Sistem
keanggotaan MTI sejak tahun 2002 diubah dari sistem keanggotaan biasa, menjadi
sistem keanggotaan AM-AB. Jadilah jenjang kader terbagi menjadi tiga, Anggota
Muda, Anggota Biasa, dan Anggota Luar Biasa. Pada awal perencanaan dibentuknya,
ada masalah-masalah di MTI yang memang menjadi masalah yang cukup pelik.
Pertama, permasalahan militansi MTI, yaitu semakin berkurangnya orang-orang
yang aware terhadap keberjalanan MTI
dan semakin bertambahnya orang-orang yang apatis terhadap perkembangan MTI.
Kedua, yaitu masalah pada kebanyakan Rapat Anggota (RA), dimana RA berulang
kali mengalami kegagalan atau pembatalan karena tidak tercapainya kuota forum
(kuorum RA), dan memang hal ini juga merupakan dampak dari permasalahan pertama
tadi.
Untuk itu,
para petinggi MTI waktu itu berinisiatif untuk melakukan sebuah gerakan konkrit
memecahkan permasalahan tersebut. Akhirnya, setelah analisis yang cukup
panjang, akhirnya keluarlah kesimpulan bahwa MTI pada saat itu butuh sebuah
sistem yang “menarik” kembali para anggotanya untuk “kembali” lagi ke MTI, ada
suatu kebutuhan untuk men-supply
anggota MTI yang berkomitmen lebih terhadap MTI, yang jika sudah banyak yang
berkomitmen, maka RA-pun akan mudah dilaksanakan. Akhirnya, dibuatlah sistem AM-AB
yag selain men-supply tersebut, juga
untuk mempermudah penjenjangan kader, jadi jelas, mana kader yang berkomitmen
untuk berkotribusi lebih terhadap
MTI, dan mana yang berkontribusi terhadap MTI.
Jadi,
kurang lebih, tujuan AM-AB ada empat. Pertama, adanya kebutuhan supply orang-orang yang berkomitmen
untuk MTI. Kedua, adanya kebutuhan penjenjangan kader MTI. Ketiga, adanya
kebutuhan RA. Keempat, adanya kebutuhan umur masa MTI selama di MTI, tidak bisa
kita menuntut lebih pada masa yang baru seumur jagung di MTI.
Belakangan, keempat tujuan ini
dinilai oleh beberapa kalangan sudah tidak tercapai. Kita dapat lihat, tidak
sedikit Anggota Biasa (AB) MTI yang sering tidak mengikuti forum-forum MTI,
atau acara-acara MTI, atau kepanitiaan MTI, dsb. Kita juga dapat lihat, bahwa
penjejangan kader MTI dari AM ke AB, hampir tidak terlihat output konkrit kader
dari masing-masing jenjang kader. Selanjutnya, RA-pun belakangan malah menjadi
bumerang tersendiri bagi sistem AM-AB, dimana RA sering batal karena lagi-lagi
AB yang tidak mencapai kuorum. Dan belakangan juga massa MTI semakin kritis dan
semakin “cerdas”.
Dengan melihat fakta dan
asumsi kuat yang ada, sudah sepatutnya suatu pertanyaan terlontar dari beberapa
orang terkait AM-AB ini, masih relevankah AM-AB? Jika memang semua tujuan AM-AB
sudah tidak lagi dapat dicapai dengan metode AM-AB, apakah masih patut kita
mempertahankan sistem keanggotaan ini? Jika
memang tujuan AM-AB bisa disiasati tanpa menggunakan sistem AM-AB, apakah AM-AB
ini masih relevan? Jawabannya, hanya massa yang tahu, tapi, kedepannya, kajian
tentang AM-AB ini akan mengundang massa MTI agar massa sepakat dan hal ini
dapat mencerdaskan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar