Senin, 23 Februari 2009

AM-AB, masih relevankah?

 

Sistem keanggotaan MTI sejak tahun 2002 diubah dari sistem keanggotaan biasa, menjadi sistem keanggotaan AM-AB. Jadilah jenjang kader terbagi menjadi tiga, Anggota Muda, Anggota Biasa, dan Anggota Luar Biasa. Pada awal perencanaan dibentuknya, ada masalah-masalah di MTI yang memang menjadi masalah yang cukup pelik. Pertama, permasalahan militansi MTI, yaitu semakin berkurangnya orang-orang yang aware terhadap keberjalanan MTI dan semakin bertambahnya orang-orang yang apatis terhadap perkembangan MTI. Kedua, yaitu masalah pada kebanyakan Rapat Anggota (RA), dimana RA berulang kali mengalami kegagalan atau pembatalan karena tidak tercapainya kuota forum (kuorum RA), dan memang hal ini juga merupakan dampak dari permasalahan pertama tadi.

 

Untuk itu, para petinggi MTI waktu itu berinisiatif untuk melakukan sebuah gerakan konkrit memecahkan permasalahan tersebut. Akhirnya, setelah analisis yang cukup panjang, akhirnya keluarlah kesimpulan bahwa MTI pada saat itu butuh sebuah sistem yang “menarik” kembali para anggotanya untuk “kembali” lagi ke MTI, ada suatu kebutuhan untuk men-supply anggota MTI yang berkomitmen lebih terhadap MTI, yang jika sudah banyak yang berkomitmen, maka RA-pun akan mudah dilaksanakan. Akhirnya, dibuatlah sistem AM-AB yag selain men-supply tersebut, juga untuk mempermudah penjenjangan kader, jadi jelas, mana kader yang berkomitmen untuk berkotribusi lebih terhadap MTI, dan mana yang berkontribusi terhadap MTI.

 

Jadi, kurang lebih, tujuan AM-AB ada empat. Pertama, adanya kebutuhan supply orang-orang yang berkomitmen untuk MTI. Kedua, adanya kebutuhan penjenjangan kader MTI. Ketiga, adanya kebutuhan RA. Keempat, adanya kebutuhan umur masa MTI selama di MTI, tidak bisa kita menuntut lebih pada masa yang baru seumur jagung di MTI.

 

Belakangan, keempat tujuan ini dinilai oleh beberapa kalangan sudah tidak tercapai. Kita dapat lihat, tidak sedikit Anggota Biasa (AB) MTI yang sering tidak mengikuti forum-forum MTI, atau acara-acara MTI, atau kepanitiaan MTI, dsb. Kita juga dapat lihat, bahwa penjejangan kader MTI dari AM ke AB, hampir tidak terlihat output konkrit kader dari masing-masing jenjang kader. Selanjutnya, RA-pun belakangan malah menjadi bumerang tersendiri bagi sistem AM-AB, dimana RA sering batal karena lagi-lagi AB yang tidak mencapai kuorum. Dan belakangan juga massa MTI semakin kritis dan semakin “cerdas”.

 

Dengan melihat fakta dan asumsi kuat yang ada, sudah sepatutnya suatu pertanyaan terlontar dari beberapa orang terkait AM-AB ini, masih relevankah AM-AB? Jika memang semua tujuan AM-AB sudah tidak lagi dapat dicapai dengan metode AM-AB, apakah masih patut kita mempertahankan sistem keanggotaan ini? Jika memang tujuan AM-AB bisa disiasati tanpa menggunakan sistem AM-AB, apakah AM-AB ini masih relevan? Jawabannya, hanya massa yang tahu, tapi, kedepannya, kajian tentang AM-AB ini akan mengundang massa MTI agar massa sepakat dan hal ini dapat mencerdaskan dengan baik.

Tidak ada komentar: