Jumat, 05 Desember 2008

Ibrah Pada Sepertiga Malam Terakhir

Bandung, 051208, 3.30 AM

 

Untuk yang ketiga kalinya, pada kondisi yang sama persis, saya pulang ke kost pada jam-jam sepertiga malam terakhir. Melewati jalan-jalan malam di Bandung yang sunyi, dingin, dan berembun pastinya. Apalagi habis hujan semalaman. Bayangkan saja rasanya bagaikan di dalam kota yang disetiap sudut kotanya dipasang penyejuk ruangan (AC) dengan temperature kemungkinan 19 derajat celcius. BrrRasanya jaket tebal dengan celana panjang (pakaian standar pengendara motor) tidak cukup ampuh untuk menahan dingin yang semakin menusuk kulit.

 

Kebetulan pagi ini saya dari arah daerah Tubagus, mau pulang ke kost yang memang di daerah Cisitu. Untuk melewatinya, saya harus melewati pasar Simpang Dago untuk menuju kost. Awalnya ketika melewati daerah Tubagus dengan komplek2 perumahannya, saya berpikir mungkin saat itu masih terlalu pagi untuk beraktivitas, maklum, jam segitu biasanya seorang muslim sedang menikmati dua hal, yang pertama, menikmatiberkhalwatdengan Allah, dan yang kedua, sedang menikmati istirahatnya saat lelah beraktivitas siang harinya.

 

Dua hal itu yang menjadi hipotesis pikiran ini ketika melihat situasi Bandung pada sepertiga malam terakhir. Kondisi iklim di Bandung yang sangat dingin diwaktu menjelang subuh (ditambah lagi habis hujan malamnya) memungkinkan keduanya dilakukan dengan khusyuk, baik bermunajat dalam basuhan air wudhu yang dingin kemudian qiyamul lail, dan yang kedua berkemul di bawah selimut hangat sembari berbaring terlelap menghadap ke kanan.

 

Tapi ternyata, hipotesisku salah! Ketika melewati pasar Simpang Dago, bukan kesunyian yang kutemukan, malah keramaian, ya, keramaian. Bursa sayuran sudah ada sejak pagi buta, banyak sekali pedagang dan pembeli bertransaksi di pagi buta tersebut. Kebanyakan dari pembeli adalah para pedagang yang akan kembali menjual sayurannya di daerah rumah masing-masing di pagi harinya. Subhanallah...

 

Tidak sedikit ku melihat di antara mereka ada ibu-ibu rumah tangga, juga seorang bapak yang mencari nafkahnya. Mereka sangat gigih bekerja, untuk meraih kesejahteraan hidup, sesuap nasi bahkan. Hal ini menjadi ibrah penting khususnya bagi diri saya sendiri. Saya seperti mendapat sentilan dari Allah terhadap kinerja saya sebagai akademisi di Bandung ini. Pasalnya, belakangan ini saya sering dilanda malas, jenuh, dan kurang motivasi saat menyentuh kegiatan kuliah. Padahal saya menyadari, bahwa tujuan saya ke Bandung, amanah terbesar saya dari orang tua, adalah menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya.

 

Semoga saja, dengan melihat kejadian tersebut, motivasi saya meningkat. Karena terus terang saya merasa malu. Pertama, saya lebih muda dari mereka, dan yang kedua, mungkin saja saya mempunyai titipan harta yang lebih besar dari mereka, akan tetapi, semangat saya untuk bekerja tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dari mereka. Astaghfirullah

 

So, mulai sekarang, marilah kita meningkatkan motivasi dan etos kerja kita, karena motivasi dan semangat akan membuat persiapan yang baik. Dan jika persiapan baik, maka insya Allah prosesnya baik, dan proses yang baik akan berbuah hasil yang baik. Insya Allah. Wallahu a’lam.

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda : “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, pasti Allah memudahkan baginya jalan ke surga. Apabila berkumpul suatu kaum di salah satu masjid untuk membaca Al Qur’an secara bergantian dan mempelajarinya, niscaya mereka akan diliputi sakinah (ketenangan), diliputi rahmat, dan dinaungi malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan makhluk-makhluk lain di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalannya, maka tidak akan dipercepat kenaikan derajatnya”. (Lafazh riwayat Muslim)

Tidak ada komentar: