Hari ini, gelaran empat tahunan anak ITB digelar. Pasar Seni ITB 2010, sebuah ajang tumpah ruah tentang seni, mulai dari Jalan Ganesha hingga setengah kampus ITB ke belakang. Acara yang dilaksanakan mulai pukul 08.00 WIB hingga 18.00 WIB ini mengambil tajuk 'sesuatu yang terlupakan'. Instalasi super hebat, barang-barang seni, dan dekorasi yang mantap sangat membuat kagum saya sebagai salah satu pengunjung event tersebut. Banyak sekali benda-benda unik dan wahana-wahana yang hebat (entah bagaimana membuatnya) ditemui di sini.
Pasar Seni berhasil menyedot perhatian masyarakat luas, seminimal-minimalnya masyarakat kota Bandung. Bahkan, banyak juga pengunjung dari luar kota, seperti Jakarta, Bogor, dll. Terlepas dari hal tersebut, saya ingin mengangkat sisi lain dari fenomena berjubelnya pengunjung Pasar Seni. Sebagai intermezzo, pengunjung pasar seni kali ini bisa saya prediksi melebihi 20.000 orang, benar-benar ramai! Padat, berdesakan, pengap, dan "mumet".
Padatnya pengunjung pada satu sisi menandakan suatu hal: bahwa kebutuhan akan sosialisasi dan keramaian masyarakat kota besar semakin dibutuhkan. Kebutuhan akan adanya ruang-ruang publik yang menjadi tempat berkumpulnya banyak orang dalam satu waktu sangatlah terasa. Kita bisa belajar dari ramainya car free day, atau tempat-tempat olahraga di weekend pagi dan sebagainya. Idealnya, ruang publik hijau dalam sebuah kota 20%. Namun, kota seperti Bandung sangat masih jauh dari ideal. Kita belajar dari sejarah bahwa memang dahulu pusat kota selalu dibangun alun-alun, atau ada masjid agung, dikarenakan untuk memfasilitasi ruang publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar