Motivasi Bergerak
Kalau
ditanya tentang motivasi saya dalam
bergerak, maka saya dapat membagi
kedalam dua faktor. Yang pertama,
faktor internal diri, dan yang kedua, faktor eksternal diri. Bagi saya, faktor
internal diri memegang peranan penting dalam tahap inisiasi sebuah gerakan.
Ibarat menjalankan sebuah mobil, tahap inisiasi ini pada saat menyalakan mobil,
memasukkan gigi, dan mulai mengegas. Begitu juga dengan inisiasi pergerakan
oleh faktor internal, menyalakan mobil maksudnya adalah memahami lebih dalam
untuk apa saya bergerak, kenapa saya harus bergerak, dan apa dampaknya jika
saya bergerak. Tujuan dari fase ini adalah menimbulkan sebuah need (kebutuhan). Kebutuhan akan sesuatu
itu, sehingga saya bergerak untuk mencapai itu. Saya tidak memungkiri bahwa
ideologi turut andil dalam semangat bergerak.
Memasukkan gigi bagi saya
diibaratkan dengan follow up dari rasa
need tersebut, yaitu seperti
merancang path atau membangun
infrastruktur untuk mencapai need (kebutuhan)
tersebut. Langkah selanjutnya, mulai mengegas dianalogikan dengan mulai
bergerak.
Selanjutnya, yang kedua,
faktor eksternal diri, memegang peranan penting dalam penjagaan (guidance) gerak kita. Konsistensi turut
dipengaruhi oleh faktor eksternal diri, seperti banyaknya teman, lingkungan, kondisi,
dsb. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena memang kita hidup disekitar
lingkungan dan kondisi yang dinamis. Maka dari itulah, untuk menjaga gerak kita
dan kekonsistenan kita, haruslah kita membentuk ataupun masuk ke dalam
komunitas yang mempunyai need yang
sama dengan kita (Army Alghifari).
Akan tetapi yang perlu
ditekankan adalah fungsi komunitas dan lingkungan disini haruslah tetap
ditujukan sebagai guidance dan
optimalisasi gerak. Permasalahan yang sering terjadi belakangan ini ialah malah
turunnya potensi dan kemampuan diri dalam bergerak akibat masuk ke dalam
komunitas atau lingkungan. Hal ini dapat disebabkan karena komunitas tersebut
kemungkinan kondusif dan memang semua dalam komunitas tersebut bergerak. Oleh
karena itulah banyak orang di suatu komunitas orang hebat, malah timbul rasa
saling mengandalkan dan berakibat pada pengekangan ledakan potensi diri.
Solusi dari hal ini tiada lain
adalah kontemplasi dan merenung sejenak tentang apa esensi bergerak tiap
individu, dan mengapa harus berhimpun/berkomunitas. Tiada
lain adalah percepatan pencapaian tujuan dengan komunitas
sebagai katalis.
Sinergisasi gerak KM ITB
Sinergisasi
gerak akan
terjadi apabila adanya common enemy
(Muhammad Iqbal).
Mungkin
untuk saat ini, frasa common enemy tidaklah tepat,
dan mungkin akan lebih
tepat jika frasa tersebut diganti menjadi common needs. Butuh sebuah
narasi besar yang digagas KM ITB untuk
1.
Kongres
KM ITB digemukkan dari yang
tadinya satu orang senator per himpunan, menjadi komite-komite dan fraksi-fraksi yang terdiri dari dua
sampai empat wakil dari tiap
himpunan/lembaga/rumpun.
2.
Maksimalisasi
fungsi Kongres sebagai sistem control kinerja
kabinet dan badan aspirasi mahasiswa.
3.
Adakan
forum
4.
Tanamkan
lagi esensi dan tujuan pergerakan
kemahasiswaan dan urgensi kenapa kita harus bersatu
padu dan berirama dalam bergerak, benturkan dengan analisis kondisi sebagai bahan evaluasi dan pembuatan ekskalasi
kedepannya.
5.
Perbaiki
keturunan dengan menanamkan narasi besar
Langkah Kedepan
Kontemplasi
merupakan hal yang pertama dilakukan setelah otak dicekoki
dengan segala hal tentang pergerakan
kemahasiswaan, bertujuan untuk mengevaluasi gerakan selama ini, apakah sudah
benar ataukah belum. Apa yang baik
dilanjutkan, dan apa yang buruk mencoba ditinggalkan. Setelah kontemplasi,
kembali menata idealisme, idealisme seorang mahasiswa. Dan sekuat-kuat idealisme
adalah yang menjadikan agama sebagai pijakan gerak (Budi Faisal).
Langkah selanjutnya yang akan
saya lakukan adalah re-orientasi gerakan kemahasiswaan mulai dari lembaga
terdekat saya, yaitu Keluarga Mahasiswa Teknik Industri (MTI). Bahwa pada dasarnya
lembaga kemahasiswaan baik tingkat pusat maupun wilayah diciptakan dengan
tujuan melahirkan manusia-manusia yang berafiliasi terhadap bangsa Indonesia.
Wujud afiliasi ini adalah dengan berkarya nyata sesuai bidang keprofesian
masing-masing untuk rakyat Indonesia dengan berbasis pada intelektualitas,
kemandirian, dan kebenaran ilmiah -Konsepsi
KM ITB.
Tujuan selanjutnya adalah mengoptimalisasi
peran kampus dalam membentuk lapisan masyarakat masa depan yang profesional,
intelek, humanis, dan religius dengan menjadikan lembaga kemahasiswaan ini
sebagai “sekolah” untuk mencetak insan akademis.
Konkritnya, re-orientasi yang
saya lakukan adalah mencoba membelokkan fokus himpunan pada kegiatan yang
bersifat pengabdian dan keprofesian, dan mengurangi kegiatan konsumsi internal
seperti tenis meja, home tournament, makrab, dsb. Dan akan mencoba memperbesar
porsi acara yang berbau keprofesian dan pengabdian seperti Desa Binaan, Desa
Industri, dsb.
KM ITB
Organisasi kemahasiswaan
terpusat yang didirikan atas dasar kebutuhan mahasiswa dalam rangka:
1. Menjadi wadah pengembangan diri
mahasiswa untuk membentuk lapisan masyarakat masa depan yang profesional, intelek, humanis, dan religius.
Untuk ini dibutuhkan pembukaan wahana yang seluas-luasnya bagi partisipasi-aktif
anggota sehingga semua aktivitas kemahasiswaan merupakan proses pembelajaran
dan pemberdayaan seluruh mahasiswa.
2. Mewujudkan karya nyata mahasiswa
dalam perjuangan menata kehidupan bangsa. Untuk ini maka akar aktivitas
mahasiswa, yaitu intelektualitas, kemandirian, dan kebenaran ilmiah harus
benar-benar dijaga dalam roda gerak organisasi kemahasiswaan,
3. Menjadi wadah bagi upaya pemenuhan
kebutuhan dasar mahasiswa yag meliputi pendidikan, kesejahteraan, dan
aktualisasi diri.
Yang perlu ditekankan menurut saya adalah, aktualisasi
diri disini bukan berarti tidak bertujuan, tetapi aktualisasi ini tetap pada
hakikatnya dalam mencetak manusia yang berafiliasi terhadap bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar