Senin, 17 Maret 2008

Paku, Papan, dan Gudang

Seorang anak datang menghampiri ayahnya di sela2 waktu senggangnya, lalu anak itu berkata, “ayah, maukah dirimu memberiku salah satu nasihat kehidupan?” Tanya anak tersebut.

 

dengan senang hati anakku..” sahut ayahnya dengan suara rendah berwibawa, lalu ia meminta anaknya untuk mengikutinya ke gudang rumah di sebelah kamar kecil. Di gudang itu terdapatlah sebuah papan tulis bekas.

 

Lalu dihadapkannya anaknya di depan papan tulis tersebut seraya berkata, “wahai anakku, kamu lihat papan tulis ini..?”, “apakah kamu melihatnya jika kamu di luar gudang ini..?”.

 

ya, ayah.., saya melihatnya jika di dalam, dan tidak melihatnya jika di luar..” jawab anaknya sambil tersenyum. “seperti inilah perasaan manusia, dari luar tidak terlihat, tapi di dalamnya, bisa saja terdapat sesuatu..”.

 

Lantas ayah tadi mengambil beberapa buah paku dan sebuah palu, seraya berkata, “nak, jika kamu merasa tersakiti oleh orang lain, tancapkanlah sebuah paku pada papan ini.. lalu, jika orang lain itu telah meminta maaf padamu, cabutlah paku ini.. dan kita baru akan memulai belajar sebuah nasihat kehidupan insya Allah minggu depan..”

 

Lalu, ayah dan anak itupun keluar dari gudang tersebut.

 

Sekitar seminggu berlalu, mereka kembali lagi ke gudang tersebut dan melihat “hasil” di papan tulis tersebut, ternyata banyak bekas paku tertancap dan hanya beberapa paku yang masih menempel.

 

“Nah, begini anakku, dari bekas paku yang tertancap, kita dapat mengambil sebuah nasihat kehidupan, yaitu, jikalau kita menyakiti orang lain, dan kita telah meminta maaf padanya, maka ibarat bekas tancapan paku tersebut, rasa sakit itu tidak akan hilang dengan sempurna, tetapi masih ada bekasnya..” Terang ayahnya.

 

“Karena papan ini ada di dalam gudang, maka akan sulit bagi kita untuk mengetahui apakah masih ada paku yang tertancap pada papan itu.. begitu juga dengan perasaan manusia yang tersembunyi, boleh jadi orang yang kita sakiti masih menyimpan rasa sakitnya itu walaupun kita telah meminta maaf padanya..” Tambah ayahnya.

 

“Jadi, anakku, pesan yang dapat kita ambil dari papan, paku, dan gudang ini adalah Manusia sebisa mungkin janganlah menyakiti perasaan sesamanya, karena boleh jadi rasa sakit itu masih membekas walaupun manusia telah meminta maaf. Seperti sebuah papan yang ditancapkan sebuah paku, lalu paku itu dicabut, bekas tancapan itu masih ada tetapi tidak terlihat dari luar gudang.” Lanjut ayah menutup

 

“Wah.. alhamdulillah ayah, aku dapat mengambil pelajaran berharga ini. Terima kasih ya ayahku, engkau memang orangtua yang sangat baik dan patut dijadikan contoh anak2nya..”

Tidak ada komentar: