Figur seorang pemimpin
Figur seorang pemimpin
mempengaruhi keberpihakan orang yang akan dipimpinnya sehingga bisa menjadi
simpati, atau malah antipati. Islam memberi kaidah-kaidah yang jelas dalam
memilih dan berpihak kepada pemimpin. Berikut figur pemimpin yang sesuai dengan
Islam
1.
Satu
akidah, dalam hal ini, beragama
Islam.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. al-Maa’idah,
5: 51)
Dari kutipan ayat tersebut jelas
bahwa syarat utama seorang pemimpin
sesuai syariat Islam adalah ia
harus Islam. Pemimpin Islam
tidak akan
mengambil kebijakan yang akan serta merta
merugikan ummat Islam, dan langkah ini
sebenarnya merupakan tindak preventif. Jika ditanya tindak
preventif apa,
maka silakan mendalami QS. al-Baqarah,
2 ayat 120. Juga ada penjelas lagi
tentang hal ini, di
2.
Tidak
hanya Islam, tapi seorang pemimpin harus beriman.
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah
mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. as-Sajdah, 32: 24)
Pemimpin yang dekat dengan Allah,
segala langkah yang ia ambil selalu atas pemikiran dan perasaan yang matang.
Dengan sendirinya, Allah akan menuntun seorang pemimpin yang dekat dengannya
agar kepemimpinan seseorang tersebut tetap pada koridor-koridornya. Jadi, Islam saja tidak cukup untuk menjadi seorang
pemimpin, ia harus beriman dan berusaha semaksimal mungkin untuk dekat dengan
Allah (taqarrub ilallah).
3. Hierarki pemimpin
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka........ (QS. an-Nisa’, 4: 34)
Allah yang menciptakan manusia,
karena itulah, Allah mengetahui potensi apa yang ada dalam setiap hambanya.
Oleh karena itu, hierarki ini Allah tentukan. Wanita akan tetap bisa menjadi
pemimpin, yaitu pemimpin di antara kaum wanita. Selama ada laki-laki Islam,
maka tidak ada alasan bagi wanita untuk memegang tampuk kepemimpinan tertinggi.
4. Sesuai dengan sifat Rasul
Sifat Rasul yang terkenal adalah
FASTI (Fatanah, Amanah, Sidiq, Tabligh, Iltizam).
·
Fatanah
berarti cerdas à
Cerdas intelektual, emosional, spiritual.
·
Amanah
berarti dapat dipercaya à
Integritas; sesuai dan bertanggung jawab antara pikiran, lisan, dan tindakan.
·
Sidiq
berarti benar à
Selalu berpihak pada kebenaran, walaupun hal itu pahit. Dalam hal ini kebenaran
harus berlandaskan ilmu (ilmiah).
·
Tabligh
artinya komunikatif à
Pandai-pandai berkomunikasi baik persuatif maupun konstruktif.
·
Iltizam
artinya berkomitmen à
Militansi; dimana semangat dalam bergerak tidak mudah luntur oleh suatu hal
yang kecil.
Pergerakan seorang
pemimpin
Langkah gerak seorang pemimpin akan sangat dipengaruhi
oleh ideologinya. Ideologi ini seharusnya bersifat konstruktif terhadap
pergerakan yang akan ia lakukan agar percepatan pencapaian tujuan dapat
terlasana.
1. Ideologi yang berlandaskan Islam
atau tidak bertentangan dengan Islam.
Dan mereka berkata:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar). (QS. al-Ahzab, 33: 67)
Hal ini dapat dilihat dari content yang akan dipakai pemimpin itu
untuk mecapai tujuan. Jika secara umum content
yang dibawa tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, maka insya Allah hal
ini akan halal.
2. Pergerakan yang selaras dengan
tujuan
Pemimpin hanyalah bertindak
sebagai nahkoda pergerakan. Ia yang menentukan, jalan mana yang harus ditempuh
agar pulau tujuan diseberang sana dapat dicapai. Jadi, content yang dibawa oleh seorang pemimpin tersebut haruslah
merupakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan bersama, yaitu tujuan manusia
itu berhimpun.
Islam sebagai agama yang syumul (sempurna) menawarkan
solusi kehidupan bagi setiap penganutnya, tidak ada tujuan lain, yaitu agar
penganutnya menjalani kehidupan dengan baik. Oleh karena itulah, mudah-mudahan
dengan adanya penjelasan ini, paradigma kita bisa berubah agar lebih matang
dalam memilih pemimpin, tidak hanya memilih sebatas kenal atau tidak, famous
atau tidak, ganteng atau tidak, bahkan orang-orang dibelakangnya atau tidak.
Tetapi ada hal yang harus diperhatikan, yaitu figur dan ideologinya.
Wallahu a’lam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar