Nation Engineering
Kondisi Awal
(2010 – 2011)
Berbicara
mengenai kampus terbaik bangsa, kita bukan berbicara mengenai kampus dengan input tebaik, bukan juga berbicara
mengenai fasilitas terbaik. Namun kita berbicara mengenai
kampus yang paling besar manfaatnya untuk bangsa. Karena
itu, tiada alasan bagi kita –mahasiswa ITB– untuk tidak memikirkan bangsanya,
dan berbuat untuk kebaikan Indonesia.
Hingga
tahun 2011, setidaknya kita bisa membagi isu yang berkembang terkait kondisi
makro Indonesia ke dalam dua kelompok isu: isu strategis dan isu kontemporer. Kita menyebut isu strategis dikarenakan isu ini menyangkut
sektor-sektor strategis bangsa dan berdampak langsung kepada masyarakat banyak,
serta isu-nya bersifat eskalatif. Contoh isu strategis
adalah terkait energi, industri, pangan, lingkungan, pendidikan. Sedangkan isu kontemporer adalah isu cabang, yang bisa menjadi
pemantik agar kita dapat membawa kea rah isu strategisnya.
Pertengahan
2010 kita dihadapkan pada isu Kenaikan TDL, ataupun pada awal 2011 kemarin kita
juga dihadapkan pada isu Pembatasan Subsidi BBM. Kedua isu
ini adalah isu kontemporer dimana bisa kita jadikan pemantik terhadap isu yang
lebih strategis yaitu tentang tidak maksimalnya diversifikasi di Indonesia dan
tidak berdaulatnya bangsa ini atas energinya. Sehingga,
kita bisa membawa isu strategis terkait diversifikasi energi dan revisi UU
Migas. Contoh lainnya mengenai isu strategis dan isu kontemporer yang
terjadi selama awal 2010 hingga awal 2011 bisa dilihat melalui tabel berikut:
Bidang |
Isu Strategis |
Isu Kontemporer 2010 - 2011 |
Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi |
Anggaran IPTEK |
Evaluasi ACFTA |
Krisis Pangan | ||
Politik |
Moral Pejabat |
Korupsi |
Gedung Baru DPR | ||
Professionalitas |
Century | |
Gedung Baru DPR | ||
Tata Pemerintahan |
Kasus Gayus | |
Penegakan Hukum |
Century | |
Kasus Gayus | ||
Ekonomi |
Deindustrialisasi |
Evaluasi ACFTA |
Kenaikan TDL | ||
Pembatasan Subsidi
BBM | ||
UMKM |
Evaluasi ACFTA | |
Neoliberalisme
Perekonomian |
Pembatasan Subsidi
BBM | |
IPO Garuda | ||
IPO Krakatau Steel | ||
Anggaran Defisit | ||
Sosial Budaya |
Aksesibilitas
Pendidikan |
PP No. 66 |
Liberalisasi
Pendidikan |
PP No. 66 | |
RUU PT | ||
RSBI | ||
Pertahanan Keamanan |
Diversifikasi
Energi |
Kenaikan TDL |
Pembatasan Subsidi
BBM | ||
Liberalisasi Energi |
Kenaikan TDL | |
Pembatasan Subsidi
BBM | ||
Diversifikasi
Pangan dan Teknologi Pangan |
Impor Beras | |
Harga Cabai dan
Kebutuhan Pokok | ||
Kesejahteraan
Petani |
Harga Cabai dan
Kebutuhan Pokok | |
Kedaulatan dan
Kehormatan Negara |
Kasus Kejahatan TKW |
Trend Selanjutnya
Jika
kita amati trend
selanjutnya terkait isu strategis yang ada pada tiap bidangnya, isu kontemporer
ini akan terus menerus berulang hingga ada perubahan berarti pada tiap
bidangnya, sehingga isu strategis yang sudah kita inventarisasi hilang atau
tercapai. Semisal diversifikasi energi tercapai, ataupun
liberalisasi energi hilang.
Dalam
bidang IPTEK, isu strategis yang kita sorot adalah terkait anggaran IPTEK yang
dianggarkan.
Pasalnya, setiap tahun anggaran pada kementerian ini
merupakan salah satu pos yang kecil. Jika pada tahun 2010 kemarin
sebanyak Rp.650,5 miliar, tahun ini hanya sebesar
Rp.440,7 miliar. Jumlah yang seharga sekitar 1-2 tower
apartemen. Selama anggaran IPTEK masih minim, maka selama itu pula isu
daya saing industri bangsa yang lemah masih akan tetap
ada.
Dalam
bidang Politik, isu strategis yang akan tetap disoroti
adalah moral dan professionalitas pejabat, tata pemerintahan, dan penegakan
hukum. Isu korupsi yang dilakukan para pejabat negara akan
tetap menjadi isu hangat yang menyita perhatian. Pasalnya jika kita amati, setiap tahun setidaknya terjadi dua kasus korupsi
yang mencuat hingga ke media massa. Tidak hanya itu, moral
pejabat seperti tidur ketika sidang, pejabat yang bermewah-mewahan, atau berbicara
yang tidak pantas juga bisa menyita perhatian kita.
Selanjutnya
dalam bidang Ekonomi, isu daya saing industri bangsa dan kekuatan UMKM akan juga mewarnai pergolakan isu nasional. Beberapa pekan
yang lalu bahkan Menko Perekonomian Hatta Rajasa menginstruksikan kepada
Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan untuk melakukan evaluasi terhadap
kondisi perindustrian pasca diberlakukan ACFTA, bahkan beliau mengatakan bahwa
bukan tidak mungkin perjanjian ini akan dibatalkan. Hal ini didukung dengan isu deindustrialisasi, dimana industri
Indonesia mengalami pertumbuhan minus mulai tahun 2004, hingga pada tahun 2009
pertumbuhannya hanya 2%. Bahkan industri tekstil,
kulit kayu, dan alas kaki mengalami pertumbuhan -5%.
Selain
itu, liberalisasi ekonomi juga harus kita jadikan common enemy.
Hal ini dikarenakan akan ‘melumpuhkan’ kemandirian
kita. Sehingga lama kelamaan kita tidak lagi berdaulat.
Bayangkan, sebuah negara yang industri strategisnya tidak
lagi dikuasai penuh, ibarat sebuah singa yang salah satu taringnya keropos.
Itulah yang dialami Indonesia dengan IPO Krakatau Steel, atau
IPO Garuda Indonesia. Masalahnya lagi, Indonesia
belumlah seperti macan yang ditakuti, namun sudah kehilangan senjata
alamiahnya. Selama liberalisasi masih terjadi, aset-aset negara ini
semakin lama akan semakin sedikit.
Dalam
bidang Sosial Budaya, hal yang menjadi isu strategis sejak kepengurusan
Presiden KM Shana Fatina, dan diteruskan oleh Presiden KM Herry Dharmawan
adalah mengenai liberalisasi pendidikan dan aksesibilitasnya. Setelah
digagalkannya UU BHP oleh MK, lantas bukan berarti tanggung jawab pemerintah
untuk melaksanakan Letter of Intent
(LoI) dengan IMF akan selesai. Liberalisasi akan tetap
terjadi, dan sekarang payung hukum yang menaungi pendidikan tinggi di Indonesia
adalah PP No. 66 Tahun 2010 yang bahkan menempatkan peran pemerintah
“semampunya” dalam pengelolaan perguruan tinggi. Saat ini sedang dibahas
mengenai RUU PT, dan kita harus sama-sama mengawal proses ini, agar tidak ada
lagi celah legalisasi liberalisasi pendidikan di Indonesia, yang berpengaruh pula
pada aksesibilitas pendidikan, terutama bagi masyarakat tidak mampu.
Bidang
yang terakhir, yaitu Pertahanan Keamanan. Isu strategis terkait
diversifikasi energi di Indonesia butuh untuk selalu kita kawal setidaknya
hingga tahun 2025 (berdasarkan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional).
Pada tahun itu, target pemerintah adalah pemakaian minyak bumi kurang dari 20%,
gas bumi lebih dari 30%, batu bara lebih dari 33%, biofuel lebih dari 5%, panas
bumi lebih dari 5%, EBT lainnya lebih dari 5%, dan CBM lebih dari 2%. Adapun
komposisi pemakaian energi Indonesia sekarang ini dapat kita lihat dari chart berikut.
Selama
diversifikasi energi Indonesia belum maksimal, maka saat itu pula kenaikan TDL
dan kenaikan harga BBM masih akan mendera kita. Hal ini dikarenakan BBM dan TDL masih bergantung pada harga minyak
dunia, dimana Indonesia –walaupun penghasil minyak– namun itu tidak signifikan.
Isu
liberalisasi energi juga masih akan kita hadapi, hal
ini dikarenakan kontrak-kontrak dengan pihak asing masih akan terus berdatangan.
Selama hal itu masih terjadi, kita masih tidak akan
berdaulat atas energi yang kita miliki.
Selain
itu, isu strategis diversifikasi pangan dan teknologi pangan akan
selalu menjadi isu strategis. Selama diversifikasi pangan dan
teknologinya masih belum berkembang, maka jangan heran bila kita masih
kesulitan dalam swasembada beras. Sebagai bukti, pada tahun 2010 kita
harus mengimpor beras sebanyak 1,33 juta ton (senilai
dengan Rp.29 Triliun). Sungguh ironis di tengah julukan
negara agraris. Padahal, tahun 2008 dan 2009 kita
mengalami swasembada beras. Dalam hal ini, kesejahteraan petani juga
memainkan peranan penting, dimana kita bisa belajar ketika UU No. 12 Tahun 1992
disahkan, maka liberalisasi sektor pangan dimulai, dan petani beralih kepada tanaman
yang lebih menguntungkan ketimbang padi. Kita tidak mau lagi
mendengar petani Indonesia miskin dan pada akhirnya meninggalkan padi untuk
ditanam.
What to do?
Saatnya
kita beralih dari medan kondisi ke medan aksi. Sebuah rekayasa dirancang di sini, karena kita sedang merekayasa
sebuah bangsa, merekayasa Indonesia. Sehingga, kita harus merancang
bagaimana cara kita berbuat dan strategi apa yang akan
kita buat dengan melihat kepada potensi yang kita miliki, potensi mahasiswa ITB
pada khususnya dan mahasiswa se-Indonesia pada umumnya.
Pada
hakikatnya, dengan mengadopsi model Triple
Helix yang dikembangkan Henry Etzkowitz, kita bisa melihat bahwa ITB
sebagai perguruan tinggi teknik dan centre
of technology akan sangat erat berhubungan dengan
masyarakat ekonomi-industri. Itulah mengapa sekarang frame yang terbangun di benak
mahasiswanya adalah ‘perusahaan’, bukan pemerintahan, ataupun LSM. Perindustrian di Indonesia memegang peranan penting. Ibarat sebuah mobil, industri adalah mesinnya. Perindustrian
yang baik akan berdampak pada bergairahnya sektor riil
yang menjadi motor perekonomian.
ITB
sendiri mempunyai banyak jurusan yang berhubungan langsung dengan
perindustrian.
Jika kita melihat pada industri manufaktur saja, maka jurusan-jurusan yang
terkait ke dalamnya, diantaranya adalah Teknik Industri, Teknik Mesin, Teknik
Penerbangan, Teknik Material, Teknik Fisika, Teknik Kimia, dan banyak jurusan
lain di FTI, STEI, SF, SITH, SBM, dan FSRD. Melihat pada besarnya potensi ini,
maka isu perindustrian yang telah dibangun pada kepengurusan Herry Dharmawan akan tetap di lanjutkan.
Potensi
lainnya di ITB adalah adanya jurusan yang terkait dengan kondisi natural resources Indonesia. Jika melihat pada sub bahasan
sebelumnya, isu tentang energi ini akan masih sangat
hangat. Hal ini menjadi peluang bagi kita untuk turut
berkontribusi dalam merekayasa Indonesia. Teman-teman
di jurusan seperti Teknik Perminyakan, Teknik Pertambangan, dan jurusan lain di
FTTM, FITB, atau fakultas lainnya. Untuk itu, isu Energi yang telah
dibangun pada kepengurusan Izul, Shana, Yusuf, dan Herry tetap akan dilanjutkan.
Selanjutnya,
melihat trend ke depan, dan melihat
dari potensi keilmuan di ITB juga, isu pangan yang terhenti terakhir di zaman
Shana akan dilanjutkan kembali. Teman-teman
di SITH, Teknik Kimia, SF, dan lainnya bisa berkontribusi dalam mengawal isu
ini. Isu ini juga akan menjadi pondasi awal
bagi keterlibatan mahasiswa ITB di kampus Jatinangor nantinya, yang akan
membuka jurusan-jurusan terkait pertanian.
Terakhir,
isu yang akan kita bawa lagi adalah isu yang hingga
sekarang masih hangat, yaitu pendidikan. Aksi ITB untuk semua
bukan merupakan akhir, namun awal bagi pengawalan mahasiswa terhadap isu
pendidikan, tidak hanya di kampus, namun juga dalam tataran nasional. Hal ini karena kita sendiri adalah objek sekalligus subjek
pendidikan, yang seharusnya kritis terhadap arah pendidikan nasional kita.
Lebih
lanjut, mengenai penjabaran langkah yang akan kita
lakukan terhadap empat isu ini (Industri, energi, pangan, dan pendidikan)
selama setahun ke depan, akan dijabarkan dalam tabel berikut.
Subbidang |
Isu Strategis |
Capaian |
How to? | ||
Pergerakan |
Kajian Strategis |
Hubungan Luar | |||
Industri |
Deindustrialisasi |
Pembatalan
perjanjian ACFTA |
Bangun Afiliasi:
BEM-SI, API, APINDO, HIPMI, dll |
Himpun kajian massa
kampus: MTI, HMM, HIMATEK, KMPN, HATI, KSEP, dll |
Pelihara jaringan:
DPR Komisi VI, Pelaku industri (asosiasi), Menkop, Menperin, Mendag |
UMKM |
RDP ke DPR dan
Menko Perekonomian |
Bangun Roadmap:
High cost economy, deindustrialisasi |
| ||
Neoliberalisme
Perekonomian |
Petisi tanda tangan
jika () maka () terkait ACFTA |
|
| ||
Energi |
Diversifikasi
Energi |
Revisi UU Migas |
Bangun Afiliasi:
BEM-SI, REFORMINER, IRESS |
Himpun kajian massa
kampus: PATRA, TERRA, GEA, HATI, PSIK, dll |
Pelihara jaringan:
DPR Komisi VII, LSM, Kementerian ESDM |
RDP ke DPR dan
Kementerian ESDM |
Bangun Roadmap:
Liberalisasi, diversifikasi |
| |||
Liberalisasi Energi |
Ke-MK: Judicial
Review |
Follow up Komunitas
Energi Nasional Mahasiswa Indonesia |
| ||
Bangun partisipasi:
aksi isu kontemporer |
|
| |||
Pangan |
Diversifikasi
Pangan dan Teknologi Pangan |
Swasembada beras
2012 |
Bangun afiliasi:
BEM-SI, HKTI |
Himpun kajian massa
kampus dan BEM-SI |
Pelihara jaringan:
DPR, LSM, BEM |
RDP ke DPR dan
Kementerian Pertanian |
Bangun roadmap: diversifikasi
dan teknologi pangan |
| |||
Gentleman
Agreement: Kalau tidak swasembada, Mentan turun |
Program kerja:
operasi pasar, pasar rakyat |
| |||
Pendidikan |
Aksesibilitas
Pendidikan |
Revisi PP No. 66
Tahun 2010 atau Pengawalan RUU PT |
Bangun afiliasi:
BEM-SI, Kobar |
Himpun kajian massa
kampus |
Pelihara jaringan:
LSM, BEM, Pemerintah |
Liberalisasi
Pendidikan |
RDP ke DPR dan
Kementrian Pendidikan Nasional |
Bangun roadmap:
aksesibilitas dan liberalisasi |
|
Nation
Engineering
Sekarang
mari kita tanya ke dalam hati kita, masih rindukah
kita dengan kebesaran mahasiswa? Ketika penguasa pongah dan
bebal menggunakan tangan besinya, seketika itu mereka turun ke jalan untuk
mengajak sebanyak-banyaknya masyarakat untuk kritis. Ketika
undang-undang yang ada malah menindas rakyat, maka merekapun berkonsolidasi,
berafiliasi, dan membangun sebuah kekuatan besar, bergelombang-gelombang untuk
menghantam hal tersebut.
Kini,
mahasiswa yang dahulu juga ikut menentukan arah perkembangan bangsa, hanya
sibuk dengan bangku kuliahnya, tugas-tugasnya, ponsel-ponselnya,
laptop-laptopnya, dan lainnya.
Kedepannya, hal ini tidak boleh lagi terjadi, mahasiswa harus
segera kembali kepada perannya sebagai kontrol sosial.
Sebagai
penjelasan, selain dari subbidang tersebut, kita tetap akan
mengambil sikap terhadap semua isu yang berkembang di masyarakat. Sebagai
contoh: pornografi, korupsi, dan lainnya. Hanya saja, untuk isu eskalatif, kita
nantinya akan berfokus pada empat bidang tersebut. Semoga langkah ini bermanfaat bagi usaha perbaikan bangsa dan
masyarakat ini. Salam cinta untuk perdamaian dan perjuangan.
1 komentar:
Wah ini yg kemarin diedit pas RA.. keren dhan, bookmark bwt dibaca deh :)
Posting Komentar