Sabtu, 09 April 2011

[Sekilas] ITB Fair 2012

ITB Fair 2012

Prolog: ITB Fair sebelumnya

ITB Fair 2010 menjadi tonggak bersejarah sendiri bagi mahasiswa Indonesia umumnya dan mahasiswa ITB khususnya. Hal ini dikarenakan event ini menjadi milestone bagi gerakan mahasiswa Indonesia, dari yang tadinya lebih terlihat dengan gerakan vertikalnya, kini diseimbangkan dengan gerakan horizontal. 50 perwakilan kampus se-Indonesia berkumpul untuk mengikuti konferensi untuk menjadikan Community Development menjadi basis gerakan horizontal mahasiswa, dengan berbasis pada karya, teknologi, dan seni.

Dengan ITB Fair 2010, dua isu tersebut: community development dan karya mahasiswa, coba disatukan dalam sebuah gerakan. Bergerak, bersinergi, berkarya. Itu tagline yang selalu didengungkan. Karena hakikatnya memang karya teknologi dan seni akan tumpul jika tidak menyentuh masyarakat dalam bentuk aplikasi nyata di kehidupan. Sehingga, karya itupun bisa terus berkembang, dan menggiring peradaban menjadi lebih meningkat dari sebelumnya.

Ketika karya bertemu denganpreneur

Kini, tugas kita adalah menjawab tantangan peradaban. Tantangan pertama adalah masih sedikitnya wirausaha di Indonesia. Jumlah ini baru mencapai angka sekitar 0,18%, jauh dari angka ideal yaitu 2%. Oleh karena itulah, tantangan bagi mahasiswa sekarang bukan lagi sekedar tentang how to create, tetapi how to apply. Kita ditantang bukan hanya sekedar berkarya, namun sampai pada tahap karya kita dapat teraplikasi secara nyata di masyarakat, bahkan hingga teraplikasi secara massal.

Untuk itu, ada kemampuan lebih yang harus kita endorse agar cita-cita besar itu tercapai. Kemampuan itu adalah kemampuan entrepreneurship. Hasil karya kita haruslah bisa benar-benar kita sebarkan ke seantero bangsa ini, baik dengan kerja sama dengan pihak investor besar, ataupun dengan mengembangkan modal sendiri. Kedua cara itu sangatlah memerlukan kemampuan kewirausahaan. Hingga pada akhirnya terciptalah seorang wirausaha dalam bidang teknologi (technopreneur) dan seni (creativepreneur).

Tantangan yang harus kita jawab selanjutnya adalah peradaban dunia yang sedang mengalami peningkatan yang sangat drastis dari sisi material, namun boleh jadi menurun dari sisi moral. Sehingga entrepreneur yang kita ciptakan mempunyai jiwa sosial yang baik dan tidak termakan oleh ambisi pribadi untuk hanya kaya tanpa juga meng-kaya-kan orang lain. Sisi moral ini yang harus senantiasa ditingkatkan. kita tidak ingin lagi ada seorang pengusaha sukses dan kaya raya serta assetnya dimana-mana hanya mempekerjakan manusia tanpa meningkatkan taraf hidup mereka secara drastis. Sebagai contoh, dalam sebuah film dokumenter disebutkan bahwa pemilik sebuah industri pakaian ternama mengadakan pesta pernikahan yang nilainya setara dengan 500 bulan gaji seorang pekerjanya di pabrik. Sangat menyayat hati kita.

Untuk itulah, kita perlu membumikan opini sociopreneur untuk mengiringi pembagunan isu technopreneur dan creativepreneur, dalam kerangka pembangunan opini kewirausahaan di Indonesia.

Membumikan sociopreneur

ITB Fair 2010 boleh dikatakan sangat berhasil dalam menularkan cita-cita pengembangan komunitas (community development) yang dilakukan oleh mahasiswa. Sehingga kita bisa melihat misalnya untuk di lingkungan ITB sendiri, sudah banyak himpunan yang mulaimencobamelaksanakan community debelopment. Hal ini sudah menjadi trendsetter baru bagi gerakan kemahasiswaan Indonesia.

Ketika kita berbicara mengenai pengembangan komunitas, kita akan mendapat kesimpulan bahwa pengembangan komunitas ini bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan. Syarat yang diperlukan hanya dua: mobilisasi potensi komunitas sehingga dapat tercipta sesuatu dari mobilisasi tersebut, dan sesuatu yang tercipta tersebut (creation) adalah milik komunitas, bukan milik individu. Karena itulah, kita bisa menemukan pengembangan komunitas dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, budaya, ekonomi, infrastruktur, dan lainnya.

Sociopreneur adalah salah satu upaya pengembangan komunitas melalui pendekatan ekonomi dan kewirausahaan massal. Pola yang dijalankan adalah menularkan jiwa kewirausahaan kepada setiap anggota komunitas untuk melakukan bisnis terhadap suatu komoditas yang dipilih komunitas tersebut untuk dikembangkan. Setiap permasalahan akan dibahas secara bersama-sama dan akan dicarikan solusinya. Jaringan dengan pihak luar yang dibangunpun atas kerja sama semua anggota komunitas tersebut. Itulah mengapa, dalam pengembangan komunitas berbasis pendekatan ekonomi, kita akan menemukan satu kawasan dengan komoditas yang sama. Sebutlah desa kelinci Cihanjuang Rahayu, desa craft Rajapolah, ataupun desa akar wangi dan minyak asiri karya ASGAR MUDA Garut.

Impian yang akan dibangun melalui ITB Fair 2012 ini adalah karya mahasiswa ITB –baik berupa karya teknologi maupun senibisadiproduksikarena jiwa kewirausahaan yang terbangun, dan proses produksi tersebut melibatkan sebanyak-banyaknya komunitas, sehingga kita nanti bisa melihat komunitas ternak ayam oleh HME, komunitas daur ulang kertas oleh U-Green, dan komunitas-komunitas lainnya. Itulah hakikat dari membumikan sociopreneur.

Epilog: Membangun Indonesia dengan karya

Kita percaya, bahwa tidak ada syarat yang diperlukan untuk membangun Indonesia, kecuali dengan karya. Bahasa lazimnya adalah perbuatan. Tentu pertanyaan selanjutnya adalah perbuatan seperti apa yang diperlukan untuk membangun Indonesia. Jawabannya adalah perbuatan yang bermanfaat. Karena kita yakin, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat, sebaik-baiknya mahasiswa adalah yang paling bermanfaat, sebaik-baiknya kampus adalah kampus yang paling bermanfaat bagi masyarakat, bagi bangsa, bagi dunia.

Kita juga yakin, bahwa kita akan bisa melakukan perbuatan yang bermanfaat ketika kita bisa menikmati perjuangan itu, perjuangan untuk selalu bermanfaat. Salam cinta untuk perdamaian dan perjuangan.

Tidak ada komentar: