Memilih Transportasi Yang Ideal Untuk
Kota Bandung
Kemacetan di jalan raya adalah problem yang biasa mendera kota besar di Indonesia, terutama pada jam-jam sibuk (rush hour) pagi dan sore hari. Sebutlah Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan kota lainnya mempunyai masalah yang hampir sama tentang kemacetan ini.
Beragam program juga telah dilaksanakan pemerintah kota-kota setempat untuk meminimalisasi kemacetan yang ada, seperti busway yang telah banyak diadopsi di kota-kota besar di Indonesia, kereta api commuter, dan bahkan Kota Jakarta sudah pernah mencoba waterway dan monorail, meskipun sampai sekarang nasib monorail di Jakarta masih terkatung-katung.
Transportasi yang efektif dan efisien untuk sebuah kota yang besar dan padat adalah transportasi yang bersifat massal, dalam artian dapat membawa penumpang/benda yang dipindahkan dalam jumlah yang banyak dalam satu kali perjalanan. Efektifitas sebuah transportasi massal dapat dilihat dari seberapa bisa alat tersebut mengantarkan penumpang hingga tujuan, dengan sarana dan prasarana yang ada atau akan diadakan. Sedangkan efisiensi dari sebuah transportasi massal bisa ditinjau dari kapasitas angkut penumpang, waktu tempuh, atau proporsi pengeluaran operasional dengan jumlah penumpang.
Setidaknya ada empat jenis transportasi massal yang biasa diadopsi oleh kota-kota besar di dunia, yaitu Busway, seperti yang terlihat di Bogotta, Monorail, seperti yang biasa terlihat di Kuala Lumpur, Subway, seperti banyak kota di Eropa, atau Commuter Rail Train seperti yang biasa kita lihat di Tokyo. Semua punya keunggulan dan kelemahan masing-masing, dan bisa disesuaikan dengan karakteristik kotanya.
Selain itu, Kota Bandung merupakan salah satu kota terpadat di Indonesia (padat, bukan terbanyak penduduknya), ini menyebabkan perluasan sarana yang telah ada sedikit banyak harus melakukan pembebasan lahan. Lihat betapa sulitnya melakukan pelebaran jalan atau membuat jaringan jalan baru. Juga, Bandung dikelilingi oleh setidaknya enam kota penyangga yang setiap harinya banyak kaum komuter yang masuk ke Bandung dari kota-kota tersebut. Sebut saja Cimahi, Lembang, Soreang, Rancaekek, Jatinangor, dan Dayeuhkolot. Dengan adanya hal ini, rancangan transportasi yang ada tidak hanya untuk dalam kota, namun menghubungkan daerah penyangga dengan kota.
Busway sebagai alternatif yang tergolong murah nampaknya tidak bisa diterapkan secara efektif di Kota Bandung, kecuali di Jalan Soekarno-Hatta yang merupakan jalan raya terlebar di Bandung. Sisanya, problem jalan yang sempit, rumit, dan banyak persimpangan menjadi penghalang utama busway dapat diterapkan secara menyeluruh. Serupa, untuk transportasi dari daerah penyangga juga tidak feasible dikarenakan sampai saat ini jalan-jalan penghubung ke Bandung tetap dikategorikan sempit.
Monorail, sebagai alternatif kedua mempunyai biaya investasi yang lebih tinggi dibanding Busway, namun tertinggi kedua setelah Subway. Namun monorail mempunyai tingkat kemungkinan yang paling tinggi, dikarenakan letak rel yang elevated (melayang) dan bisa disejajarkan dengan jalan yang sudah ada, tidak memerlukan perluasan jalan di bawahnya, fleksibel, dalam artian sudut belokan trek yang tidak terlalu besar, dan mudah untuk kontur menanjak dan menurun.
Subway, yang membutuhkan biaya investasi termahal, juga mempunyai banyak ketidakcocokan dengan kota Bandung. Pertama, kontur berbukit-bukit bagian utara sangat tidak cocok untuk diterapkan di Bandung, karena sifat subway yang kurang fleksibel meskipun di bawah permukaan tanah. Kedua, kondisi Bandung yang padat sangat menyulitkan untuk konstruksi. Bisa dibayangkan akan berapa banyak bangunan yang dirombak pondasinya untuk membangun subway, dan misalkan dibangun di bawah jalan raya, kembali jalan raya yang sempit menjadi kendalanya.
Terakhir, yang paling sulit adalah pembangunan commuter train di dalam kota Bandung dengan membangun jalur-jalur baru. Misalkan pada permukaan tanah, kepadatan akan menjadi halangan, karena jaringan rel kereta butuh space yang luas terutama saat tikungan untuk menjaga maneuver kereta. Ataupun misalkan dibangun elevated seperti jalur KA Manggarai-Jakarta Kota, akan menelan investasi yang lebih mahal dari monorail dan membutuhkan lahan yang tidak sedikit. KA commuter untuk kota Bandung lebih cocok untuk menghubungkan daerah penyangga yang datar dengan pusat kota, misalkan Soreang, Cimahi, dan Rancaekek.
Pembahasan ini membawa kita pada kesimpulan bahwa monorail yang paling mungkin untuk dibangun sebagai transportasi massal di Kota Bandung. Bisa dibangun untuk menghubungkan daerah-daerah kantong pemukiman dan suburb ke pusat kota dan juga melingkar di dalam kota mengitari pusat kota.
7 komentar:
hmmm... monorail ??? hmmm... gak yakin merupakan solusi terbaik deh... secara lahan di bandung yang kian habis... mau di taruh dimana pancang pancang tiang buat monorailnya ?? hm ??
yupp, bisa pake yg light monorail,, taruh di pinggir2 jalan yang dua jalur.. trade off nya harus nebang pohon yg tinggi2..
lagian bingung apa yang menjadi terbaik di Bandung? lahan emang menjadi problem utama
hmmp, masalah transportasi kota bandung memang agak kompleks akh.. secara bandung, di awal perencanaannya untuk jadi daerah hunian, makanya jalan yang ada kecil2...
solusi terbaik mungkin, busway untuk didalam kota, kalau monorail bener kata bang ucup, agak susah buat tiang2 pancangnya..
kalau sama kota satelitnya, coba kembangnkan, jalur kereta api..(sepakat lah awak sama ntm)
saya lebih sepakat yang berbasis rel, karena rel itu milik publik. belum pernah ada kereta milik pribadi kan? (emangnya si pribadi punya kereta gitu? =p)
kalo jalan, biasanya bukan jadi solusi malah nambah masalah.
nambah jalan, mobil yang bisa masuk makin banyak. makin macet!
@Taufiq: busway malah lebih parah ngabisin lahannya fiq.. klo monorail ada yang light monorail, lihat gambar di blog yg monorail,, itu kecil banget, buat manuver di tempat sempit juga bisa..
@PH: iya sepakat, makanya monorail ajah.. klo yang bener2 jalan rel, mesti bebasin lahan dulu.. wkwk
Betul sekali Mas Dhani...menurut saya memang monorail lah yang paling cocok untuk kota Bandung...meskipun saya agak ragu bila ditujukan untuk kearah Dago Atas atau Ledeng ke atas.. Apakah monorail bisa menanjak dengan sudut elevasi yang agak curam?? atau seperti umumya kereta api, harus melingkar-lingkar sambil menanjak untuk mencapai ketinggian tertentu. Mungkin bisa dipikirkan dari Ledeng ke arah Lembang menggunakan Aerorail atau malah Sky Lift seperti di Taman Mini atau Ancol.
monorail dalam satu sisi mempunyai keunggulan yaitu fleksibilitasnya dalam menanjak. tidak perlu gradient landai seperti Kereta Api konvensional jika harus menanjak.
karena penggerak monorail ada di setiap gerbongnya, dan satu set monorail paling banyak hanya sekitar empat gerbong.
Posting Komentar