Cahaya di wajah ummat
Sebagai seorang kader da’wah, sudah seharusnya
kita didukung oleh ruhiyah, semangat, dan tekad yang kuat, baik berda’wah di
kala sendirian, maupun di kala melakukan da’wah secara bersama-sama (amal
jama’i).
Saat seorang da’i sedang berada dalam amal
jama’i, maka keluarkanlah segenap kemampuan yang dimiliki saat sedang
berda’wah. Jangan sekali-kali berpikir untuk melimpahkan sesuatu yang bisa kita
lakukan kepada jamaah. Setiap orang harus melakukan amanah yang adil dan
melakukan dengan kemampuan yang maksimal. Berada dalam amal jama’i tidak
sepatutnya membuat kader da’wah hanya berpangku tangan dan menempel pada nama
besar jaringan amal jama’i, padahal diri mereka sendiri sesungguhnya tidak
patut untuk dianggap “hebat” karena masuk dalam jaringan amal jama’i tersebut.
Juga di saat seorang da’i sedang berda’wah
dalam keadaan sendiri, tidak sepantasnya ada seorang da’i yang mengatakan bahwa
ia futur karena lingkungan, atau ia lelah karena terlalu banyak amanah,
padahal, amanah itu sendiri banyak yang hampa tanpa ada makna yang mendalam
dirasakan oleh mereka. Ingatlah, bahwa sesungguhnya, back up kita adalah Allah SWT. Paradigma yang harus diubah adalah
bahwa sesungguhnya kita tidaklah sendiri, bahwa Allah adalah penyemangat dan
penolong mereka. Sangat indah
ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna, "Antum ruhun jadidah tarsi fi
ja-sadil ummah". Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir
di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.
Jangan
ada sesudah ini, kader yang hanya mengandalkan kerumunan besar untuk merasakan eksistensi
dirinya. Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai hamba Allah SWT,
ia harus memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya kepada Allah
SWT, baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan terlihat orang. Kemanapun
pergi, ia tak merasa kesunyian, tersudut atau terasing, karena Allah senantiasa
bersamanya. Bahkan ia dapatkan kebersamaan rasul-Nya, ummat dan alam semesta
senantiasa.
Kedunguan kasta vs komitmen perjuangan
Salah
satu permasalahan kader adalah adanya kesalahan paradigma tentang “kasta” dalam
da’wah. Ada yang sudah lima tahun liqa’, ada yang sudah membina lima halaqah,
ada yang sudah berhasil mem-fardhiyah
sampai sepuluh orang, dsb. Ingatlah bahwa hal tersebut semata-mata hanyalah
karena Allah. Allah yang memberi rizki lebih berupa pemahaman yang mendalam,
atau akhlak yang baik, dsb. Jadi, tidak benar bahwa “kasta” dapat menghambat
da’wah. Boleh jadi, yang menghambat adalah paradigma kita dalam menyikapinya.
Belum
tentu kader yang hafalan Qur’annya mencapai puluhan juz dapat menjamin dirinya
akan tetap berkomitmen berjuang kedepannya. Juga belum tentu kader yang
mempunyai banyak binaan akan menjadi barisan-barisan terdepan dalam komitmen
berjuang. Bahkan mungkin banyak kader yang sesungguhnya bersembunyi di balik
“pencapaiannya”. Terkadang ada yang terlihat alim saat di dalam komunitas
jamaah, akan tetapi, ketika kembali ke rumah, sikapnya tidak mencerminkan bahwa
ia adalah seorang juru lontar da’wah.
Yang
dibutuhkan dari “pengkastaan” ini adalah adanya sikap saling melengkapi.
Disinilah adab amal jama’i diimplementasikan. Tidak untuk dihujat dan tidak
pula untuk direndahkan. Ibarat sebuah bangunan, “kasta” hanyalah sebuah
bagian-bagian dari bangunan tersebut yang saling melengkapi. Jika “kasta”-nya
tinggi, patutlah ia menjadi tiang atau atap bangunan tersebut. Jika “kasta”-nya
rendah, patutnya ia juga sepenuh hati menjadi dinding-dinding yang membentuk
sebuah kesatuan bangunan tersebut sehingga bangunan tersebut nantinya akan
kokoh biar diterjang badai sekalipun.
Sesungguhnya
“kasta” hanya urusan Allah. Karena hanya Dialah yang mengetahui secara pasti
dan gamblang kapasitas keimanan dan ketaqwaan seseorang. Dan “kasta” itulah
yang nantinya akan kekal memompanya dalam setiap pengucuran tetesan-tetesan
keringatnya di dalam jalan da’wah ini. Sedangkan “kasta” yang hanya dipelihara
untuk ditampilkan hanya di mata manusia, itulah yang akan cepat runtuh dan
tidak menjadi ruh perjuangan tiap pemiliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar