Selasa, 10 Februari 2009

Sedikit Refleksi DAT

Motivasi Bergerak

 

Kalau ditanya tentang motivasi saya dalam bergerak, maka saya dapat membagi kedalam dua faktor. Yang pertama, faktor internal diri, dan yang kedua, faktor eksternal diri. Bagi saya, faktor internal diri memegang peranan penting dalam tahap inisiasi sebuah gerakan. Ibarat menjalankan sebuah mobil, tahap inisiasi ini pada saat menyalakan mobil, memasukkan gigi, dan mulai mengegas. Begitu juga dengan inisiasi pergerakan oleh faktor internal, menyalakan mobil maksudnya adalah memahami lebih dalam untuk apa saya bergerak, kenapa saya harus bergerak, dan apa dampaknya jika saya bergerak. Tujuan dari fase ini adalah menimbulkan sebuah need (kebutuhan). Kebutuhan akan sesuatu itu, sehingga saya bergerak untuk mencapai itu. Saya tidak memungkiri bahwa ideologi turut andil dalam semangat bergerak.

 

Memasukkan gigi bagi saya diibaratkan dengan follow up dari rasa need tersebut, yaitu seperti merancang path atau membangun infrastruktur untuk mencapai need (kebutuhan) tersebut. Langkah selanjutnya, mulai mengegas dianalogikan dengan mulai bergerak.

 

Selanjutnya, yang kedua, faktor eksternal diri, memegang peranan penting dalam penjagaan (guidance) gerak kita. Konsistensi turut dipengaruhi oleh faktor eksternal diri, seperti banyaknya teman, lingkungan, kondisi, dsb. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena memang kita hidup disekitar lingkungan dan kondisi yang dinamis. Maka dari itulah, untuk menjaga gerak kita dan kekonsistenan kita, haruslah kita membentuk ataupun masuk ke dalam komunitas yang mempunyai need yang sama dengan kita (Army Alghifari).

 

Akan tetapi yang perlu ditekankan adalah fungsi komunitas dan lingkungan disini haruslah tetap ditujukan sebagai guidance dan optimalisasi gerak. Permasalahan yang sering terjadi belakangan ini ialah malah turunnya potensi dan kemampuan diri dalam bergerak akibat masuk ke dalam komunitas atau lingkungan. Hal ini dapat disebabkan karena komunitas tersebut kemungkinan kondusif dan memang semua dalam komunitas tersebut bergerak. Oleh karena itulah banyak orang di suatu komunitas orang hebat, malah timbul rasa saling mengandalkan dan berakibat pada pengekangan ledakan potensi diri.

 

Solusi dari hal ini tiada lain adalah kontemplasi dan merenung sejenak tentang apa esensi bergerak tiap individu, dan mengapa harus berhimpun/berkomunitas. Tiada lain adalah percepatan pencapaian tujuan dengan komunitas sebagai katalis.

 

 

Sinergisasi gerak KM ITB

 

Sinergisasi gerak akan terjadi apabila adanya common enemy (Muhammad Iqbal).

 

Mungkin untuk saat ini, frasa common enemy tidaklah tepat, dan mungkin akan lebih tepat jika frasa tersebut diganti menjadi common needs. Butuh sebuah narasi besar yang digagas KM ITB untuk Indonesia kedepannya dan harus rajin-rajinlah mendengungkan narasi ini ke seluruh penjuru kampus gajah ini. Sebagai langkah teknisnya, saya mengusulkan langkah berikut:

1.       Kongres KM ITB digemukkan dari yang tadinya satu orang senator per himpunan, menjadi komite-komite dan fraksi-fraksi yang terdiri dari dua sampai empat wakil dari tiap himpunan/lembaga/rumpun.

2.       Maksimalisasi fungsi Kongres sebagai sistem control kinerja kabinet dan badan aspirasi mahasiswa.

3.       Adakan forum Indonesia rutin dengan memasukkan narasi besar tersebut dalam agenda untuk menaikkan suhu penciptaan common needs ini. Forum ini juga bisa diganti dengan forum silaturrahim rutin yang memang selama ini sering diadakan.

4.       Tanamkan lagi esensi dan tujuan pergerakan kemahasiswaan dan urgensi kenapa kita harus bersatu padu dan berirama dalam bergerak, benturkan dengan analisis kondisi sebagai bahan evaluasi dan pembuatan ekskalasi kedepannya.

5.       Perbaiki keturunan dengan menanamkan narasi besar Indonesia pada saat kaderisasi awal KM ITB.

 

 

Langkah Kedepan

 

Kontemplasi merupakan hal yang pertama dilakukan setelah otak dicekoki dengan segala hal tentang pergerakan kemahasiswaan, bertujuan untuk mengevaluasi gerakan selama ini, apakah sudah benar ataukah belum. Apa yang baik dilanjutkan, dan apa yang buruk mencoba ditinggalkan. Setelah kontemplasi, kembali menata idealisme, idealisme seorang mahasiswa. Dan sekuat-kuat idealisme adalah yang menjadikan agama sebagai pijakan gerak (Budi Faisal).

 

Langkah selanjutnya yang akan saya lakukan adalah re-orientasi gerakan kemahasiswaan mulai dari lembaga terdekat saya, yaitu Keluarga Mahasiswa Teknik Industri (MTI). Bahwa pada dasarnya lembaga kemahasiswaan baik tingkat pusat maupun wilayah diciptakan dengan tujuan melahirkan manusia-manusia yang berafiliasi terhadap bangsa Indonesia. Wujud afiliasi ini adalah dengan berkarya nyata sesuai bidang keprofesian masing-masing untuk rakyat Indonesia dengan berbasis pada intelektualitas, kemandirian, dan kebenaran ilmiah -Konsepsi KM ITB.

 

Tujuan selanjutnya adalah mengoptimalisasi peran kampus dalam membentuk lapisan masyarakat masa depan yang profesional, intelek, humanis, dan religius dengan menjadikan lembaga kemahasiswaan ini sebagai “sekolah” untuk mencetak insan akademis.

 

Konkritnya, re-orientasi yang saya lakukan adalah mencoba membelokkan fokus himpunan pada kegiatan yang bersifat pengabdian dan keprofesian, dan mengurangi kegiatan konsumsi internal seperti tenis meja, home tournament, makrab, dsb. Dan akan mencoba memperbesar porsi acara yang berbau keprofesian dan pengabdian seperti Desa Binaan, Desa Industri, dsb.

 

 

KM ITB

 

Organisasi kemahasiswaan terpusat yang didirikan atas dasar kebutuhan mahasiswa dalam rangka:

1.       Menjadi wadah pengembangan diri mahasiswa untuk membentuk lapisan masyarakat masa depan yang  profesional, intelek, humanis, dan religius. Untuk ini dibutuhkan pembukaan wahana yang seluas-luasnya bagi partisipasi-aktif anggota sehingga semua aktivitas kemahasiswaan merupakan proses pembelajaran dan pemberdayaan seluruh mahasiswa.

2.       Mewujudkan karya nyata mahasiswa dalam perjuangan menata kehidupan bangsa. Untuk ini maka akar aktivitas mahasiswa, yaitu intelektualitas, kemandirian, dan kebenaran ilmiah harus benar-benar dijaga dalam roda gerak organisasi kemahasiswaan,

3.       Menjadi wadah bagi upaya pemenuhan kebutuhan dasar mahasiswa yag meliputi pendidikan, kesejahteraan, dan aktualisasi diri.

 

Yang perlu ditekankan menurut saya adalah, aktualisasi diri disini bukan berarti tidak bertujuan, tetapi aktualisasi ini tetap pada hakikatnya dalam mencetak manusia yang berafiliasi terhadap bangsa Indonesia.

 

 

Tidak ada komentar: