Minggu, 08 Juni 2008

Great journey to Tangkuban Perahu 2

Selesai menunaikan perintah Allah, kami serombongan langsung makan, maklum, perut sudah tidak dapat ditolerir. Akhirnya, dengan nikmatnya kami makan, ada yang makan bakso, batagor, roti, dan ada yang bawa bekal perlengkapan standar PPAB, hehe... (siapa yah...?). Lantas kami semua menikmati karunia Allah berupa kemampuan kami merasakan nikmatnya makan di waktu lapar. Makan telah selesai, kami berencana untuk merealisasikan keinginan kami berupa mengubek2 kawah sampai ke Kawah Upas (samping Kawah Ratu) yang hanya dibatasai oleh “sekat” tebing yang cukup terjal. Di situlah nantinya kami akan berputu2 lagi.

Tapi sebelum itu, kami naik ke atas balkon kantor yang cukup tinggi, lantas sedikit berfoto2 dan istirahat sejenak. Maklum, abis makan itu bawaannya ngantuk bgt.. Setelah asik ngobrol2, nyantai2, dan bernapas dalam2, kami turun dari balkon itu dan merasakan bahwa sekitar kawah sedang berkabut cukup tebal. Dan karena dinginnya, setiap pembicaraan kami dihiasi dengan asap keluar dari mulut (ceritanya seperti saat winter, hehe..). Apakah norak atau memang perlu, kami selalu saja meniup2kan mulut kami dengan harapan keluar asap yang sangat tebal (kebakaran kali..!). Setelah sedikit bernorak2an, kami sepakat untuk menelusuri bagian seberang kawah ratu, yaitu hawah upas. Kawah ini bisa ditelusuri ke arah kios2 pedagang dan terus saja melewati jalan berbatu hutan di bibir kawah. Kami berjalan sekitar 20 menit pergi dihiasi dengan foto2 narsis lagi (baru kali ini ga jaim, hehe...).

Sempat timbul keragu2an di tengah perjalanan karena kabut timbul dengan derasnya, jarak pandang-pun hanya beberapa puluh meter, mana kami masuk ke areal jalan hutan yang benar2 sepi, tapi kami berpikir, sudah jauh perjalanan, maka lanjutkan saja.. Eh, akhirnya benar saja, setelah itu kami berpapasan dengan 3 orang yang baru saja dari arah kawah Upas akan kembali ke pelataran parkir yang sudah jauh kami tinggalkan, dan beberapa saat setelah itu, cuaca-pun kembali cerah, kabut sedikit menghilang. Kamipun melanjutkan perjalanan tetap ke “sekat” tebing antara Kawah Ratu dan Kawah Upas. Beberapa keraguanpun datang mengahadang, tetapi kami tetap meyakinkan diri untuk terus berjalan, hingga akhirnya berpapasan dengan 5 orang anak laki2 dari SMP berapa gitu.. (maaf, saya lupa, heeee...)

Karena itulah, kami merasa lebih yakin untuk melanjutkan perjalanan.. dan Akhirnya, “sekat” itupun dapat kami capai dengan meyakinkan... (bagaikan meraih emas di puncak gunung yang tinggi,,, *lebay), dan ternyata, Kawah Upas itu sangat berbeda dengan Kawah Ratu, karena Kawah Upas sudah hampir sepenuhnya berupa hamparan cekungan pasir, yang banyak manusia pernah mencapai dasarnya, hal ini terlihat dari banyaknya susunan2 batu membentuk tulisan2,, ada si anu love si itu, SMP sekian2, ada nama orang, dan yang paling mencengangkan, ada tulisan TI ITB, serius!! Ini bukan rekayasa, harap tidak mencoba di rumah.. lho, koq, jadi melantur?? Back to the topic, serius lho.... Dan akhirnya kami terus2 menerus berfoto di “sekat” itu, sayapun mencoba untuk berbaring melepas lelah di atas bebatuan kecil pasir,, wuihh.. enaknya, melihat awan dengan hawa yang dingin di puncak sebuah gunung.

Tapi entah kenapa, lama kelamaan kabut kembali menebal, dan udara yang tadinya dingin makin mendingin, wuzzzzz, dingin bgd dah, dan setelah puas berfoto2, dan bermain2 di sana, kami menyegerakan untuk kembali ke pelataran parkir Kawah Ratu. Nah, berikut foto2 gila yang kami lakukan di atas “sekat” itu, simak ya…, hehe…

Tidak ada komentar: