Seorang
anak datang menghampiri ayahnya di sela2 waktu senggangnya, lalu anak itu berkata,
“ayah, maukah dirimu memberiku salah satu nasihat kehidupan?” Tanya anak tersebut.
“dengan senang hati anakku..” sahut ayahnya dengan
suara rendah berwibawa, lalu ia meminta anaknya
untuk mengikutinya ke gudang rumah
di sebelah kamar kecil. Di
gudang itu terdapatlah sebuah papan tulis bekas.
Lalu dihadapkannya anaknya di depan papan
tulis tersebut seraya berkata, “wahai anakku, kamu
lihat papan tulis ini..?”, “apakah kamu melihatnya
jika kamu di luar gudang
ini..?”.
“ya, ayah.., saya melihatnya jika di dalam, dan
tidak melihatnya jika di luar..”
jawab anaknya sambil tersenyum. “seperti inilah
perasaan manusia, dari luar tidak
terlihat, tapi di dalamnya, bisa
saja terdapat sesuatu..”.
Lantas ayah tadi mengambil beberapa buah paku
dan sebuah palu, seraya berkata,
“nak, jika kamu merasa tersakiti
oleh orang lain, tancapkanlah sebuah paku pada papan
ini.. lalu, jika orang lain itu telah meminta maaf
padamu, cabutlah paku ini.. dan kita baru akan memulai
belajar sebuah nasihat kehidupan insya Allah minggu depan..”
Lalu, ayah dan anak itupun keluar dari gudang
tersebut.
Sekitar seminggu berlalu, mereka kembali lagi ke
gudang tersebut dan melihat “hasil” di papan tulis tersebut, ternyata banyak
bekas paku tertancap dan hanya beberapa paku yang masih menempel.
“Nah, begini anakku, dari bekas paku yang
tertancap, kita dapat mengambil sebuah nasihat kehidupan, yaitu, jikalau kita
menyakiti orang lain, dan kita telah meminta maaf padanya, maka ibarat bekas
tancapan paku tersebut, rasa sakit itu tidak akan hilang dengan sempurna,
tetapi masih ada bekasnya..” Terang ayahnya.
“Karena papan ini ada di dalam gudang, maka akan
sulit bagi kita untuk mengetahui apakah masih ada paku yang tertancap pada
papan itu.. begitu juga dengan perasaan manusia yang tersembunyi, boleh jadi
orang yang kita sakiti masih menyimpan rasa sakitnya itu walaupun kita telah
meminta maaf padanya..” Tambah ayahnya.
“Jadi, anakku, pesan yang dapat kita ambil dari
papan, paku, dan gudang ini adalah Manusia
sebisa mungkin janganlah menyakiti perasaan sesamanya, karena boleh jadi rasa
sakit itu masih membekas walaupun manusia telah meminta maaf. Seperti sebuah
papan yang ditancapkan sebuah paku, lalu paku itu dicabut, bekas tancapan itu
masih ada tetapi tidak terlihat dari luar gudang.” Lanjut ayah menutup
“Wah.. alhamdulillah ayah, aku dapat mengambil
pelajaran berharga ini. Terima kasih ya ayahku, engkau memang orangtua yang
sangat baik dan patut dijadikan contoh anak2nya..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar