Selesai menunaikan perintah Allah, kami serombongan langsung makan, maklum,
perut sudah tidak dapat ditolerir. Akhirnya, dengan nikmatnya kami makan, ada
yang makan bakso, batagor, roti, dan ada yang bawa bekal perlengkapan standar
PPAB, hehe... (siapa yah...?). Lantas kami semua menikmati karunia Allah berupa
kemampuan kami merasakan nikmatnya makan di waktu lapar. Makan telah selesai,
kami berencana untuk merealisasikan keinginan kami berupa mengubek2 kawah
sampai ke Kawah Upas (samping Kawah Ratu) yang hanya dibatasai oleh “sekat”
tebing yang cukup terjal. Di situlah nantinya kami akan berputu2 lagi.
Tapi sebelum itu, kami naik ke atas balkon kantor yang cukup tinggi, lantas
sedikit berfoto2 dan istirahat sejenak. Maklum, abis makan itu bawaannya
ngantuk bgt.. Setelah asik ngobrol2, nyantai2, dan bernapas dalam2, kami turun
dari balkon itu dan merasakan bahwa sekitar kawah sedang berkabut cukup tebal.
Dan karena dinginnya, setiap pembicaraan kami dihiasi dengan asap keluar dari
mulut (ceritanya seperti saat winter, hehe..). Apakah norak atau memang perlu,
kami selalu saja meniup2kan mulut kami dengan harapan keluar asap yang sangat
tebal (kebakaran kali..!). Setelah sedikit bernorak2an, kami sepakat untuk
menelusuri bagian seberang kawah ratu, yaitu hawah upas. Kawah ini bisa
ditelusuri ke arah kios2 pedagang dan terus saja melewati jalan berbatu hutan
di bibir kawah. Kami berjalan sekitar 20 menit pergi dihiasi dengan foto2
narsis lagi (baru kali ini ga jaim, hehe...).
Sempat timbul keragu2an di tengah perjalanan karena kabut timbul dengan
derasnya, jarak pandang-pun hanya beberapa puluh meter, mana kami masuk ke
areal jalan hutan yang benar2 sepi, tapi kami berpikir, sudah jauh perjalanan,
maka lanjutkan saja.. Eh, akhirnya benar saja, setelah itu kami berpapasan
dengan 3 orang yang baru saja dari arah kawah Upas akan kembali ke pelataran
parkir yang sudah jauh kami tinggalkan, dan beberapa saat setelah itu,
cuaca-pun kembali cerah, kabut sedikit menghilang. Kamipun melanjutkan
perjalanan tetap ke “sekat” tebing antara Kawah Ratu dan Kawah Upas. Beberapa
keraguanpun datang mengahadang, tetapi kami tetap meyakinkan diri untuk terus
berjalan, hingga akhirnya berpapasan dengan 5 orang anak laki2 dari SMP berapa
gitu.. (maaf, saya lupa, heeee...)
Karena itulah, kami merasa lebih yakin untuk melanjutkan perjalanan.. dan
Akhirnya, “sekat” itupun dapat kami capai dengan meyakinkan... (bagaikan meraih
emas di puncak gunung yang tinggi,,, *lebay), dan ternyata, Kawah Upas itu
sangat berbeda dengan Kawah Ratu, karena Kawah Upas sudah hampir sepenuhnya
berupa hamparan cekungan pasir, yang banyak manusia pernah mencapai dasarnya,
hal ini terlihat dari banyaknya susunan2 batu membentuk tulisan2,, ada si anu love si itu, SMP sekian2, ada nama orang, dan yang paling mencengangkan, ada
tulisan TI ITB, serius!! Ini bukan rekayasa, harap tidak mencoba di rumah..
lho, koq, jadi melantur?? Back to the topic, serius lho.... Dan akhirnya kami
terus2 menerus berfoto di “sekat” itu, sayapun mencoba untuk berbaring melepas
lelah di atas bebatuan kecil pasir,, wuihh.. enaknya, melihat awan dengan hawa
yang dingin di puncak sebuah gunung.
Tapi entah kenapa, lama kelamaan kabut kembali menebal, dan udara yang
tadinya dingin makin mendingin, wuzzzzz, dingin bgd dah, dan setelah puas
berfoto2, dan bermain2 di sana, kami menyegerakan untuk kembali ke pelataran
parkir Kawah Ratu. Nah, berikut foto2 gila yang kami lakukan di atas “sekat”
itu, simak ya…, hehe…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar