Selasa, 20 April 2010

Analisis Usulan Pemilihan Jalan Untuk Car Free Day Kota Bandung

Analisis Usulan Pemilihan Jalan Untuk Car Free Day Kota Bandung

Oleh: Ramadhani Pratama - 13407126

“Car free day ternyata bukan untuk pengurangan polusi,

namun penambahan ruang publik insidental baru…”

Car Free Day (hari bebas kendaraan bermotor) yang semakin marak diterapkan di kota-kota besar di Indonesia, kini menjadi suatu trend tersendiri yang semakin digemari masyarakat. Awalnya, Kota Jakarta yang menerapkan hal ini di jalan MH. ThamrinSudirman, dan ternyata mendapat sambutan yang hangat dari warga kota, sehingga hingga sekarang diperluas menjadi jalan HR. Rasuna Said, dua jalan protokol Jakarta. Sementara itu, beragam Kota besar di Indonesia mulai menyusul, sebagai contoh, Kota Medan dengan Jalan Gatot Subroto, Kota Semarang dengan Jalan Pahlawan, Kota Surabaya dengan Jalan Raya Darmo, Kota Jogjakarta dengan Jalan Kaliurang, Kota Balikpapan dengan Jalan Jend. Sudirman, dan lainnya.

Memang dari segi manfaat untuk penghijauan dan pengurangan polusi, event ini mempunyai dampak yang cukup besar, setidaknya menjadi sepertirehat”-nya sebuah jalan yang sibuk. Tidak hanya polusi udara yang tereduksi, namun juga polusi suara. Namun yang membuat CFD (Car Free Day, red) ini menarik bukanlah terletak pada sisi pengurangan polusinya, namun ternyata keterbukaan ruang-ruang publik baru bagi masyarakat kota, yang hal ini sudah sangat sulit ditemui.

Ketika CFD diberlakukan, banyak masyarakat yang melakukan jogging, rekreasi sederhana, bersepeda, berfoto ria, bahkan bermain futsal, basket, dan permainan tradisional seperti gobak sodor. Banyak di antara mereka yang bermain bersama teman sebayanya, atau keluarga. Ini memperlihatkan bahwa CFD adalah ruang-ruang publik insidental baru yang digemari. Ketersediaan ruang publik yang minim, atau akses yang jauh menambah tingkat kesukaan ini.

Kota Bandung mulai bulan Mei ini akan kembali menerapkan CFD setelah sebelumnya diadakan di Jalan DiponegoroGasibu. Menurut Polwiltabes Kota Bandung, terutama Direktorat Lalu Lintasnya, pemberlakuan ini akan rutin tiap pekan, mulai pukul 06.00 hingga pukul 10.00. Sampai sekarang ada tiga alternatif jalan yang akan dijadikan tempat CFD: Jalan Ir. H. Juanda (Dago, mulai dari Simpang Dago – Taman Cikapayang, sekitar 1,5 km), Jembatan Layang Pasupati (sekitar 2,6 km), dan Jalan Braga (tempat batu andesit, sekitar 400 m).

Jalan Ir. H. Juanda menjadi kandidat terkuat dikarenakan nuansa jalan ini yang masih hijau dan terletak di daerah pemukiman. Segmen jalan ini adalah masyarakat sekitar Dipati Ukur, Tubagus Ismail, Dago Atas, Cisitu, Siliwangi, Taman Sari, dan Daerah Dago Bawah, yang kesemuanya banyak area pemukiman penduduk. Kalau ini diberlakukan, skenario pengalihan arus akan lebih mudah, bisa melewati Jalan Taman Sari, atau Dipati Ukur. Namun, ada beberapa isu yang menghambat penerapan CFD di jalan ini, pertama adalah soal adanya RS. Boromeus, yang sewaktu-waktu bisa saja ambulance-nya dipakai dalam keadaan darurat keluar-masuk RS. Kedua, terkait banyaknya Factory Outlet dan Restaurant yang memang pangsa pasar terbesarnya adalah wisatawan yang berkunjung ke Bandung pada akhir pekan.

Selanjutnya, Jembatan Layang Pasupati, yang membantang dari ujung barat Kota Bandung hingga utara-tengah Kota Bandung sebagai kandidat kedua. Jika CFD diterapkan, masyarakat Cipaganti, Sukajadi, Sarijadi, Sekitar Pasir Kaliki, Taman Sari, dan Dago akan sangat antusias mendatangi event ini, ditambah jembatan ini adalah salah satu tempat yang asik untuk menikmati panorama Kota Bandung beserta gunung-gunung yang melingkupinya. Namun, skenario lalu lintas untuk jembatan ini sangatlah rumit, dikarenakan jembatan ini adalah penguhubung Bandung bagian barat dengan timur, yang melewati lembah sungai Cikapundung, dikhawatirkan kemacetan akan terjadi mulai dari bawah jembatan layang, hingga kawasan cipaganti bawah, dan jalan dago bawah karena kendaraan akan dialihkan memutar ke utara atau selatan.

Jalan Braga (bagian batu andesitnya) sebagai kandidat terakhir mempunyai keunikan tersendiri tentang wisata sejarah dan letaknya yang di pusat kota, namun jauh dari pemukiman penduduk. Dan memang sudah ada rencana bahwa jalan ini kedepannya akan dijadikan city walk yang bebas kendaraan selamanya. Untuk skenario lalu lintas juga mudah, kendaraan bisa dialihkan lewat jalan Banceuy, Naripan, atau Veteran. Namun yang menjadi kendala adalah kondisi jalan braga yang sempit dan pendek, juga bangunan-bangunan yang mengapit memberi kesan sempit jalan ini, sehingga kesan ruang-ruang publik ini kurang.

Sebenarnya mungkin ada jalan yang bisa dijadikan CFD lagi di Kota Bandung, di antaranya Jalan Asia Afrika, Jalan Cipaganti, Jalan Pajajaran, atau Buah Batu. Namun memang perlu ada kajian sosial yang mendalam kembali, dan sementara ini analisis resiko dan segmen efektif masih menunjukkan bahwa Jalan Ir. H. Juanda yang harus diutamakan dalam CFD ini. Bahkan jikalau bisa, tidak hanya sampai Taman Cikapayang, namun hingga Jalan Merdeka.

Semoga CFD ini dapat berlangsung konsisten, dan bisa diperluas lagi untuk beberapa ruas jalan di Kota Bandung, sehingga semakin besar dampaknya bagi pengurangan polusi udara di cekungan Bandung dan juga menambah ruang-ruang publik baru bagi masyarakat berinteraksi. Sukses terus untuk CFD di Indonesia.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

semestinya jalan suci sekitar gasibu itu juga car free day,,,
tpi gk cuma CFD.. semsetinya juga dipikirkan bike way yg kebetulan sarananya udah ada

Ramadhani Pratama Guna mengatakan...

iyap, tapi itu sala satu jalan protokol ke arah bandung timur.. sarana bike way maksudnya apa?