Rabu, 25 Februari 2009

Untukmu Kader Da'wah [1]

Cahaya di wajah ummat

 

Sebagai seorang kader da’wah, sudah seharusnya kita didukung oleh ruhiyah, semangat, dan tekad yang kuat, baik berda’wah di kala sendirian, maupun di kala melakukan da’wah secara bersama-sama (amal jama’i).

 

Saat seorang da’i sedang berada dalam amal jama’i, maka keluarkanlah segenap kemampuan yang dimiliki saat sedang berda’wah. Jangan sekali-kali berpikir untuk melimpahkan sesuatu yang bisa kita lakukan kepada jamaah. Setiap orang harus melakukan amanah yang adil dan melakukan dengan kemampuan yang maksimal. Berada dalam amal jama’i tidak sepatutnya membuat kader da’wah hanya berpangku tangan dan menempel pada nama besar jaringan amal jama’i, padahal diri mereka sendiri sesungguhnya tidak patut untuk dianggap “hebat” karena masuk dalam jaringan amal jama’i tersebut.

 

Juga di saat seorang da’i sedang berda’wah dalam keadaan sendiri, tidak sepantasnya ada seorang da’i yang mengatakan bahwa ia futur karena lingkungan, atau ia lelah karena terlalu banyak amanah, padahal, amanah itu sendiri banyak yang hampa tanpa ada makna yang mendalam dirasakan oleh mereka. Ingatlah, bahwa sesungguhnya, back up kita adalah Allah SWT. Paradigma yang harus diubah adalah bahwa sesungguhnya kita tidaklah sendiri, bahwa Allah adalah penyemangat dan penolong mereka. Sangat indah ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna, "Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah". Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.

 

Jangan ada sesudah ini, kader yang hanya mengandalkan kerumunan besar untuk merasakan eksistensi dirinya. Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai hamba Allah SWT, ia harus memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya kepada Allah SWT, baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan terlihat orang. Kemanapun pergi, ia tak merasa kesunyian, tersudut atau terasing, karena Allah senantiasa bersamanya. Bahkan ia dapatkan kebersamaan rasul-Nya, ummat dan alam semesta senantiasa.

 

 

Kedunguan kasta vs komitmen perjuangan

 

Salah satu permasalahan kader adalah adanya kesalahan paradigma tentang “kasta” dalam da’wah. Ada yang sudah lima tahun liqa’, ada yang sudah membina lima halaqah, ada yang sudah berhasil mem-fardhiyah sampai sepuluh orang, dsb. Ingatlah bahwa hal tersebut semata-mata hanyalah karena Allah. Allah yang memberi rizki lebih berupa pemahaman yang mendalam, atau akhlak yang baik, dsb. Jadi, tidak benar bahwa “kasta” dapat menghambat da’wah. Boleh jadi, yang menghambat adalah paradigma kita dalam menyikapinya.

 

Belum tentu kader yang hafalan Qur’annya mencapai puluhan juz dapat menjamin dirinya akan tetap berkomitmen berjuang kedepannya. Juga belum tentu kader yang mempunyai banyak binaan akan menjadi barisan-barisan terdepan dalam komitmen berjuang. Bahkan mungkin banyak kader yang sesungguhnya bersembunyi di balik “pencapaiannya”. Terkadang ada yang terlihat alim saat di dalam komunitas jamaah, akan tetapi, ketika kembali ke rumah, sikapnya tidak mencerminkan bahwa ia adalah seorang juru lontar da’wah.

 

Yang dibutuhkan dari “pengkastaan” ini adalah adanya sikap saling melengkapi. Disinilah adab amal jama’i diimplementasikan. Tidak untuk dihujat dan tidak pula untuk direndahkan. Ibarat sebuah bangunan, “kasta” hanyalah sebuah bagian-bagian dari bangunan tersebut yang saling melengkapi. Jika “kasta”-nya tinggi, patutlah ia menjadi tiang atau atap bangunan tersebut. Jika “kasta”-nya rendah, patutnya ia juga sepenuh hati menjadi dinding-dinding yang membentuk sebuah kesatuan bangunan tersebut sehingga bangunan tersebut nantinya akan kokoh biar diterjang badai sekalipun.

 

Sesungguhnya “kasta” hanya urusan Allah. Karena hanya Dialah yang mengetahui secara pasti dan gamblang kapasitas keimanan dan ketaqwaan seseorang. Dan “kasta” itulah yang nantinya akan kekal memompanya dalam setiap pengucuran tetesan-tetesan keringatnya di dalam jalan da’wah ini. Sedangkan “kasta” yang hanya dipelihara untuk ditampilkan hanya di mata manusia, itulah yang akan cepat runtuh dan tidak menjadi ruh perjuangan tiap pemiliknya.

 

Tidak ada komentar: