantas hingga saat ini. Untuk itu, ITB kedepannya harus hadir sebagai lembaga pendidikan yang memang mencetak manusia secara utuh, namun mempunyai spesialisasi di bidang tertentu, yaitu teknologi.
Pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia sebenarnya sangat berkaitan dengan sistem pendidikan nasional, dimana metodenya adalah dengan pendidikan dan pengajaran, dan yang disampaikan adalah ilmu dan pengetahuan. Walaupun yang namanya ilmu pengetahuan ada dimana saja, selama hal itu dapat diambil sebagai pelajaran, namun paradigma masyarakat Indonesia lagi-lagi masih kaku dalam memandang ilmu pengetahuan. Ketika ditanya tentang ilmu pengetahuan, maka hal yang langsung terkait adalah tentang bangku-bangku sekolah dan kuliah. Juga kegemaran masyarakat akan ilmu dan pengetahuan dirasa sudah semakin menurun saat ini. Kasarnya, masyarakat Indonesia saat ini lebih peduli dengan uang daripada ilmu dan pengetahuan. Padahal, ilmu dan pengetahuan tidaklah sepragmatis anggapan selama ini. Di sini, peran ITB sangatlah besar, bagaimana agar kegemaran masyarakat terhadap ilmu dan pengetahuan ini semakin meningkat.
Ketika berbicara mengenai kebudayaan, maka lagi-lagi yang timbul adalah tentang tari-tarian daerah, pakaian adat, dan sebagainya. Walaupun hal itu tidak salah, namun sebenarnya kebudayaan tidaklah sesempit itu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah”. Maka, ketika berbicara kebudayaan, maka hal ini berkaitan juga dengan sosio-antropologi masyarakat Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, globalisasi dan modernisasi zaman saat ini membawa lunturnya banyak kebudayaan masyarakat Indonesia. Mulai dari kebudayaan yang bersifat seni, seperti seni daerah, maupun kebudayaan yang bersifat umum, seperti budaya gotong royong, kerja bakti, toleransi, dan sebagainya. Dalam hal ini, ITB yang juga mempunyai departemen Sosioteknologi, semestinya mulai peduli dengan hal ini, dan bisa bermanfaat banyak dalam bidang teknologi, sehingga kebudayaan Indonesia ini bisa lebih terpandang kedepannya.
Belum mandirinya Indonesia dibidang teknologi seharusnya merupakan tanggung jawab besar yang diamanahkan juga kepada ITB sebagai institut teknologi terkemuka di Indonesia. Ketika belum mandiri di bidang teknologi, maka yang ada adalah import dan ketergantungan, dan ketika ketergantungan terjadi, maka negara akan dengan mudahnya membebek kepada pihak asing. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, sekarang PT DI), seharusnya dikembangkan secara lebih maksimal. Bahkan, yang lebih ironis adalah letaknya di Bandung, yang notabene sangat dekat dengan ITB, yang juga mempunyai jurusan Teknik Penerbangan. ITB mempunyai potensi putra-putri terbaik bangsa, juga seharusnya dalam bidang penerbangan, tidak hanya Prof. Dr. Ing. Habibie saja, walaupun beliau adalah lulusan ITB. Begitu juga dengan industri perkapalan, perkeretaapian, persenjataan, maufaktur, dan banyak industri lainnya, yang berhubungan erat dengan teknologi. Juga kehidupan masyarakat yang masih jauh dari teknologi yang menyeluruh. Masih banyak kegiatan masyarakat yang dilakukan dengan metode konvensional tanpa teknologi.
Ironisnya, seperti yang telah dibahas sebelumnya, teknologi sekarang telah dikomersialisasi secara sangat berlebihan. Sehingga berdampak pada semakin sempitnya daya serap teknologi, sehingga mewujudkan masyarakat teknologi sangatlah sulit. Khawatirnya, ITB akan juga semakin terbawa oleh arus kapitalisme yang memandang kenikmatan materi adalah tujuan semata, bukan lagi orientasi kesejahteraan bersama, namun kesejahteraan pribadi. Untuk itu, seharusnya ITB bisa lebih menciptakan teknologi yang dapat semakin memasyarakat, bukan hanya milik pihak privat dan industri, seperti yang terjadi saat ini.
Isu lingkungan dan pemanasan global juga menjadi isu hangat belakangan ini, dan diperkirakan akan menjadi isu besar kedepannya. Tidak hanya di wilayah Indonesia, tetapi juga di wilayah dunia. Degradasi lingkungan semakin lama semakin parah, dan yang lebih parah lagi, disebut-sebut salah satu penyebabnya adalah industrialisasi, yang hal ini juga berhubungan dengan teknologi. Hal ini bukanlah tidak beralasan, nyatanya, banyak teknologi yang dihasilkan belakangan ini malah berpotensi membuat kerusakan lingkungan semakin parah. Itu berarti, mengancam kesejahteraan umat manusia dan keselarasan dengan alam.
Masih banyak lagi kondisi bangsa yang tidak terjelaskan di sini, dan seharusnya, teknologi juga bisa menjadi salah satu dari sekian banyak jawaban atas segala permasalahan bangsa kedepannya.
Tantangan Indonesia
Masa Depan
Sudah cukup keterpurukan yang dialami bangsa ini. Belum sampai ke tahap bangsa yang maju dan sejahtera, bangsa ini sudah didera keterpurukan. Ironisnya, keterpurukan yang terjadi hampir di segala bidang. Padahal, bisa dibilang, apalagi hal yang kurang dari negara ini. Sumber daya alam sebagai unsur utama penyedia kesejahteraan sangatlah kaya dan melimpah. Sumber daya manusia sebagai pengelola sumber daya alam-lah yang mungkin bermasalah dalam hal ini. Banyak disebut-sebut dalam media bahwa hal inilah penyebabnya.
Padahal, rakyat Indonesia adalah rakyat yang cerdas dan kritis. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemenang-pemenang olimpiade-olimpiade keilmuan tingkat dunia, ataupun prestasi-prestasi Indonesia lainnya di mata dunia, seperti dalam bulu tangkis, balap mobil, dan sebagainya. Itu tandanya potensi kecerdasan akal dan jasmani manusia Indonesia sudah bisa dibilang cerdas. Tinggal masalah moral (rohani dan emosional) yang sekarang menjadi isu dalam perbaikan masyarakat, yang semestinya tidak ada lagi dikotomi dalam hal kecerdasan intelektual, moral, dan spiritual.
Ketika berbicara moral dan spiritual, tidak hanya berkaitan dengan agama, ibadah agama, dan akhlak antar sesama manusia, tetapi juga berbicara tentang semangat untuk menyejahterakan umat manusia, semangat untuk menyejahterakan bangsa, dan semangat untuk membuat kehidupan bermasyarakat lebih baik. Inilah yang perlu dibina, wawasan dan semangat membangun haruslah ditanamkan sejak dini, sehingga setiap warga mempunyai keinginan untuk bersama-sama menuju kesejahteraan, bukan sendiri-sendiri dalam kesejahteraan. Inilah semangat yang harus dikembangkan, semangat-semangat penguasaan teknologi, semangat-semangat memperbaiki pendidikan dan keilmuan, semangat menjaga lingkungan, dan lain sebagainya.
Karena dunia ini yang mengelola adalah manusia, maka ketika dunia ini semakin terpuruk, yang diperbaiki pertama kali seharusnya adalah pengelolanya, bukan dunianya, karena dunia pada dasarnya selalu berusaha menuju keseimbangan di awalnya.
Tantangan Indonesia kedepannya dalam menghadapi era globalisasi dunia adalah yang pertama, menyediakan sumber daya manusia unggul dan professional yang bisa menjawab tantangan kedepannya, bukan saja dalam hal kecerdasan intelektual, namun professional secara utuh, dalam hal kecerdasan intelektual, moral, spiritual, dan fisik. Kedua, tantangan Indonesia adalah bagaimana Indonesia dapat mandiri dalam era globalisasi ini, karena globalisasi bersifat persaingan, maka segala hal yang bersifat ketergantungan akan membuat keterpurukan. Mandiri dalam hal ini maksudnya adalah dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki dengan mengelolanya sendiri. Tentunya, hal ini butuh teknologi, dan di sinilah peran ITB dapat berperan banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar