Oleh: Ramadhani Pratama Guna – 13407126
Organisasi. Sebuah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga, dan boleh jadi semua orang pernah merasakan apa itu organisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), organisasi adalah kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu. Tujuan sebuah organisasi adalah tujuan yang dianggap tujuan bersama sehingga orang-orang di dalamnya merasa terikat oleh tujuan tersebut, meskipun setiap individu mempunyai tujuan pribadi dalam mendirikan atau bergabung dalam suatu organisasi.
Organisasi dibentuk untuk memaksimalkan potensi, dalam artian, dalam mencapai tujuan yang besar, dibutuhkan tata kelola yang jelas, pembagian kerja yang jelas, terstruktur, dan yang pasti saling bahu membahu dan konstruktif dalam mencapai tujuan bersama tersebut. Boleh jadi tujuan besar tersebut sangat sulit apabila hanya dikerjakan oleh seseorang. Mari kita ambil contoh, misalkan pada suatu tim Rally, dalam satu tim beranggotakan dua orang, yang pertama adalah driver, dan yang kedua adalah navigator. Masing-masing mempunyai kerja yang jelas dan terstruktur, serta saling bahu membahu dalam mencapai tujuan bersama, yaitu menang. Bisa kita bayangkan apabila Rally adalah olahraga perseorangan, di mana orang tersebut berperan sebagai driver sekaligus navigator yang pandangannya selalu bolak-balik antara peta dan rute sesungguhnya, berapa banyak kasus kecelakaan pada saat olahraga Rally.
Singkat kata, menurut West, Borrill, dan Unsworth (1998), organisasi harus mempunyai tiga hal. Pertama, kerja dari tiap-tiap elemen, atau bahkan dalam scope terkecil, yaitu individu, harus tidak sendiri, tidak mandiri, dan mesti saling terkoordinasi. Kedua, setiap anggota harus memilki peran yang khusus dan spesifik. Ketiga, harus mempunyai tujuan bersama yang ingin dicapai.
Tujuan besar organisasi lebih dikenal dengan istilah visi, yaitu impian, dambaan, dan suatu kondisi ideal yang hampir tidak akan tercapai oleh organisasi tersebut, karena jika visi tersebut tercapai, maka bubarlah organisasi tersebut. Dari visi, organisasi juga mempunyai misi, yaitu pondasi-pondasi apa saja yang akan dilakukan dalam usaha mewujudkan visi tersebut. Sama sifatnya dengan visi, misi ini juga hampir tidak akan tercapai. Karena sifat visi dan misi yang hampir tidak akan tercapai, maka organisasi butuh pengejawantahan visi dan misi ke dalam hal-hal yang lebih spesifik, terukur, dapat dicapai, wajar, dan berbatas waktu. Inilah yang biasa disebut targetan, atau capaian, atau goal. Jika visi ibarat puncak gunung yang sangat tinggi, targetan ibarat anak tangga-anak tangga yang memudahkan kita untuk mendaki puncak.
Jika kita melihat suatu perusahaan, misalkan, dengan visi “menjadi lima besar perusahaan manufaktur dunia 2020”, sebenarnya itu adalah target atau goal. Sementara misi yang ditetapkan untuk mencapai goal tersebut adalah sama dengan misi dalam mencapai visi perusahaan. Lalu pertanyaannya sekarang, apakah visi sebenarnya dari perusahaan tersebut? Maka semua sepakat bahwa visi sebenarnya atau tujuan besarnya adalah “meraih keuntungan sebesar-besarnya”.
Kita juga mengenal apa yang disebut strategi dalam suatu organisasi, atau sebagian orang lebih familiar dengan kata langkah strategis, atau lebih populer dengan istilah program kerja. Program kerja adalah langkah-langkah kecil dalam mendaki anak tangga-anak tangga goal yang telah kita bahas di atas.
Dalam berbagai sumber mengenai organisasi, kita mengenal tahapan gerak dari suatu organisasi, berupa akronim POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling, dan apa yang telah kita bahas di atas adalah tahapan paling fundamental, yaitu planning. Perencanaan target, misi, dan strategi menjadi langkah dasar dalam suatu organisasi. Atau bahkan jika baru mendirikan organisasi, visi juga merupakan perencanaan dalam suatu organisasi. Kita sering mendengar kata-kata bijak “gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan”. Karena itulah, perencanaan ini sifatnya fundamental.
Setelah planning, langkah selanjutnya adalah organizing, berupa analisis kerja, bagian apa-apa saja yang dibutuhkan untuk menerapkan strategi-strategi yang telah direncanakan. Juga dilakukan pembagian kerja atau peran, pola hubungan, posisi suatu bagian, dan sebagainya. Tahap organizing biasanya menghasilkan struktur organisasi atau struktur kerja, termasuk pemimpin. Terkadang, pemimpin dipilih di awal, sebelum melakukan planning. Pemimpin inilah yang akan memimpin atau membimbing organisasi agar tetap pada jalannya untuk mencapai visi yang telah direncanakan.
Tahap actuating adalah tahap perwujudan, tahap transformasi perencanaan menjadi tindakan-tindakan nyata, berupa pelaksanaan strategi-strategi yang telah ditetapkan. Inilah tahap krusial dalam organisasi, di mana pada tahap ini, pengujian integritas, komitmen, dan konsistensi dari suatu organisasi dilakukan, apakah organisasi tersebut hanya pandai merencanakan tetapi gagal dalam geraknya atau tidak. Seringkali organisasi mengalami guncangan-guncangan di tahap ini.
Terakhir, yaitu tahap controlling. Ini yang seringkali diabaikan oleh organisasi, terutama di Indonesia. Dilupakan di sini bukan berarti tidak melakukan sama sekali, akan tetapi pelaksanaan kontrol atau kendali kerja ini seringkali tidak berjalan dengan baik dan konsisten, sehingga pengendalian kualitas kerja seringkali dianaktirikan. Padahal, pengendalian kualitas kerja inilah yang mengukur sejauh mana organisasi telah bergerak sejauh ini, apakah lambat, cepat, atau malah kehilangan arah, sehingga tidak menuju tujuan. Nantinya, kontrol ini memberikan feedback, yang akan mempengaruhi sikap kerja, atau bahkan mempengaruhi hal yang lebih fundamental, yaitu goal (Klein, 1989).
Itulah konsep dasar sebuah organisasi, punya tujuan dan rencana yang jelas, punya pembagian peran, punya pola hubungan tiap-tiap bagian peran, melakukan peran, dan adanya evaluasi terhadap apa yang dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar