“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Berangkat dari ayat tersebut,
marilah kita mulai membahas lebih jauh tentang da’wah pada keluarga. Seperti
yang telah dijelaskan di postingan sebelumnya, bahwa dakwah keluarga memegang
peranan penting, untuk itulah, mari kita coba membahas tentang dakwah kelurga,
kita mulai dengan mengupas urgensi dakwah keluarga. Dari materi-materi dan
referensi yang pernah dibaca, da’wah keluarga mempunyai urgensi sebagai
berikut:
1. Da’wah pada kelurga adalah tahap awal (bukan pertama, tapi
di awal) dalam membentuk peradaban islami. Said Hawwa pernah memberi
penjelasan tentang surat at-Tahrim ayat 6 (yang diposting sebelumnya), bahwa
ketika kita ingin membangun peradaban islami, maka mulailah mengislamikan diri
kita sendiri, kemudian tularkan ke keluarga kita sendiri, Ibda’ binnafsik,
ibda’ bi ahlik.
2. Turut membantu menyuplai manusia yang berafiliasi terhadap
Islam. Saat ini, terutama di Indonesia, ummat Islam boleh
dikatakan menguasai negara ini. Sebagai contoh, presiden yang dari ummat Islam,
menteri-menteri, pengusaha terkaya (bahkan se-Asia Tenggara) beragama Islam,
dsb. Akan tetapi, tidak banyak dari mereka (dan mungkin kita) yang berafiliasi
terhadap Islam, dimana ia care
terhadap masalah ummat Islam Indonesia, dan turut membantu menyelesaiakan
masalah tersebut. Begitu juga dengan keluarga yang berafiliasi terhadap Islam.
3. Memiliki tenaga dan energi yang besar dalam berda’wah dan
lenyapnya hambatan dari orang terdekat. Hal ini telah jelas, jikalau
keluarga para da’i juga sudah faham akan seluk-beluk da’wah dan Islam, akan
mudah bagi mereka untuk mengizinkan putra-putra mereka untuk sekedar pulang
malam, syuro bolak-balik, tidak pulang-pulang (bagi yang merantau), dsb selama
hal itu untuk kemajuan da’wah. Apabila, pun seandainya, seorang da’i tersebut
ingin pulang (misal pada saat libur semester), maka energi-nya untuk tetap
berda’wah tidak akan surut karena dorongan dari keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar